Mahasiswa abadi, mahasiswa bangkotan, mahasiswa angkatan tua adalah beberapa nama dari julukan untuk mahasiswa yang telah menempuh semester tingkat atas. Mereka orang-orang yang tidak lagi disibukkan dengan jadwal kuliah dan biasanya tinggal fokus pada skripsi.
Walaupun, sudah tidak dikejar deadline oleh tugas kuliah, presentasi, dan laporan praktikum, bukan berarti kehidupan mahasiswa bangkotan ini bahagia. Kehidupan di perkuliahan tidak sama halnya adegan drama Korea ataupun sinetron yang ada di Indonesia yang sering kamu tonton.
Karena semboyan “Kuliah tak seindah FTV” tampaknya benar adanya. Lantas, apa saja sih duka yang dapat dirasakan oleh mahasiswa angkatan tua?
Mulai Jarang Bertemu dengan Teman Seangkatan di Kampus
Jika di awal masuk kuliah saat menjadi MABA (Mahasiswa Baru) kamu dapat dengan bebas bertemu teman seangkatan, baik itu di kelas, kantin ataupun di perpustakaan. Namun, hal sebaliknya akan kamu rasakan saat menginjak semester akhir. Teman seangkatan mulai jarang terlihat di kampus, dan dapat dipastikan kamu akan jarang berjumpa karena tidak lagi sekelas.
Bagi mahasiswa yang cerdas biasanya mereka telah menghabiskan jumlah SKS mata kuliah dan saat ini tinggal mengambil skripsi. Lalu bagaimanakah dengan mahasiswa lainnya? Mereka pun dapat dikatan tipe yang sangat penyayang dan awet muda.
Mengapa dianggap penyayang, saking penyayangnya dengan dosen mata kuliat tersebut, mereka rela untuk mengulang mata kuliah untuk kedua bahkan ketiga kalinya untuk mendapatkan nilai yang hampir persis dengan plat kendaraan Jogja yaitu AB.
Terus kenapa mereka bisa awet muda? Gimana nggak awet muda, setiap hari kuliah ketemunya sama mahasiswa angakatan bawah. Syukur-syukur dapat disegani atau bahkan dikira asdos lagi masuk kelas.
Mulai Gemar Mencari Pekerjaan Part Time
“Sambil menyelam minum air” peribahasa ini yang mungkin sangat tepat untuk menggambarkan mahasiswa yang selain aktif kuliah, juga sangat aktif bekerja paruh waktu. Mahasiswa tipe ini bisa dibilang mahasiswa yang tidak cocok dijadikan pacar, namun cocoknya dijadikan pendamping hidup.
Kenapa demikian? Karena mereka adalah tipe orang yang pekerja keras yang sangat menghargai waktu. Tidak ada di dalam kamus mereka membuang-buang waktu dan uang.
Walaupun mereka bukan pasangan yang bisa “selalu ada setiap waktu untuk kamu” orang yang seperti ini yang layak untuk dipertahankan. Mereka bukanlah mahasiswa yang hanya bergantung pada kekayaan orang tua mereka. Mereka terdidik secara mandiri, tekun, dan tidak gengsi demi mencari rezeki yang halal.
Terlebih lagi, jika pasangan yang bisa diandalkan untuk berjuang bersama. Jadi, kamu nggak perlu ragu apakah kelak pasangan kamu ini mau diajak susah senang bersama. Namun, kamu sebagai pasangan yang baik harus ingat bahwa “wanita yang baik mau diajak susah, tapi pria yang baik tidak akan tega membiarkan wanitanya susah.”
Kembali ke topik, nah mahasiswa angkata tua biasanya akan gencar mencari lowongan part time. Baik itu penjaga toko, waitress, bar tender, ataupun sales promotion girl (SPG). Kamu juga tidak perlu malu apalagi harus gengsi kalau saat bekerja tiba-tiba bertemu dengan teman bahkan mantan kamu.
Mulai Giat Mencari Dosen Pembimbing
“Datang tak dijemput pulang tak diantara” ini adalah sebuah pepatah yang sangat pas untuk mewakili perasaan mahasiswa ke dosen pembimbingnya yang sangat sulit ditemui. Kesibukan sebagai tokoh penting membuat dosen tidak selalu ada di ruangan kantornya setiap hari.
Bahkan ada juga loh tipe dosen yang sering melalang buana dari satu kota satu ke kota lainnya untuk menghadiri berbagai event atau acara. Mulai saat itu, kamu pasti akan merasakan susahnya nyari dosen beda tipis sama susahnya nyari jodoh. Jika kamu yang jomblo bisa mengatakan “Jodoh di tangan Allah”, kalau acc skripsi? Ya jelas di tangan dosen.
Tidak jarang juga kamu akan dikecawain sama dosen pembimbing. Hal ini tidak jauh berbeda dengan gebetan yang sering memberi harapan dan janji palsu, di PHP dosen juga nggak kalah sakit loh.
A: Siang Bapak, saya Dewi, mahasiswa Ekonomi Syariah 2009 bimbingan bapak. Saya ingin konsultasi soal skripsi saya. Kira-kira Bapak bisa ditemui kapan ya?
B: Besok jam 10.00 di ruang saya dek.
A: Baik Pak, terima kasih.
Besok paginya sekitar jam 09.45 kamu sudah menggunakan kemeja rapi duduk cantik membawa beberapa tumpukan revisi di depan kantornya. Setengah jam, satu jam, dua jam berlalu, dan dosen pun belum juga muncul.
Dalam hati berusaha berprasangka baik “Mungkin dosennya baru on the way di jalan kejebak macet ataupun ban bocor terus nambal ban ke Surabaya?” Well. kamu pun akhirnya memberanikan diri sms pak dosen sebelum, kelamaan nungguin beliau di depan ruangan.
A: Siang Pak, ini Dewi yang sudah ada janji dengan Bapak bertemu siang ini, untuk konsultasi skripsi. Kira-kira Bapak bisa saya temui jam berapa ya?
B: Maaf Mbak, pesawat saya baru saja mendarat ini di Balikpapan. Saya ada proyek sampai Rabu depan. Nanti bisa diagendakan lagi pertemuan berikutnya.
A: Oh iya Pak, terima kasih. *nangsi sambil guling-guling.
Mencari Pendamping Wisuda
“Bagai sayur tanpa garam” ini adalah peribahasa yang tepat untuk menggambarkan momen wisuda tanpa adanya seorang pendamping. Kamu yang masih menyandang status jomblo akan mulai menebar pesona demi cepat mendapatkan pasangan. Ada yang mulai “nge-tag” mahasiswa angakata baru.
Ada juga yang menghubungi kembali mantan-mantan gebetan yang masih available. Sebaliknya bagi mahasiswa putri, mereka lebih tertarik pada pasangan yang telah bekerja alias mapan. Seperti semboyan “Habis ijazah lanjut ijabsah”, banyak mahasiswi yang selesai wisuda langsung dilamar, tunangan, bahkan ada yang langsung menikah.
Memanfaatkan Waktu Luang untuk Travelling
Waktu menjadi MABA kamu pasti jarang liburan apalagi pulang kampung. Karena padatnya jadwal kuliah dan praktikum. Namun, sudah menjadi angkatan tua, kamu dapat memanfaatkan waktu luang untuk travelling. Ibarat menebus kesalahan masa lalu yang mungkin kurang hiburan dan liburan, kamu pun dapat menjalah dari satu tempat ke tempat waisata lainnya.
Seperti pantai, gunung, dan wahana lainnya bisa menjadi alternatif yang dapat kamu pilih. Kamu nggak perlu lagi ke Gunung Rinjani sambil bawa laporan praktikum untuk dicicil dikerjakan saat udah sampai puncak. Kamu juga nggak perlu bawa makalah presentasi buat ke Pantai Sundak untuk dipelajari karena besok maju presentasi.