Buat kamu yang mengira bahwa banyaknya warna hanya sejumlah warna pelangi, mungkin kamu harus ke Harvard University. Disinilah terdapat the pigment library atau perpustakaan zat warna.
Nah, sebenarnya apa sih pigmen atau pigment itu? Pigmen adalah sebuah materi yang memiliki warna ketika dipantulkan dengan cahaya. Dengan adanya transmisi cahaya, beberapa materi menyerap panjang gelombang cahaya tertentu.
Dengan prinsip penyerapan cahaya ini, terwujudlah warna materi yang nampak pada mata manusia. Nah, yang menarik adalah setiap pigmen memiliki sifat khusus tersendiri yang membuatnya dapat menjadi zat warna.
Kalau kamu lebih ingin tahu tentang betapa istimewanya berbagai koleksi di the pigment library, berikut adalah beberapa ulasannya buat kamu. Jadi, baca artikel ini sampai selesai ya!
Forbes Pigment Library
Nama ‘forbes’ tentu saja berasal dari orang yang paling berjasa dalam pengumpulan ribuan pigmen menjadi satu dalam perpustakaan ini. Kompilasi awalnya dilakukan oleh Edward Waldo Forbes, seorang yang juga lulusan Harvard.
Perpustakaan pigmen ini termasuk dalam kompleks Harvard Art Museum Straus Center for Conservation and Technical Studies. Hingga tahun 1928, koleksi pigmen yang dikumpulkan Forbes mencapai lebih dari 1.000 pigmen.
Forbes menjadi direktur pusat studi ini sejak tahun 1910 hingga 1944. Kini, koleksi perpustakaan ini telah mencapai 2.500 sampel pigmen dari berbagai belahan dunia, tentu saja dengan sumber pigmen yang berbeda – beda.
Cukup tentang perpustakaannya? Mari mengenal beberapa pigmen koleksi perpustakaan ini.
Ultramarine, Batu Lapis Lazuli
Kalau di Indonesia, barangkali jenis batu ini seperti batu akik. Batu lapis lazuli ini berasal dari Afganistan. Batu yang sangat langka dan sangat mahal harganya. Dikatakan, harganya adalah enam kali lebih berharga nilainya daripada emas.
Forbes mendapatkan batu ini di pertambangan batu di Afganistan. Warna biru ini kemudian ketika di ekspor ke Eropa pada pada akhir abad pertengahan, dijadikan pigmen warna untuk seni dan disebut sebagai warna ultramarine.
Tyrian Purple, Bolinus brandaris
Warna yang satu ini lebih susah lagi cara mendapatkannya. Warna ungu yang aneh ini didapatkan dari sekresi siput laut dengan nama latin Bolinus brandaris. Siput ini juga dikenal dengan nama Murex brandaris.
Pigmen ini sangat mahal harganya dan menunjukkan simbol status sosial pada zaman kerajaan Byzantium. Orang di luar lingkungan kerajaan saat itu dilarang menggunakan warna yang juga disebut sebagai royal purple ini.
Metallic Flakes
Warna metal pada gambar di atas biasanya di gunakan sebagai finishing atau penyelesaian pada sebuah seni. Dengan warna metal tersebut, hasil karya seni akan terlihat bersinar atau kelap kelip.
Selain menjalani kuliah di Harvard, Edward Forbes juga mempelajari literatur inggris di Oxford Univesity pada tahun 1900 hingga 1902. Pada tahun 1908, Forbes berkelilin Eropa untuk mempelajari lukisan Italia yang terkenal.
Emerald Green
Warna hijau yang satu ini beracun, bahkan lukisan yang dilukis menggunakan warna hijau ini pernah membunuh orang di Jerman pada tahun 1814. Warna hijau ini dibuat dari senyawa arsenit tembaga yang sangat mematikan.
Kalau kamu belum tahu, ayah dari Edward Forbes adalah William Hathaway Forbes. William Forbes inilah seorang co-founder Bell Telephone Company, partner langsung perusahaan telepon yang didirikan oleh Alexander Grahamm Bell.
Kermes, Crimson
Kalau kamu sering mendengar istilah crimson yang mungkin jika diartikan dalam baha Indonesia berarti merah tua, dari pigmen inilah kata crimson berasal. Nama asli pigmen ini adalah kermes.
Pigmen ini dikatakan telah ada sejak masa Old World atau masa dimana daratan bumi yang diketahui saat itu hanya Afrika, Eropa dan Asia. Belum ditemukan Amerika pada masa itu.
Warna kermes ini berasal dari serangga dengan nama latin Coccus ilicis yang hidup di dalam pohon oak kermes.