Kamu Pengusaha? Pahami 6 Motivasi Bekerja Agar Karyawanmu Lebih Produktif

Apa yang membuat karyawanmu semangat bekerja? Apa yang membedakan karyawan yang malas dengan yang rajin? Lalu pertanyaan yang lebih penting, apa yang bisa kamu lakukan untuk membuat karyawanmu lebih termotivasi untuk bekerja?

Untuk menjawab hal ini, bisa dimulai dengan bertanya: untuk apa kamu pergi bekerja? Kemungkinan besar jawabannya ada hubungannya dengan uang. Namun sudah rahasia umum kalau  motivasi bekerja itu lebih rumit daripada materi.

“Ada spectrum alasan mengapa orang-orang melakukan pekerjaannya,” tulis Neel Doshi dan Lindsay McGregor dalam buku Primed to Perform: How to Build the Highest Performing Cultures Through the Science of Total Motivation. “Memahami spectrum tersebut adalah kunci dalam menciptakan produktivitas di tingkat tertinggi.”

www.wearewatermark.org
www.wearewatermark.org

Doshi dan McGregor menyebutkan ada 6 alasan kita semua melakukan sesuatu. Tiga alasan pertama mereka sebut motivasi langsung,  sisanya disebut motivasi tak langsung.

Motivasi langsung

Bermain

Diet menurunkan berat badan—ataupun berbagai tujuan lainnya—akan punya peluang berhasil terbesar saat motivasimu adalah bermain. Bermain muncul saat kamu melakukan aktivitas dengan alasan sederhana: kamu menikmati mengerjakannya. Imbalan yang kamu harapkan hanyalah melakukan pekerjaan itu semata. Para peneliti menjelaskan motivasi ini sebagai motivasi “intrinsik.”

Bermain adalah  alasan yang mendorongmu melakukan hobi tertentu, mulai dari menyelesaikan teka-teki silang, membuat scrapbook, sampai mengaransemen musik.

Kamu bisa merasa sedang bermain dalam menurunkan berat badan dengan cara melakukan eksperimen berbagai resep sehat atau dengan menjelajahi restoran-restoran yang menawarkan menu sehat.

Banyak orang yang cukup beruntung bisa “bermain” di tempat kerja. Kita merasa bermain di tempat kerja saat kita melakukan pekerjaan karena kita menikmati melakukannya. Sesederhana itu.

Rasa ingin tahu dan eksperimen adalah jantungnya bermain. Orang-orang secara intrinsic menikmati belajar dan beradaptasi. Secara intrinsik, kita mencari-cari kesempatan untuk bermain.

Bermain di tempat kerja jangan dicampuradukkan dengan karyawan yang bermain pingpong atau PES selepas jam kerja. Agar karyawanmu merasa bermain di tempat kerja, motivasinya harus didorong oleh pekerjaan itu sendiri, bukan selingan kerja.

Karena motivasi bermain diciptakan oleh pekerjaan itu sendiri, bermain menjadi pendorong produktivitas tertinggi yang paling langsung sekaligus paling kuat.

Tujuan

Motivasi yang ada satu langkah di belakang bermain adalah tujuan. Motivasi berupa tujuan muncul saat kamu melakukan sesuatu karena  kamu lebih menghargai hasil dari aktivitas tersebut (dibandingkan aktivitas itu sendiri). Bisa saja kamu tidak menikmati pekerjaan yang kamu lakukan (dan tentu bisa jadi kamu menikmatinya), namun kamu menghargai dampaknya.

Misalnya saja kamu bekerja sebagai perawat karena kamu ingin membantu menyembuhkan pasien. Atau kamu menghabiskan kariermu mempelajari kebudayaan karena kamu mempercayai dampak hasil kerjamu ke banyak orang. Orang-orang yang diet bisa jadi tidak menikmati menyiapkan dan mengonsumsi makanan yang sehat, tapi mereka benar-benar menghargai  kesehatan mereka sendiri, hasil dari pola makan yang sehat.

Kamu merasakan motivasi tujuan di tempat kerja saat nilai-nilai dan kepercayaanmu sejalan  dengan hasil dari pekerjaanmu. Apple membuat produk yang menginspirasi dan memberdayakan pembeli-pembelinya, tujuan yang sangat menarik dan masuk akal.

Motivasi berupa tujuan itu melepaskan satu aspek dari pekerjaan. Alasannya motivasinya bukanlah pekerjaan itu sendiri tapi hasil dari pekerjaan. Walau motivasi tujuan itu pendorong yang sangat kuat dari kinerja, fakta bahwa tujuan ini melepaskan kenikmatan bekerja membuatnya kurang kuat jika dibandingkan dengan bermain.

Potensial

Motivasi potensial muncul saat kamu menemukan hasil orde kedua (jika dibandingkan dengan hasil langsungnya) bahwa pekerjaan itu  sejalan dengan nilai dan kepercayaanmu. Kamu melakukan suatu pekerjaan karena hal  ini akan membawamu ke hal yang penting bagimu, misalnya saja tujuan pribadi.

Orang-orang yang diet termotivasi oleh potensi makan sehat untuk mencapai hal lain yang berharga bagi mereka—misalnya saja bisa lari lebih cepat di lapangan sepak bola atau supaya bisa bermain lebih lama dengan anak-anaknya. Saat perusahaan menjelaskan satu pekerjaan sebagai batu pijakan yang baik, saat itulah perusahaan mencoba memasukkan motivasi potensial.

3 alasan inilah motivasi langsung. Langsung karena 3 motivasi ini terhubung dengan pekerjaan itu sendiri.

Hasilnya, 3 motivasi ini menghasilkan kinerja terbaik. Budaya perusahaan yang menginspirasi orang-orang untuk melakukan pekerjaannya untuk bermain, tujuan, dan potensiallah yang bisa menghasilkan hasil kerja tertinggi dan paling stabil.

Tidak semua motivasi berhubungan dengan kinerja yang lebih baik. Motivasi-motivasi yang tidak nyambung dengan pekerjaan umumnya menurunkan kinerja. Berikut ini 3 motivasi tidak langsung dalam bekerja.

Motivasi tidak langsung

Tekanan emosional

Motivasi tidak langsung pertama: tekanan emosional ini terjadi saat ada perasaan seperti kekecewaan, rasa bersalah, atau rasa malu mendorongmu untuk melakukan satu aktivitas (Baca: Apa Kata Psikologi tentang Rasa Malu). perasaan-perasaan ini berhubungan dengan kepercayaanmu (persepsi akan dirimu sendiri) dan juga tekanan dari luar (penilaian (judgment) orang-orang). Pekerjaan itu sendiri tidak lagi menjadi alasanmu bekerja.

Bisa saja kamu berlatih piano agar tidak mengecewakan ibumu. Bisa saja kamu tetap berada di temppat kerjamu yang sekarang karena “kerennya status dan jabatan” meningkatkan kepercayaan dirimu.

Orang yang diet bisa saja mengonsumsi makanan sehat karena ia merasa malu akan penampilan fisiknya, atau bisa saja karena ia merasa bersalah jika pasangannya melihat dirinya memakan kue di malam hari.

Di tiap kasus tersebut, motivasinya tidak berhubungan langsung dengan pekerjaan. Motivasinya tidak langsung.

Saat motivasimu untuk bekerja adalah tekanan emosional, hasil kinerjamu yang akan terkena dampaknya. Budaya  tempat kerja yang menghasilkan kinerja tinggi cenderung mengurangi tekanan emosional.

Tekanan emosional adalah motivasi tidak langsung yang paling lemah. Efek dari tekanan ekonomi bisa lebih parah.

Tekanan ekonomi

Tekanan ekonomi terjadi saat kamu melakukan satu aktivitas hanya untuk mendapatkan imbalan atau menghindari hukuman. Motivasinya terpisah dari pekerjaan itu sendiri dan juga terpisah dari identitasmu.

Dalam bisnis, hal ini sering terjadi saat kamu mencoba mendapat bonus atau promosi, menghindari  dipecat, atau menghindari dari bullying atasan yang marah. Tekanan ekonomi bisa terjadi juga di luar tempat kerja, yakni saat kamu merasa “harus” melakukan sesuatu.

Salah paham terbesar tentang motivasi ekonomi adalah menganggap bahwa motivasi ini ada pada masalah uang. Dalam riset yang Doshi dan McGregor lakukan pada lebih dari 10 ribu karyawan,  mereka melihat bagaimana motivasi ekonomi berubah seiring dengan pendapatan keluarga.

Doshi dan McGregor awalnya mengira orang-orang dengan pendapatan terendah yang akan mendapatkan tekanan ekonomi terbesar. Ternyata, mereka menemukan kalau secara statistic, pendapatan dan motivasi ekonomi itu tidaklah berhubungan. Orang-orang pada tingkat pendapatan apa pun bisa merasakan tekanan ekonomi.

Ini adalah pemahaman yang penting. Uang saja tidak menciptakan motivasi ekonomi.

Ada situasi di mana uang berperan, dan juga ada situasi di mana uang tidak berpengaruh. Semua ini tergantung dari 2 hal:

  • apakah imbalan atau hukuman menjadi motivasi di balik pekerjaan
  • apakah aktivitas tersebut akan menguntungkan dengan melakukan kinerja yang adaptif

Inersia

Motivasi paling tidak langsung adalah inersia. Motivasi inersia adalah motivasi bekerja yang sangat jauh dari pekerjaan itu sendiri. Dalam motivasi inersia, kamu tidak bisa lagi merasakan dari mana motivasi itu datang.

Motivasi inersia terjadi saat kamu melakukan pekerjaanmu hanya karena kamu mengerjakannya kemarin. Inersia menghasilkan kinerja yang paling buruk. Inersia adalh motivasi yang destruktif dan laten, walau begitu, inersia ternyata sangat sering terjadi di tempat kerja.

Motivasi apakah yang membuat karyawanmu (dan juga kamu sendiri) datang ke tempat kerja? Mengenali motivasi bekerja tiap karyawan adalah langkah awal yang sangat baik untuk mencapai tujuan perusahaan.