Jepang merupakan negara yang cukup terkenal karena kebudayaannya. Orang jepang memiliki budaya yang terbilang unik dibandingkan dengan negara lain. Bahkan dalam urusan senjata jepang juga memiliki ciri khas tersendiri.
Senjata yang menjadi ciri khas jepang adalah pedang yang dipakai oleh para samurai jaman dahulu. Pedang itu disebut katana. Katana ini selain sebagai senjata yang ampuh namun juga memiliki nilai seni tinggi.
Semangat sang pembuat pedang juga ikut tertempa ke dalam indahnya katana ini. Katana atau pedang jepang ini ternyata memiliki berbagai jenis. Ada yang didasarkan pada ukuran atau juga karena model dan jenisnya.
Ada juga tipe katana yang muncul dan populer karena dipakai dalam suatu film. Mau tahu jenis jenis pedang khas jepang yang unik? Simak saja penjelasan singkat berikut ini.
Katana Standar
Katana standar ini hanyalah istilah yang populer diantara para orang luar jepang. Di jepang sendiri katana standar merujuk pada ukuran bilah si katana. Jaman dahulu katana standar ini dikenal dengan istilah tachi.
Tachi adalah sebutan untuk katana dengan ukuran panjang bilah sekitar 60 cm. Pedang ini biasa digunakan soerang samurai dalam pertarungan. Dengan membawa tachi ini juga menandakan kehormatannya sebagai seorang samurai.
Tanto
Tanto ini adalah pedang kecil dengan ukuran bilah dibawah 30 cm. Lebih tepat dibilang pisau dari ukurannya. Namun tetap saja tanto ini merupakan senjata seorang samurai.
Tanto ini biasanya sering digunakan dalam acara seppuku atau lebih populer dengan istilah harakiri. Ya harakiri, sebuah upacara bunuh diri seorang samurai. Upacara ini biasanya disaksikan oleh tokoh tokoh petinggi.
Samurai yang hendak melakukan seppuku menusukkan tanto ke perut sendiri kemudian merobek perutnya sendiri menggunakan tanto ini. Kemudian seorang algojo akan menebas leher samurai tersebut. Begitulah ritual seppuku berlangsung.
Wakizashi
Wakizashi ini masih merujuk pada ukura bilah pedang. Dengan panjang bilah antara 30 dan 60 cm. Atau bisa dibilang lebih panjang dari tanto namun lebih pendek dari katana.
Katana, Wakizashi dan Tanto merupakan atribut resmi bagi seorang samurai. Kemanapun seorang samurai pergi dia harus membawa pedangnya. Pedang merupakan harga diri seorang samurai.
Shirasaya
Shirasaya model pedang jepang yang tidak memiliki tsuba atau guard. Untuk penjelasan tentang bagian pedang bisa dicari di web ini. Antara pegangan dengan sarung pedang memiliki warna yang sama dan tidak ada hiasan apapun.
Ketika pedang ini disarungkan maka akan terlihat seperti tongkat kayu biasa.
Ninjato
Ninjato atau ninjaken alias shinobigatana. Senjata yang oleh para kaum ninja jaman dahulu. Bentuknya hampir mirip seperti katana biasa, namun bilahnya lurus tidak memiliki lengkungan.
Bilah yang lurus menjadikannya senjata yang sangat efektif untuk menusuk lawan. Ninja pada masa itu terkenal dengan berbagai teknik rahasianya dan juga senjata senjata rahasia yang efektif untuk membunuh lawan.
Zatoichi
Pedang zatoichi ini populer setelah penayangan film berjudul zatoichi. Seorang laki laki buta yang sangat mahir bermain pedang. Pedang yang digunakan adalah tipe shirasaya dengan bilah lurus tanpa lengkungan.
Meskipun hanya ada dalam film, pedang ini sudah mulai diproduksi karena tuntutan konsumen baik itu kolektor maupun untuk tujuan pertahanan diri.
Sakabatou
Sakabatou ini juga merupakan katana bermata terbalik. Pada umumnya sebuah katana bilah tajamnya berada pada bagian luar lengkungan. Tapi untuk sakabato ini bilah tajamnya berada pada lengkungan dalam.
Ini kenapa sakabato disebut pedang bermata terbalik pada serial anime Rurouni Kenshin. Ya sakabato ini populer setelah serial animasi Rurouni Kenshin ini tayang. Mulai dibuat dan diproduksi karena tuntutan dari para konsumen.
Gunto
Gunto ini adalah pedang sungguhan yang digunakan oleh tentara jepang pada masa perang dunia II. Gunto ini menggantung dan diikat pada ikat pinggang dengan bilah tajam menghadap ke bawah.
Gaya membawa pedang seperti ini disebut Jindachi-zukuri. Gaya membawa katana dengan bilah menghadap ke bawah ini pernah digunakan pada sebelum tahun 1500. Namun pada tahun 1600-1867 kebanyakan menggunakan gaya buke-zukuri.