Mengungkapkan cinta dengan uang itu (tidak) cukup
“Tugas gue adalah memikirkan tentang nafkah agar istri gue ga perlu memikirkannya. Itulah cara gue menunjukkan kalau gue cinta dia,” ungkap seorang pria yang Feldhahn survei saat menulis For Women Only.
Bagi banyak pria, bekerja itu adalah cara romantis mengungkapkan cinta pada sang istri. Mengambil lembur agar lebih banyak penghasilan yang bisa ia berikan ke dompet istrinya. Apalagi kalau sang pria sering mendengar keluhan istrinya betapa harga kebutuhan pokok terus naik, betapa mahalnya uang sekolah anak saat ini.
Yang membuat pria merasa pusing dengan perilaku wanita adalah betapa kontradiktifnya perkataan wanita. Ia sering mengeluh soal kurangnya penghasilan, namun pada saat yang bersamaan ia menuntut suaminya untuk punya lebih banyak family time.
Bahkan ada yang mengeluh kalau suaminya tidak mencintainya lagi karena terlalu banyak bekerja. “Kamu lebih cinta pekerjaan kamu daripada aku dan anak-anak kita,” keluh sang istri. “Lho, kamu pikir selama ini aku bekerja keras untuk siapa?” itu yang jadi respons otomatis kita sebagai pria saat mendengar keluhan semacam ini.
Sumber masalahnya adalah: pria seringkali menyalahartikan keluhan wanita. Wanita memang sering mengeluh soal uang. Namun rule of thumb saat berinteraksi dengan wanita bukanlah mendengarkan perkataan yang ia ucapkan, kuncinya adalah menggali perasaan di balik perkataannya.