Saat ini, ada banyak pihak yang punya definisi berbeda tentang seks. Tentu yang paling vokal dalam hal ini adalah media: televisi, sinetron, film layar lebar, musik, majalah, dan internet. Ada orang-orang yang mempromosikan pornografi dengan cara yang merangsang otak. Media-media ini digunakan untuk menipu penontonnya (terutama anak-anak dan remaja) agar terperangkap dan ketagihan.
Mark B. Kastleman, pengarang buku Drug of the New Millenium: Pornography 500 mg, menekankan pentingnya mengajarkan pendidikan seksual pada anak-anak.
Mengapa orang tua harus mengajarkan pendidikan seks?
Alasannya karena sekarang guru utama pendidikan seks anak adalah film-film Holywood (dan berbagai media lainnya yang pesannya tidak terkontrol). Setidaknya ada 2 alasan yang bisa membuka mata kita:
- 87% film layar lebar saat ini mengandung adegan seksual
- Penelitian yang dilakukan oleh peneliti kesehatan perilaku RAND pada 1.792 remaja usia 12-17 tahun di Amerika Serikat menunjukkan bahwa menonton konten seksual dapat meningkatkan risiko terjerumus ke seks bebas sebesar 2 kali lipat
Banyak film yang mengajarkan pesan ini: “Bebaskanlah dirimu!” “Kalau terasa enak, lakukanlah!” Pengaruh pesan ini tertanam sangat kuat dalam diri anak. Mengonsumsi konten pornografi sedikit saja sudah merusak otak anak.
Gambar porno yang anak lihat akan ia simpan hanya dalam waktu 0,3 detik saja. Dopamin, epinefrin, dan berbagai senyawa kimia dalam otaknya akan aktif. Senyawa kimia ini membuat anak ketagihan, bahkan sampai ia dewasa. Detail tentang hal ini akan ditulis di artikel berikutnya.
Belum lagi otak prefrontal cortex-nya yang akan tidak berfungsi pada saat-saat tertentu. Padahal prefrontal cortex ini adalah bagian otak yang membuat anak menjadi manusia seutuhnya.
Prefrontal cortex berfungsi untuk berpikir, merencanakan, memutuskan sesuatu, mengontrol emosi dan tubuh, memahami diri sendiri, empati pada orang lain, dan juga moral. Bayangkan apa akibatnya jika perkembangan otak bagian ini terhambat saat anak mengonsumsi pornografi?
Bagaimana cara mengajarkan pendidikan seks pada anak?
Pendidikan seks bukanlah seperti yang dilakukan oleh mainstream Barat. Bukan dengan mengajarkan cara hubungan seks yang aman. Bukan pula dengan cara yang dilakukan beberapa pihak saat hari AIDS, membagikan kondom.
Sejatinya tidak ada hubungan seks yang aman di luar pernikahan. Ada hasil-hasil penelitian yang tidak ditunjukkan oleh pendukung industri pornografi ke masyarakat. Salah satunya adalah saat ini ada 25 penyakit seksual menular, padahal pada tahun 1960 hanya ada 2 penyakit seksual menular. Sebagian penyakitnya menyebar dan tidak bisa diatasi dengan menggunakan “pengaman” seperti kondom.
Belum lagi gangguan yang terjadi pada kejiwaan manusia. Ada rasa malu, perasaan bersalah, penyesalan, depresi, sampai membenci diri sendiri. Sebagian pelaku seks bebas “pura-pura bahagia” dengan berargumen bahwa “Seks itu yang penting senang-senang!” Namun itu hanya membuat emosi negatif dalam dirinya semakin bertumpuk.
Pendidikan seks juga bukan dengan memberikan pesan bahwa hal-hal yang berbau dengan seks itu “kotor,” “setan,” atau “terlarang.” Memberikan ceramah dengan pesan-pesan ini akan membuat anak menjauh dan tidak mau berdiskusi dengan kita. Bahayanya, kemungkinan besar mereka akan meng-googling pertanyaan-pertanyaan tentang seks. Terlalu besar risiko anak mendapat informasi yang tidak bisa dipertanggungjawabkan. Apalagi anak malah bisa mengakses konten-konten pornografi.
Pendidikan seks yang tepat
Lalu bagaimanakah pendidikan seks yang tepat untuk diberikan pada anak-anak dan remaja? Pendidikan seks yang tepat adalah dengan mengajarkan betapa berharganya tubuh kita. Anak-anak perlu diajarkan bahwa tubuh kita adalah titipan dari Tuhan yang harus kita jaga baik-baik.
Dalam bukunya, Kastleman mengungkapkan cara pandang pendidikan seksual ini dengan sangat baik.
Saya percaya bahwa keintiman seksual itu baik. Keintiman seksual adalah anugerah yang sangat indah. Keintiman seksual diciptakan dengan fitrah yang sangat kuat untuk tujuan yang baik.
Saya menolak definisi sesat yang digembar-gemborkan sebagian besar media modern. Mereka mempromosikan seksualitas yang bertentangan dengan kesehatan fisik, jiwa, dan emosional. Media mempromosikan seksualitas yang bertentangan dengan hubungan keluarga yang penuh cinta. Mereka mempromosikan seksualitas yang bertentangan dengan kesuksesan dan kebahagiaan yang menyeluruh.
Kastleman melanjutkan argumentasinya.
Setiap manusia dilahirkan dengan anugerah yang indah dan mulia dalam tubuhnya—yakni untuk menghasilkan kehidupan. Sebagai bagian menyeluruh dari anugerah ini, Sang Pencipta memberikan perasaan, emosi, dan daya tarik yang kuat. Tujuannya adalah untuk memotivasi setiap orang untuk mengikatkan diri sebagai suami istri dan menjadi “satu” dalam berbagai hal.
Namun di balik kekuatan ini ada keterbatasan yang harus kita waspadai. Mengapa? Karena menuruti perasaan, emosi, dan daya tarik bisa merangsang respon yang tidak bisa kita kontrol di dalam otak kita. Bukan hanya itu, seluruh tubuh kita pun terkena pengaruhnya.
Kekuatan ini sangat kuat sampai-sampai satu-satunya cara yang “aman” untuk memenuhi kebutuhan seksual hanya bisa dilakukan di dalam ikatan pernikahan.
Bahan-bahan pendidikan seksual
Saat ini sudah ada bahan-bahan pendidikan seks yang baik. Salah satunya adalah video-video yang diproduksi oleh Semai 2045 berikut ini. Jaga anak-anak dan remaja agar tidak mengakses konten pornografi.
[youtube http://www.youtube.com/watch?v=JJHkZcknze4]
Mari kita lindungi anak-anak kita dari bahaya pornografi.