Kisah Seorang Pria Italia yang Dulunya Gay, Kini Hidup Bahagia Bersama Istri dan Anak Kandungnya

Masa kecil yang membawa seorang pria menjadi gay

polisblog.it
polisblog.it

Luca Di Tolve pernah mengalami pergumulan batin yang berat. Ia sempat tumbuh menjadi seorang homoseksual. Tolve mengungkapkan bahwa homoseksualitasnya ini disebabkan oleh perceraian orang tuanya pada saat ia masih kecil. Hal ini membuat Tolve hidup tanpa ayah. Dalam satu wawancara Tolve berkata, “Saya berada di lingkungan yang feminine, bermain boneka.  Salah kalau percaya bahwa ada orang  yang terlahir gay. Kamu jatuh cinta pada sesama pria karena dalam diri pria itu ada sosok yang kamu idam-idamkan.”

“Pengalaman homoseksual itu pengembaraan emosional yang fanatik,” kata Tolve, “Hal ini dapat dimengerti, siapa pun mencari sesuatu yang berbeda dari dirinya. Jika dalam diri orang lain mereka menemukan hal yang sama, hubungan menjadi hanya sebatas fana dan terasa hanya seperti kewajiban saja. kemantapan dan kesetiaan tidak bisa eksis di dunia gay.”

Bertahun-tahun Luca tidak pernah tertarik pada wanita. Sementara itu lelaki yang lebih tua bisa membuat hasratnya memuncak. Walau begitu, identitas gay membuatnya merasa tidak nyaman. Ia pun terus mencari jati dirinya yang sebenarnya.

Ia bertemu Dr. Joseph Nicolosi, pakar terapi reparatif untuk orang-orang homoseksual yang ingin sepenuhnya menjalani hidup heteroseksual. Nicolosi membantu Luca untuk menemukan sisi maskulin yang selama ini tertutupi. Sampai akhirnya Luca bisa mengubah orientasi seksualnya hingga akhirnya menikah dengan seorang wanita yang benar-benar ia cintai. Pada tahun 2009, Tolve mengumumkan kisah hidupnya ini dan menggegerkan masyarakat, terutama dunia gay.

Kisah berubahnya orientasi seksual menginspirasi dan menjadi lagu

wikimedia.com
wikimedia.com

Kisah hidup Luca Di Tolve ini menginspirasi penyanyi Italia, Giuseppe Povia, untuk menciptakan sebuah lagu berjudul Luca Era Gay (Luca Dulunya Seorang Gay). Sang pencipta lagu ini sendiri pernah menjalani hidup sebagai gay selama  7 bulan. Namun akhirnya dia dapat mengakhiri fase ini, bahkan Povia sudah membantu 2 temannya yang mantan gay untuk dapat menikah.

Dalam satu wawancara, Povia mengungkapkan, “Seseorang itu tidak terlahir gay, tapi menjadi gay itu tergantung teman-teman di sekitar orang tersebut. Saya juga pernah melalui fase homoseksual, tapi saya berhasil melaluinya.”

Lagu yang dibuat Povia ini mendapat banyak kritikan, terutama dari aktivis LGBT. Selain itu, Tolve juga dianggap telah berbohong akan kisah hidupnya. Dalam buku Anakku Bertanya Tentang LGBT, Sinyo Egie, menuliskan, “Para aktivis gay menginginkan Povia dilarang menampilkan lagu tersebut di depan publik. Povia juga mendapat ancaman mati karena dianggap menyerukan homophobia kepada masyarakat. Namun, usaha tersebut sia-sia karena Povia tetap melaju dengan lagunya.”

Lirik lagu Luca Era Gay ini sangat menggambarkan dilema seorang homoseksual. Bagi orang yang mengalami same sex attraction (SSA) namun tidak ingin menjadi gay, lagu ini dapat membuatnya merasa ditemani. Pergumulan dalam batinnya terasa diakui, yang mungkin orang-orang di sekitarnya tidak siap untuk menghadapi kenyataan di dalam batinnya.

Bagi orang-orang heteroseksual alias menyukai lawan jenis, lagu ini akan sangat membantu untuk memahami cobaan yang dialami orang-orang homoseksual, yang bisa jadi ada di dekat kita. Walau mereka homoseksual, bukan berarti mereka ingin menjadi gay. Kita perlu membantu mereka, merangkul mereka, mempercayai mereka, bahwa mereka bisa menjalani hidup dengan harga diri yang tinggi. Bahwa mereka bisa melampaui orientasi seksualnya dan membangun keluarga yang sehat.

Luca Dulunya Seorang Gay (terjemahan dengan perubahan dari lagu Luca Era Gay)

[youtube http://www.youtube.com/watch?v=583GBge-U-c]

Luca dulunya seorang gay, tapi sekarang dia hidup bersama istrinya

Saat Luca berbicara, ia genggam hatinya di telapak tangannya

Luca bilang, “Sekarang aku ini pria yang berbeda”

 

Luca bercerita,

“Sebelum aku berbicara tentang perubahan seksualitasku

Izinkan aku memperjelas satu hal

Karena aku percaya pada Tuhan, aku tidak bisa bergantung pada manusia untuk mencari jawabanku

Pemikiran manusia akan hal ini berbeda-beda

Oleh karena itu aku tidak pergi ke psikolog, psikiater, pendeta, atau ilmuwan

Aku pergi ke masa lalu aku, menggalinya dalam-dalam

Dan menemukan banyak sekali hal tentang diriku

Ibuku mencintaiku, terlalu mencintaiku

Cinta yang menjadi sangat obsesif

Cinta yang penuh akan pendiriannya

Aku sulit bernapas karena kebutuhan ibuku akan perhatian dariku

Ayahku adalah pria yang tidak membuat keputusan

Aku tak pernah bisa berbicara dengannya

Ayahku bekerja sepanjang hari

Walau aku menduga kebenarannya itu sedikit berbeda

Faktanya, saat usiaku 12 tahun

Ibuku bilang padanya kalau dia ingin berpisah

Aku tidak mengerti

Tapi ayahku bilang, “Yah, itu keputusan yang tepat”

Setelah itu ayahku mulai sering minum-minum

Ibuku tidak pernah sekalipun mengatakan hal yang baik tentang ayah

Ibuku dulu sering bilang,

“Terserah kamu mau berbuat apa, tapi jangan pernah menikah”

Ibuku cemburu akan pacarku

Sangat tidak sehat

Dan identitasku menjadi semakin membingungkan

 

Luca dulunya seorang gay, tapi sekarang dia hidup bersama istrinya

Saat Luca berbicara, ia genggam hatinya di telapak tangannya

Luca bilang, “Sekarang aku ini pria yang berbeda”

 

Sekarang aku ini  pria yang berbeda tapi saat itu aku butuh jawaban

Aku merasa sangat malu, kucari jawaban diam-diam, secara rahasia

Ada orang-orang yang berkata padaku, “Itu alamiah”

Tapi aku mempelajari karya Freud, dan dia tidak menganggap seperti itu

Aku lulus SMA, masih tidak tahu apa itu kebahagiaan

Pria yang lebih tua membuat hatiku berdegup kencang

Dan saat itulah aku berpikir, “Aku ini homoseksual”

Bersamanya, aku tidak menahan diri

Dia menghujaniku dengan perhatian

Dan kukira itulah cinta

Tentu, dengannya aku bisa menjadi diriku sendiri

Tapi kemudian hubungan seks menjadi persaingan

Aku merasa kalau akulah yang bersalah

Aku kira mereka akan menangkapnya cepat atau lambat

Tapi aku bisa menutupi kebenaran agar dia tidak mendapat masalah

Aku mencari pria yang bisa menggantikan sosok ayahku

Aku mengencani pria agar tidak mengkhianati ibuku

 

Luca dulunya seorang gay, tapi sekarang dia hidup bersama istrinya

Saat Luca berbicara, ia genggam hatinya di telapak tangannya

Luca bilang, “Sekarang aku ini pria yang berbeda”

 

Luca bilang, “Selama 4 tahun

Aku hidup bersama pria lain

Terkadang ada cinta, terkadang ada kebohongan, sering berselingkuh

Aku masih mencari kebenaranku

Cinta agung yang abadi

Lalu satu malam aku bertemu dengan seorang wanita

Dia ada di sana, di kerumunan orang

Dia tidak tahu maslaah yang sedang kualami

Tapi dia mendengarkanku

Memahamiku

Yang kuingat

Keesokannya, aku merindukannya

 

Jadi itulah ceritaku, hanya cerita

Tidak ada penyakit, tidak ada penyembuhan

Ayah, aku memaafkanmu

Walaupun kamu tidak pernah kembali pulang

Ibu, aku selalu memikirkanmu

Dan aku tidak pernah berhenti peduli padamu

Terkadang aku masih melihat wajahmu

Tapi sekarang aku sudah menjadi seorang ayah

Dan hatiku milik satu-satunya wanita yang pernah kucintai

 

Luca dulunya seorang gay, tapi sekarang dia hidup bersama istrinya

Saat Luca berbicara, ia genggam hatinya di telapak tangannya

Luca bilang, “Sekarang aku sudah menjadi pria yang berbeda”

 

Literatur

http://blog.practicalethics.ox.ac.uk/2009/02/in-search-of-lost-heterosexuality/

https://www.lifesitenews.com/news/breaking-11-more-undercover-planned-parenthood-videos-released-video

Egie, Sinyo. 2014. Anakku Bertanya Tentang LGBT