Sejarah, Jenis dan Ciri-ciri Meganthropus Paleojavanicus

MEGANTHROPUS PALEOJAVANICUS – Di Indonesia terdapat beberapa penemuan dari manusia purba. Berdasarkan pendapat dari T. Jacob, manusia mempunyai ciri-ciri biologis berdiri tegak serta kapasitas otak yang relatif lebih besar.

Eugene Dubois adalah orang yang mempelopori penemuan manusia purba di Indonesia yang berasal dari Belanda,

Meganthropus Paleojavanicus

Meganthropus Paleojavanicus
excitingearth.wordpress.com

Fosil dari Meganthropus Paleojavanicus adalah fosil manusia yang paling primitif. Meganthropus Paleojavanicus memiliki arti “Manusia Raksasa Dari Jawa”.

Manusia purba ini ditemukan pertama oleh Van Koenigswald pada tahun 1936 hingga 1941 di wilayah Sangiran, Sragen, Jawa Tengah.

Fosil yang ditemukan yakni bagian rahang bawah serta rahang atas kiri dengan gigi geraham.

Ciri-Ciri Meganthropus Paleojavanicus

Meganthropus Paleojavanicus
99gambar.blogspot.com

Berikut ini adalah ciri-ciri dari Meganthropus Paleojavanicus

  • Mempunyai tubuh yang kekar serta tegap
  • Mempunyai Rahang yang besar
  • Mempunyai bentuk geraham seperti manusia tetapi tidak berdagu seperti kera.
  • Mempunyai tulang pipi yang tebal
  • Terdapat tonjolan di kening serta pada bagian belakang kepalanya
  • Tumbuhan menjadi makanan pokoknya/
  • Hidup pada 2 -1 juta tahun yang lalu.

Berikut ini adalah Fosil yang berbentuk Fragmen Rahang Meganthropus Paleojavanicus yang telah di temukan.

Meganthropus A / Sangiran 6

Meganthropus Paleojavanicus
ibnufareziii.wordpress.com

Ini adalah Fragmen Rahang yang cukup besar, pertama kali rahang ini ditemukan pada Tahun 1941 oleh Von Koenigswald dan diberikan kepada Weidenreich

Weidenreich memaparkan serta memberi nama spesimen pada tahun 1945, dan terpana dengan ukurannya.Kemudian hominid ini adalah hominid yang memiliki rahang terbesar yang dikenal. Rahang itu kira-kira sama tingginya dengan gorila tetapi memiliki bentuk yang berbeda.

Sedangkan antropoid dengan mandibula (rahang) memiliki tinggi yang terbesar di simfisis, yaitu di mana dua rahang bawah bertemu, hal ini tidak terjadi di Sangiran-6, di mana ketinggian terbesar terlihat di sekitar posisi pertama molar (M1).

Weidenreich menganggap ini adalah gigantisme acromegalic, tapi akhirnya tidak menggolongkannya karena tidak memiliki fitur khas seperti dagu yang menonjol berlebihan dan giginya yang kecil dibandingkan dengan ukuran rahang itu sendiri.

Weidenreich tidak pernah membuat perkiraan ukuran langsung dari hominid ini berasal, namun mengatakan itu 2/3 ukuran Gigantopithecus , yang dua kali lebih besar sebagai gorila, yang membuatnya seperti setinggi sekitar 8 kaki (2,44 m) tinggi.

Tulang rahangnya digunakan dalam bagian dari rekonstruksi tengkorak Grover Krantz, yang hanya setinggi 8,5 inci (21 cm).

Meganthropus B / Sangiran 33/BK 7905

Meganthropus Paleojavanicus
genggaminternet.com

Meganthropus B adalah Fragmen mandinula yang di temukan sekitar tahun 1979 dan memiliki beberapa karakteristik yang mirip dengan mandibula sebelumnya.

Hubungannya dengan Meganthropus menjadi yang paling lemah dari penemuan mandibula.

Meganthropus I / Sangiran 27

Meganthropus Paleojavanicus
ibnufareziii.wordpress.com

Spesimen Tyler ini digambarkan sebagai tengkorak yang hampir lengkap tapi hancur dalam batas ukuran Meganthropus dan di luar batas (diasumsikan) H. Homo.

Spesimen ini tidak memiliki jendolan ganda yang hampir bertemu di atas tempurung kepala dan punggung nuchal sangat tebal.

Meganthropus II / Sangiran 31

Meganthropus Paleojavanicus
ibnufareziii.wordpress.com

Meganthropus II merupakan fragmen tengkorak yang pertama kali dijelaskan oleh Sartono pada tahun 1982. Analisis Tyler sampai pada kesimpulan bahwa itu adalah kisaran normalnya H. Homo.

Tempurung kepala lebih dalam, lebih rendah berkubah, dan lebih luas daripada sebelumnya spesimen sebelumnya yang ditemukan. Ia memiliki sagittal crest yang sama atau punggung temporal ganda dengan kapasitas tengkorak sekitar 800-1000cc.