4 Peristiwa Perang Puputan Terbesar di Pulau Bali

Pada zaman penjajahan dahulu, Perang Puputan  Margarana merupakan salah satu pertempuran berdarah antara pejuang Indonesia dengan Belanda. Perang ini terjadi pada tanggal 20 November 1946 yang dipimpin oleh Kepala Divisi Sunda Kecil, Kolonel I Gusti Ngurah Rai. Perang ini tujuannya untuk mengusir pasukan Belanda yang datang kembali pasca mundurnya Jepang di Indonesia.

Sejarah Perang Puputan Margarana

Perang Puputan
sejarahbali.com

Ketika para staf MBO berada di Desa Marga, I Gusti Ngurah Rai menyuruh pasukannya untuk merebut senjata NICA yang terdapat di Kota Tabanan. Komando itu dilaksanakan pada malam hari tanggal 20 November 1946 dan berjalan dengan baik. Beberapa senjata bersama pelurunya berhasil dirampas serta seorang komandan polisi NICA bergabung dengan pasukan Ngurah rai.

Sejak pagi buta, tentara Belanda sudah menggempur Desa Marga dan pada pukul 10 pagi terjadi baku tembak antara pasukan Belanda dan Pasukan Ngurah Rai. Pada saat itu pihak Belanda banyak yang tertembak, dan setelah itu mereka segera mendatangkan bantuan dari seluruh tentaranya yang berada di Bali serta beberapa unit pesawat pengebom dari Makassar.

Ngurah Rai dan pasukannya bertekad tidak akan mundur dan menyerah sampai titik darah penghabisan. Dsri situlah mereka mengadakan “puputan”  atau perang habis-habisan di Desa Margarana hingga akhirnya pasukan yang berjumlah 96 tersebut tewas bersama Ngurai Rai.

Di pihak Belanda, jumlah pasukan yang tewas berjumlah lebih dari 400 orang. Dan untuk mengenang Perang Puputan, dibuatlah Tugu Pahlawan Taman Pujaan Bangsa di bekas arena pertempuran itu.

3 Peristiwa Perang Puputan Terhebat

Sejarah Perang Puputan
play.google.com

Sebelum Perang Puputan Margarana 20 November 1946, sebenarnya ada 3 peristiwa Perang Puputan Lainnya. Semuanya adalah perang heroik rakyat Bali melawan para tentara Belanda.

1. Perang Puputan Jagaraga

Perang Puputan Jagaraga
radenadjengkartini.blogspot.com

Pada tahun 1846, Anak Agung Jelantik penguasa wilayah Den Bukit (sekarang Buleleng) memutuskan untuk mengadakan perang puputan karena dipicu oleh politik Tawan Karang (menahan seluruh kapal asing yang masuk Pelabuhan Buleleng – Bali Utara) yang dibuat Kerajaan Den Bukit ditolak oleh pihak Belanda yang mencoba memasuki wilayah Den Bukit.

Karena dipersenjatai alat perang modern dan lengkap, termasuk kapal laut dan udara, mobil perang beserta senapan apinya, maka Belanda secara membabi buta menggempur wilayah Den Bukit mulai dari pesisir Buleleng hingga ke kota kerajaan di Desa Jagaraga.

2. Perang Puputan Kusamba

Perang Puputan Kusamba
merahputih.com

Pada tanggal 25 Mei 1849, dipimpin oleh serang perempuan pemberani bernama Ida I Dewa Istri Kanya mempimpin Perang Puputan Kusamba. Pada saat itu pasukan Belanda dipimpin oleh Letnan Jenderal  Michiels. Berbeda dengan perang puputan sebelumnya, kali ini daerah Klungkung memenangkan perang dengan terbunuhnya Micheils di medan perang. Kekalahan ini tentu membuat Belanda sangat malu dan mundur dari Pulau Dewata.

3. Perang Puputan Badung

Perang Puputan Badung
puriagungdenpasar.com

Setelah hampir setengah abad tidak terdengar lagi adanya Puputan di Bali, pada 20 September 1906, 3 buah kerajaan yaitu Puri Kesiman, Puri Denpasar dan Puri Pemecutan mengumumkan perang puputan dengan kolonial Belanda yang berkedudukan di Batavia. Perang ini dipicu taktik licik kolonial Belanda yang menuduh rakyat Sanur mencuri barang bawaan milik saudagar Cina yang diangkut oleh kapal Sri Komala berbendera Belanda yang sedang terdampar di Pantai Sanur pada tahun 1904.

Kwee Tek Tjiang, pemilik barang tersebut membuat laporan palsu kepada utusan raja yang menyatakan rakyat telah mencuri 3.700 ringgit uang perak serta 2.300 uang kepeng. Laporan tak berbukti ini tentu saja tidak dipercaya oleh utusan raja.

Maka pecahlah Puputan Badung dengan korban tewas rakyat Bali mencapai 7.000 orang, termasuk para raja dan kerabat istana serta pahlawan dari ketiga puri yaitu Kesiman, Denpasar dan Pemecutan. Pasukan Belanda dipimpin oleh Rost Van Toningen, berhasil menduduki wilayah Badung.