Generasi saat ini tidak pernah merasakan zaman sebelum adanya antibiotik dan vaksin. Sebelum abad ke-20, dunia hidup di tengah ketakutan akan wabah penyakit seperti difteri, campak, polio, rabies, dan cacar.
60 tahun terakhir, kedokteran modern telah berhasil melawan penyakit-penyakit berbahaya ini. Namun, penyakit infeksi masih terus menjadi penyebab terbesar kematian dini. 17 juta nyawa meninggal karena infeksi dari sekitar 52 juta yang meninggal tiap tahunnya. Tuberculosis (TBC) masih menjadi penyebab terbesar kematian (4 juta), dan infeksi gastrointestinal dari mikroba seperti kolera dan tipus menjadi penyebab terbesar kedua (3 juta). Selain itu, bentuk baru penyakit menular juga terus meningkat.
Kita masih bertarung antara hidup dan mati melawan kuman. Pada abad ke-14,sepertiga penduduk Eropa meninggal karena wabah. Di era Victoria, tuberculosis membunuh seperempat penduduk Eropa.
Di akhir Perang Dunia I, sekitar 40 juta jiwa meninggal karena pandemik flu dalam kurang dari setahun. Berdasarkan International Commission on Hygiene, sekitar setengah penduduk dunia terkena influenza ini. Cepatnya persebaran penyakit ini mengambil jutaan jiwa secara tiba-tiba. Seringkali pria dan wanita terkuatlah yang meninggal, sekitar 80% kematian terjadi pada usia 17-40 tahun.
Kesuksesan antibiotik pasca-Perang Dunia II memberi harapan bahwa masalah penyakit infeksi ini akan berakhir. Antibiotik memberikan pilihan baru untuk mengatasi penyakit berbahaya, seperti kolera, keracunan makanan, infeksi luka, meningitis, pneumonia, tuberculosis, dan demam tipus.
Namun keterbatasan kemampuan “obat ajaib” ini segera muncul. Pada tahun 1946, 5 tahun setelah dikenalkannya penicillin, dokter menemukan jenis bakteri yang menjadi kebal terhadap obat ini. Informasi ini tidak diumumkan secara luas.
Antibiotik baru yang lebih kuat dikembangkan. Kita pun melaju dengan anggapan kalau kita telah memenangkan “perang melawan penyakit.” Namun mikroba terus beradaptasi dan bermutasi. Sumber penyakit mampu melawan antibiotik generasi baru.
“obat anti mikroba kita telah berkurang keefektifannya… dan para ahli dalam penyakit infeksi sangat mengkhawatirkan kemungkinan adanya “zaman pasca-antibiotik.” Pada waktu yang bersamaan, kemampuan kita untuk mendeteksi, mengobati, dan mencegah penyakit infeksi sedang terancam…. Kita tahu kalau kita tidak akan menaklukkan penyakit infeksi. Pertanyaannya adalah apakah kita bisa mengontrol organisme ini sehingga kita bisa hidup beriringan.”
Dr. David Satcher, mantan U.S. Surgeon General
Kemampuan adaptif dari mikroba menggambarkan kemampuan mengagumkan dari alam. Sama mengagumkannya dengan fakta bahwa manusia dan hewan bisa hidup beriringan. Namun, keseimbangan mengagumkan yang alam ciptakan ini bisa goyah.
Kemungkinan besar hancurnya keseimbangan ini akan menyebabkan konsekuensi negatif. Melalui penggunaan antibiotik, tampaknya kita mulai bisa menangani banyak infeksi bakteri. Namun, kita mulai melihat dampak jangka panjang dari cara ini dan juga efek berbaha yang akan ditimbulkan.
Tampaknya kita mulai perlu belajar untuk bekerja sama dengan alam untuk mendukung imunitas tubuh kita.
Bisa jadi, pencegahan itu adalah cara yang paling sejalan dengan cara alam untuk membuat kita tetap sehat.