Mengambil Pelajaran dari Peristiwa Perang Karbala

Perang Karbala terjadi pada tanggal 10 Muharram, tahun ke-61 yang bertepatan dengan 9 atau 10 Oktober 680 di Karbala, yang saat ini terletak di Irak. Pertempuran ini terjadi antara pendukung dan keluarga dari cucu Nabi, Husain bin Ali dengan bala tentara pasukan yang dikirim oleh Yazid bin Muawiyah, yang pada saat itu menjabat sebagai Khalifah Bani Umayyah.

Dari pihak Husain terdiri dari anggota-anggota terhormat keluarga dekat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, sekitar 128 orang. Husain dan beberapa anggota juga diikuti oleh beberapa wanita dan anak-anak dari keluarganya. Di pihak lain, pasukan bersenjata Yazid I yang dipimpin oleh Umar bin Sa’ad berjumlah 4.000-10.000.

Pertempuran ini kemudian diperingati setiap tahunnya selama 10 hari yang dilaksanakan pada bulan Muharram oleh kaum Syi’ah seperti halnya segolongan kaum Sunni, di mana puncaknya pada hari kesepuluh, atau hari ‘Asyura.

pertempuran-padang-karbala
en.shafaqna.com

Peringatan hari asyura yang sering umat muslim lakukan terutama umat muslim yang ada di Indonesia, merupakan sebuah kegiatan untuk memperingati peristiwa besar dan penting. Yaitu peristiwa Karbala yang mana pada peristiwa besar itu melibatkan tokoh-tokoh besar dan penting dalam Islam. Mereka adalah keluarga Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang selalu disebut sebagai Ahlul Bait.

Pada peristiwa tersebut mengandung banyak sekali pelajaran-pelajaran berharga yang bermanfaat dan dapat dijadikan contoh teladan bagi kehidupan umat di bumi ini. Peristiwa besar yang selalu diperingati pada bulan Muharram tepatnya pada hari kesepuluh yang merupakan puncak dari peristiwa Karbala.

Dapat kita ketahui kebangkitan ‘Asyura memiliki dampak-dampak keagamaan, individual dan sosial, serta memiliki ciri-ciri khusus dan pelajaran yang tidak ada dalam peristiwa-peristiwa lain. Di antara ciri-ciri dan pelajaran tersebut ialah:

  1. Menyatunya antara haq dan hakekat dalam bentuknya yang abadi dan agung.
  2. Dapat diartikan bahwa kebangkitan Imam Husein beserta sejumlah keluarga dan pengikutnya, membuktikan bahwa kebenaran dan hakekat masih hidup serta siap bertahan sampai titik darah penghabisan dengan segala bentuk pengorbanannya di hadapan kebatilan dan kezaliman.
  3. Dalam tragedi Karbala ini, kezaliman yang sangat keji dan kesesatan yang sedemikian parahnya, dapat disaksikan dengan jelas dan nyata.
  4. Peristiwa Karbala, menjadi simbol teriakan kaum tertindas di sepanjang zaman.
  5. Sisi kebenaran dan sisi kebatilan menemukan bentuknya yang sangat jelas dan utuh dalam tragedi ini sehingga setiap orang dapat membedakannya dengan mudah, mana yang benar dan mana yang batil.
  6. Nilai-nilai yang dapat diambil sebagai pelajaran dari tragedi asyura tidak terbatas pada tempat dan masa tertentu. Tetapi nilai-nilai tersebut juga bersifat universal.

Mudah-mudahan kita semua menjadi orang yang cinta kepada para Ahlul Bait dan para sahabat Nabi. Wallahu a’lam bi al-showab.