Memuliakan Anak Perempuan Dalam Pandangan Agama Islam

Kelahiran anak laki-laki, sampai sekarang masih dianggap sebagai pelanggeng garis keturunan keluarga. Bahkan tidak sedikit juga yang menjadikanya sebagai penanda kehormatan. Sedangkan keluarga yang hanya dikaruniai seorang anak perempuan saja, maka seketika itu mereka langsung merasa malu dan sedih. Padahal di dalam agama islam diajarkan jika anak perempuan itu harus mendapatkan haknya berupa perlakuan yang baik, dimuliakan, diberikan kasih sayang dan pendidikan ilmu agama, maka Allah SWT menjanjikan syurga kepada kedua orang tuanya.

Rosulullah bersabda :

“Barangsiapa yang diberi cobaan seorang anak perempuan kemudian ia berbuat baik pada mereka, maka sesungguhnya mereka(anak perempuan itu) akan menjadi penghalang baginya dari api neraka.” (HR. Bukhori)

Imam Nawawi menjelaskan bahwa Rosulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyebutnya sebagai ibtila’ (cobaan), karena biasanya orang yang tidak menyukai anak perempuan. (Syarh Shahih Muslim 16/178)

Bahkan pada zaman jahiliyah dulu sebelum ajaran islam masuk, orang-orang jahiliyah merasa terhina dengan kelahiran seorang anak perempuan. Sehingga tergambarkan dalam firman Allah :

“Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar gembira dengan kelahiran anak perempuan, merah padamlah wajahnya dan dia sangat marah. Dia menyembunyikan diri dari orang banyak karena buruknya berita yang disampaikan kepadanya. Apakah dia akan memelihara anak itu dengan menanggung kehinaan ataukah akan menguburnya hidup-hidup di dalam tanah? Ketahuilah, betapa buruknya apa yang mereka tetapkan itu.” (Surat An-Nahl: 58-59)

“Setiap anak dilahirkan di atas fitrah, maka kedua orang tuanya lah yang akan menjadikan ia seorang Yahudi, Nasrani, atau Majusi. Sebagaimana binatang ternak akan melahirkan binatang ternak yang sempurna. Apakah engkau melihat ada binatang yang lahir dalam keadaan telah terpotong telinganya?” (HR. Al-Bukhari no. 1385)

 

bayi-perempuan
www.playbuzz.com

Seorang anak yang terlahir di atas fitrah (suci) ini siap menerima dari segala kebaikan dan keburukan. Sehingga ia membutuhkan pengajaran, pendidikan tentang adab, serta pengarahan yang benar dan lurus di atas jalan Islam. Oleh karena itu, hendaknya kita harus berhati-hati supaya tidak lalai terhadap anak perempuan yang tak berdaya ini, hingga pada akhirnya, dia hidup tak ubahnya seekor binatang ternak. Tidak mengerti urusan tentang agama islam maupun tentang urusan dunianya. Sesungguhnya pada diri Rasulullah terdapat sauri teladan yang baik bagi kita. (Al-Intishar li Huquqil Mukminat, halaman. 25)

Bahkan ketika anak perempuan ini telah pada tahap dewasa, maka selayaknya orang tua harus tetap memberikan nasehat dan pengarahan yang baik.

“Tidaklah seorang muslim yang mempunyai dua anak perempuan yang sudah dewasa, kemudian dia berbuat baik kepada keduanya, kecuali mereka berdua akan memasukkannya ke dalam surga-Nya Allah.” (Disampaikan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih Al-Adabil Mufrad no. 57: “Hasan lighairihi”)

Agama yang sempurna ini juga memberikan gambaran tentang bagaimana cara pengungkapan sikap kasih sayang orang tua kepada anak perempuannya.