Kisah ini dari buku Mr positive versus Mr Negative. Konon ada seorang pemuda yang bermimpi bertemu dengan malaikat. Saat itu dia mengajukan satu keinginan, “Aku ingin tinggal dalam sebuah rumah besar dengan sebuah serambi di depan, dua peliharaan yang bagus, dan sebuah taman di halaman belakang. Aku ingin menikahi seorang wanita yang tinggi, bermata biru, yang bisa bermain gitar dan bernyanyi dengan suara bening dan tinggi.”
Aku juga ingin tiga anak lelaki yang kuat. Aku ingin jadi petualang di samudra luas, mendaki gunung-gunung tinggi dan menyelamatkan orang. Dan akau ingin mengendarai ferrari merah dan tidak pernah harus menyupir sendiri.”
Malaikat menjawab, “Tampaknya itu mimpi yang indah. Aku ingin kamu bahagia.”
Suatu hari, saat bermain sepak bola, pemuda itu terluka lututnya. Tentu dia tak bisa bertualang ke laut dan gunung-gunung. Dia pun terpaksa banting stir dan memulai berbisnis pemasok farmasi. Dia menikahi seorang gadis cantik dan baik hati, tapi gadis itu pendek, bermata cokelat (tidak biru), tidak dapat bermain gitar apalagi bernyanyi dengan suara bening (tapi, bisa memasak masakan yang enak). Karena usahanya yang biasa-biasa saja, dia tinggal di kota besar di puncak gedung apartemen bagus yang tinggi dengan pemandangan indah ke laut dan lampu kota di bagian bawah. Dia memiliki anak perempuan (bukan lelaki). Dia tidak mengendarai ferrari, walaupun sangat berkecukupan.
Suatu ketika dia bangun tidur dan mengingat mimpinya yang dulu. Dia pun bersedih dan mengeluh kepada seorang psikolog. Dia mengeluhkan tentang istrinya, rumahnnya, dan kariernya. Karena ingin ferrari, dia mendatangi seorang akuntan untuk mencoba menghitung uangnya. Dia pun datang ke ahli nujum untuk mengeluhkan nasib anak-anaknya. Semua yang didatangi menyatakan, “Kamu sudah cukup bahagia dengan kondisimu sekarang!”
Pemuda ini tak mau mendengar, akhirnya jatuh sakit. Semua keluarga bersedih, kecuali psikolog, akuntan, dan ahli nujum. Pada suatu malam, dia bermimpi bertemu malaikat, “Kenapa Tuhan tidak memberikan permintaanku?”
Malaikat menjawab, “Tuhan bisa memberikan semuanya, tapi Tuhan ingin mengejutkanmu dengan hal-hal yang tak kamu impikan. Tuhan menyangka kamu telah memperhatikan apa yang telah diberikan-Nya kepadamu : seorang istri cantik dan baik hati, sebuah usaha yang bagus, sebuah tempat yang bagus untuk ditinggali, dan tiga anak yang cantik.”
“Ya, sela pemuda itu, tetapi, aku pikir Tuhan akan memberikan apa yang benar-benar aku inginkan.”
“Dan Tuhan pikir, kamu memberikan kepada-Nya apa yang benar-benar Dia inginkan,” jawab malaikat.
“Apa yang Tuhan inginkan dariku?” tanya pemuda itu terkejut. Dia tak menyangka bahwa Tuhan menginginkan sesuatu dari dirinya.
“Tuhan ingin kamu bahagia dengan apa yang telah Dia berikan kepadamu,” jawab malaikat.
Dari cerita ini timbul pertanyaan. Apakah kita telah berbahagia dengan seluruh yang kita terima dari ALLAH?
Satu hal yang membuat kita gampang bersedih dan berputus asa adalah menolak diri sendiri. Jika ingin hidupmu bahagia, puaslah dengan postur tubuh yang telah diberikan Allah kepadamu, dengan status keluargamu (apapun kondisinya), dengan pemahaman dan bakat yang kita miliki. Semua orang sukses memiliki rumus yang sama, “terimalah dengan lapang dada anugerah yang diberikan meskipun belum memenuhi harapan. Terimalah, tanpa merasa kekurangan. Mungkin banyak orang diluar sana yang kurang beruntung, menginginkan menjadi seperti dirimu atau berada di posisimu.”
Nilai kita terletak di bakat kita, manfaat kita untuk orang lain dan akhlak yang ada dalam diri kita. Oleh karena itu, bersyukurlah dan tidak ada alasan untukmu bersedih karena tidak mendapatkan ketampanan, kecantikan, harta benda dan orang tua yang kaya raya.