Para orang tua sering sekali salah dalam mendidik anak. Apa saja kesalahan-kesalahan tersebut? Berikut penjelasannya.
1. Mengajari Anak Nggak Pernah Salah
Hal ini sering banget dilakukan oleh para orang tua terhadap anaknya yang masih kecil. Pernah nggak melihat anak kecil yang lagi belajar jalan, tiba-tiba terjatuh dan menangis? Biasanya orang tua akan bilang sama anaknya begini, “duh, anak ayah/ibu jatuh, gara-gara mejanya nih letaknya di sini”. Pernah kan? Lalu si orang tua memukul meja tersebut. Hal ini sekilas memang terdengar sepele. Namun sebenarnya yang terjadi adalah pembentukan pemahaman yang kurang tepat terhadap si anak. Si anak diajarkan untuk menyalahkan meja. Padahal memang si anak belum bisa jalan dengan baik.
Konsekuensinya apa? Saat si anak dewasa, dia akan terbiasa menyalahkan orang lain daripada dirinya sendiri walaupun dalam kasus itu memang dia yang salah. Yang lebih tepat saat anak terjatuh seperti itu adalah mendatanginya, mengusap bagian yang sakit dan memberinya semangat untuk kembali latihan berjalan.
2. Membohongi Anak
Pernah nggak dulu kamu dibilang gini sama orang tua kamu, “bapak pergi dulu ya, sebentar doang, bentar lagi balik”. Tapi terus kita tungguin eh nggak pulang-pulang. Biasanya itu trik yang digunakan saat orang tua kita berangkat kerja. Nah, bagi orang tua, hal itu harus dihindari. Kenapa? Karena secara nggak langsung akan membentuk ketidakpercayaan kepada orang tua. Konsekuensinya adalah hilangnya kepercayaan si anak terhadap orang tuanya di kemudian hari. Bahkan konsekuensi yang lebih jauh adalah si anak sulit mempercayai siapapun.
3. Tujuan yang Ingin Disampaikan Kurang Jelas
“Bapak nggak suka deh kamu begitu!” Atau, “sekali lagi kamu begitu, ibu akan marah”. Kamu yang sudah menjadi orang tua pernah mengucapkan kalimat seperti ini ke anak kamu? Kalau iya, mulai sekarang jangan lagi. Anak itu bukan peramal yang mampu memahami maksud orang tua. Pernyataan di atas terlalu umum. Apa konsekuensinya?
1. Anak akan merasa bahwa dia selalu salah dalam hal apapun,
2. Anak nggak tau dia salahnya dimana, akibatnya ke depannya nggak ada perbaikan.
Yang sebaiknya dilakukan adalah memberikan pernyataan yang lebih jelas. “nak, mulai besok jangan pulang terlalu sore ya, jam 5 sore kamu harus sudah di rumah, nggak baik anak cewek hampir magrib masih di luar”.
4. Fokus Pada Kesalahan
Biasanya orang tua lebih suka melarang dan mengomentari dibandingkan memberi pujian. Contoh, ketika dua kakak beradik sedang berantem baru si ayah beranjak dan bilang “kenapa sih suka banget berantem? berhenti!” Atau ketika si anak menjatuhkan sesuatu seperti piring. Si ibu dengan cepatnya bilang “aduh, hati-hati dong kalau makan”. Kita memang lebih fokus pada hal negatif ketimbang positif. Kita jarang sekali mengatakan “duh, anak mama baik banget sih hari ini, pagi-pagi udah nyapu”. Atau, “wah, keren banget sih kamu, tempat tidur udah rapi aja nih ngga perlu mama rapiin”. Mulai sekarang, kita mesti lebih fair terhadap anak. Berikan dia pujian saat melakukan hal baik dan positif dan tegur dia secara baik-baik jika melakukan kesalahan.
5. Orang Tua Nggak Kompak
Misalnya si ibu menganggap main game itu buang-buang waktu dan tidak perlu. Namun di ayah justru bilang dengan main game bisa memingkatkan kemampuan bahasa inggris dan melatih logika. Jika si anak memang suka main game, hal ini akan memberi kesan ke anak bahwa sang ibu nggak sayang sama dia dan ayahlah yang sayang sama dia. Hal semacam ini harus dikomunikasikan dulu sama istri agar bisa memutuskan hal apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan si anak.
6. Menakuti Anak
Kalimat nakut-nakutin anak juga sering banget kita dengar. Contohnya begini, “ayo cepat habiskan makannya, kalau ngga nanti datang hantu lho”. Atau, “jangan main ke sana, ada bapak gondrong tuh, biasanya suka ngambil anak-anak”. Kalimat seperti ini memang sangat efektif untuk anak-anak. Mereka biasanya langsung nurut. Tapi efeknya sangat nggak baik ke anak. Kalimat seperti itu memberikan pemahaman yang nggak baik kepada anak bahwa hantu itu memang ada. Bahwa pria gondrong memang suka nyulik anak dan lain sebagainya. Jadi usahakan untuk selalu memberikan kalimat yang tepat dan memang benar adanya.
7. Mudah Berjanji
Sering sekali para orang tua bilang “ayo buruan mandi, nanti bapak belikan pemen”. Nyatanya setelah anak selesai mandi, permen tetap tidak dibelikan. Hal seperti ini akan membentuk ketidakpercayaan kepada anak terhadap orangtunya. Lebih lanjut, si anak juga kemungkinan akan terbiasa berbohong.
8. Mudah Menyerah
Para orang tua khususnya orang tua baru akan cepat sekali kesal dan frustasi jika anaknya rewel dan terus menangis. Di saat seperti ini kadang terbersit di kepala orang tua atau terucap “ya sudahlah, memang anaknya nakalnya minta ampun”. Atau mungkin terbersit “nakal banget sih anak aku, nggak sanggup lagi deh ngurusnya”. Pikiran-pikiran dan ucapan seperti ini harus dihindari.
Mengurus dan mendidik anak memang susah-susah gampang. Ada saatnya kamu happy dan ada saatnya kita frustasi. Saat frustasi, tetaplah semangat untuk mendidik buah hati kamu dengan baik. Ingat kembali perjuangan saat kamu atau istri kamu melahirkan. Ingat kembali tujuan menikah dulu lalu bakar kembali semangat itu! hoho.
9. Mengatakan Hal-hal Jelek
Orang tua kadang mudah sekali mengucapkan kata nakal, malas, rewel, bodoh dan lain sebagainya. Maka kita di sini ingin bilang, HINDARI KALIMAT KALIMAT NEGATIF ITU! Kenapa? Kamu mungkin belum tau bahwa perkataan itu adalah doa. Saat kita mengucapkan hal-hal negatif ke anak, secara nggak langsung kita mendoakan hal negatif tersebut ke si anak. Khususnya para ibu. Doa seorang ibu terhadap anaknya adalah doa yang tanpa penghalang, tanpa hijab. Oleh karena itu, hati-hatilah mengucapkan kata-kata terhadap anak. Pastikan yang kamu ucapkan adalah kata-kata positif dan baik.
10. Reward and Punishment
Seperti yang dijelaskan pada nomor 4, banyak orang tua yang fokus pada kesalahan si anak. Orang tua cenderung lebih cepat memberikan hukuman (punishment) saat melakukan kesalahan. Jarang sekali ada orang tua yang memberikan penghargaan (reward) atau hadiah saat sia anak melalukan hal yang positif. Tindakan yang tepat adalah tindakan yang fair atau sesuai. Saat si anak melalukan kesalahan, silakan berikan hukuman. Namun saat di anak melakukan hal positif atau mencapai target tertentu, jangan lupa berikan hadiah atau reward. Sebaiknya jenis punishment dan reward ditentukan di awal antara ayah, ibu dan anak. Misalnya, jika nakal harus mengepel lantai dan jika mendapat rangking 3 besar akan jalan-jalan di akhir pekan.
Simpel kan?
Yuk sama-sama kita belajar bagaimana mendidik anak secara baik dan benar agar anak-anak kita tumbuh dengan baik.
Oh iya, jangan lupa ya lihat kumpulan foto ayah dan anak perempuannya yang lagi trend di Jepang.
Terimakasih telah berkunjung ke satujam.com
🙂