“Mungkin dia lelah.”
Kalimat ini menjadi frase yang cukup populer akhir-akhir ini. Perhatian yang terus terfokus membuat kita lebih mudah lelah. Seperti otot yang terus dipaksa untuk dipakai berolah raga berat, pikiran (dan juga hati) kita juga bisa kelelahan jika dipaksa fokus terlalu lama.
Apalagi layar gadget yang terus ditatap itu sangat menguras perhatian dan fokus kita. Era digital ini membuat pikiran kita sangat mudah terfokus. Pada saat yang bersamaan, pikiran dan hati kita juga menjadi lebih mudah lelah.
Beberapa tanda kelelahan pikiran adalah menurunnya efektivitas dalam bekerja. Pada saat yang bersamaan pikiran lebih mudah terganggu dan emosi lebih mudah memuncak—membuat kita lebih mudah marah. Hal ini menandakan usaha tubuh untuk tetap fokus telah menghabiskan glukosa. Glukosa inilah yang otak butuhkan untuk tetap berfungsi.
Obat dari kelelahan hati dan pikiran itu sama dengan lelah fisik: beristirahat. Tapi, bagaimanakah cara mengistirahatkan pikiran dan hati?
Cara mengistirahatkan pikiran
Dalam buku Focus: The Hidden Driver of Excellence, psikolog Daniel Goleman menjelaskan cara mengistirahatkan pikiran.
Cobalah mengubah dari usaha kontrol yang top-down ke aktivitas bottom-up yang lebih pasif. Caranya adalah dengan beristirahat yang rileks di lingkungan yang tenang. Stephen Kaplan dari University of Michigan mengungkapkan bahwa lingkungan yang paling tenang adalah di alam. Ia mengembangkan teori restorasi perhatian.
Restorasi terjadi saat kita beralih dari jenis perhatian yang penuh usaha, di mana pikiran perlu menekan distraksi yang mengganggu, menjadi jenis perhatian yang melepaskan dan membiarkan perhatian kita menangkap apa pun yang ada di sekitar kita.
Namun tidak semua tindakan bottom up dapat mengembalikan energi dan kemampuan kita untuk fokus. Menjelajahi internet dan social media, bermain video games, atau menjawab email bukanlah aktivitas yang bisa mengistirahatkan pikiran yang lelah.
Kita perlu secara rutin melepaskan diri dari rutinitas. Waktu berdiam diri mengembalikan fokus dan kesabaran diri kita. Namun melepaskan diri itu baru langkah pertama. Apa yang kita lakukan setelah melepaskan diri dari rutinitas juga penting.
Kaplan menjelaskan kalau berjalan-jalan di tengah kota masih meminta perhatian kita. Di jalanan, kita masih perlu menghadapi keramaian pejalan kaki, menghindari mobil, serta mengabaikan klakson mobil dan berisiknya jalan raya.
Sebaliknya, berjalan-jalan di taman atau di tengah pepohonan meminta sangat sedikit perhatian dari pikiran kita. kita bisa mengembalikan energi dari kelelahan dengna menghabiskan waktu di tengah alam. Bahkan hanya beberapa menit berjalan-jalan di taman atau menatap awan di langit yang cerah atau memperhatikan kupu-kupu yang sedang bercengkerama dengan bunga akan sangat membantu.
Aktivitas semacam ini memicu perhatian bottom up secara sederhana. Aktivitas semacam ini menghasilkan kembalinya energi dari kelelahan, mengembalikan konsentrasi perhatian dan daya ingat kita, serta meningkatkan kesadaran.
Itulah sebabnya Ridwan Kamil sangat memprioritaskan membangun taman di Bandung di awal-awal menjadi walikota. “Berjalan-jalan di taman itu refreshing yang jauh lebih baik daripada jalan-jalan di mall, lebih menenangkan. Kalau lagi berantem sama istri, peluk saja pohon,” kurang lebih ujar Ridwan Kamil menjelaskan pentingnya taman kota.
Berjalan-jalan di tengah taman mampu mengembalikan fokus kita untuk mengerjakan tugas yang berat daripada berjalan-jalan di tengah kota. Bahkan hanya duduk melihat mural gambar pemandangan alam saja—terutama yang ada air di dalamnya—jauh lebih menghilangkan kelelahan daripada duduk di pojok kafe.
Cara mengistirahatkan hati
Bahkan seringkali alam pun tidak bisa menenangkan hati yang gelisah dan merasa kosong. Cara mengistirahatkan hati yang lelah (bahkan lebih dari itu, mengistirahatkan seluruh raga, otak, bahkan spiritual kita) adalah dengan doa lewat ibadah.
Rasulullah Muhammad SAW pernah berkata, “Wahai Bilal, istirahatkanlah kami dengan shalat.” Kelelahan yang sangat bisa teratasi dengan beribadah. Syaratnya adalah kita benar-benar memasrahkan diri kita pada Sang Pencipta saat beribadah. Maka hati pun akan menjadi tenang.