Ada sebuah cerita; suatu saat datang seorang lelaki untuk meminang seorang perempuan, tetapi si gadis menolaknya. Orang tua si gadis merasa aneh dengan penolakannya, dan tidak mengetahui sebabnya. Padahal, pemuda yang datang melamar ini berasal dari keluarga terpandang. Ia bisa bersenang-senang dengan harta yang melimpah dan tidak kekurangan apa pun. Secara fisik pun sempurna, wajahnya juga tampan, dan perkataannya lembut. Tetapi, dia ditolak oleh si gadis.
Kedua orang tua gadis ini pun mengajaknya berdiskusi seputar masalah ini, tetapi tidak menemukan jawabannya. Justru keluar dari mulutnya sebuah pernyataan “aku tidak mau menikah denga lelaki ini.”
Karena sikap ini, lalu kedua orang tua ini memanggil seorang psikolog agar berdiskusi denga anaknya dan mengorek alasan paling inti dari penolakannya. Psikolog mengatakan, Menurut si gadis, pemuda itu terlalu lembut dalam perkataan dan tingkah lakunya. Dan katanya “ Aku merasa dia bukan lelaki!”
Sebagaimana pertimbangan masalah kecantikan itu berlaku bagi laki-laki, maka pertimbangan masalah ketampanan pun berlaku bagi perempuan. Wahai para orang tua jangan kalian paksa putri kalian untuk menikah degan laki-laki yang buruk rupa, karena mereka itu juga menyukai ketampanan sebagaimana laki-laki menyukai kecantikan.
Ada pesan dari kejadian ini bahwa ukuran kecantikan atau ketampanan bagi seorang lelaki dan perempuan berbeda. Seorang lelaki lebih memerhatikan fisik dan daya tarik yang berupa kecantikan, kelembutan suara, dan sikap feminim seorang wanita. Sedangkan bagi seorang perempuan, ketampanan seorang lelaki adalah ketika melihatnya sebagai seorang laki-laki yang sebenarnya atau maskulin. Ia bisa bersandar kepadanya, ia juga merasa ketika menikah dengannya mampu menjadi pelindungnya, dan melahirkan rasa aman baginya. Inlah filosofi ketampanan dalam pandangan seorang wanita.
Ketampanan wajah dan kekayaan memang penting baginya, tetapi yang lebih prioritas dan dibutuhkan dari seorang lelaki adalah agar ia menjadi pelengkap kekurangannya. Karena, kelak mereka hidup berdua dan saling melengkapi.
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam berpesan ketika ada seseorang yang akan pergi meminang, “perempuan dinikahi karena empat perkara.” Beliau menyebutkan satu dari empat itu adalah kecantikannya. Tetapi, ketika beliau memberikan kriteria kepada wanita tentang lelaki yang melamarnya, beliau hanya berpesan, “jika datang kepada kalian seorang lelaki, yang kalian terima agamanya dan akhlaknya.” Maka agama dan akhlak merupakan ketampanan dalam pandangan perempuan. Sebenarnya inilah masalah yang inti antara lelaki dan perempuan.
Kecantikan itu beragam. Bisa kecantikan fisik, kecantikan berbicara, dan cantik karena ketenangan. Tapi bagi seorang laki-laki, agama dan akhlak adalah ketampanan yang sejati di mata seorang perempuan.