Perang dan perebutan kekuasaan telah banyak mewarnai panggung sejarah dunia. Dari zaman kerajaan hingga zaman republik, dari zaman bersenjata pedang hingga perang dengan senapan.
Keserakahan dan egosentrisme manusia telah memicu bencana kemanusiaan. Perang dengan segudang alasan dikobarkan. Jiwa manusia melayang bagai daun-daun berguguran, tak berarti.
Berbagai peristiwa peperangan menjadi saksi betapa pahitnya akibat konflik antar manusia.
Pemenang perang boleh saja bergembira atas kemenangannya. Namun sejatinya tak ada yang pernah memenangkan perang jika masih ada nyawa yang tak berdosa dikorbankan.
Mengapa para petani itu harus luluh lantah disapu bom atom Hiroshima? Apa dosa mereka? Mengapa etnis Yahudi, Indian, dan aborigin juga jadi sasaran hanya karena rasnya?
Mereka pelaku perang tak akan pernah bisa menjawabnya, walau seribu alasan disodorkan. Jawabannya hanya ada pada nurani kita masing-masing.
Jatuhnya satu jiwa manusia tak akan pernah bisa ditebus dengan emas permata. Pembantaian yang dilakukan oleh mereka kepada puluhan juta penduduk sipil tak akan pernah bisa dimaafkan.
Memang jatuhnya korban sipil tak terhindarkan dalam sebuah perang. Tapi apa jadinya jika mereka memang sengaja dibantai? Sebuah kejahatan kemanusiaan yang begitu dahsyat!
Catatan sejarah menceritakan kejahatan kemanusian itu banyak terjadi. Pembantaian, pemerkosaan dan genosida ini harus selalu kita ingat untuk kehidupan esok yang lebih baik.