PRASASTI CIARUTEUN – Awal mula ditemukannya prasasti ini yaitu tepatnya pada tahun 1863, yaitu oleh seorang pemimpin Bataaviash Genootscap van kunsten Wetenscappen yaitu di tepian sungai ciaruteun, desa ciiaruteun bogor jawa barat. Lokasi penemuan prasti ini ditemukan dalam posisi terbaik sehingga pahatan likisannya menghadap kebawah atau ketanah. Itulah mengapa masyarakat disekitar sungai mengganggapnya batu biasa.
Sejarah Ditemukan
Penyebab terbaliknya prasasti ini dikarenakan banjir yang terus menghadang sehingga membuatnya berubah posisi. Arus sungai yang deras membuat prasasti ikut hanyut beberapa meter dari posisi sebelumnya. Pada tahun 1903 prasasti ini kembali diletakkan pada posisi semula. Setelah itu dengan berbagai pertimbangan kemudahan dan keamanan perawatan, didrektorat pembinaan dan perlindungan peninggalan purbakala dan sejarah di departemen pendidikan serta budaya memindahkan dan mengangkat prasasti ini menuju museum nasional yang berlokasi di jakarta.
Isi dari prasasti ciaruteun dilukis dalam aksara huruf pallawa dengan bentuk seloka serta menggunakan bahasa sansekerta. Pada prasasti ini juga ada sepasang bentuk pahatan telapak kaki, sulur-suluran, gambar umbi, serta laba-laba. Mentrum Anustubh atau irama dalam seloka prasasti ciaruteun ini tersusun atas empat buah baris. pahatan tersebut memiliki artian sebagai berikut:
” Berikut inilah sebuah tanda sepasang kaki mirip kaki dewa wisnu yaitu telapak yang mulia sang purnawarman, seorang raja di negeri taruma yang gagah berani ”
Melalui terjemahan dari prasasti diatas tersebut kita dapat menjelaskan beberapa hal yang terkait diantaranya:
Adanya tanda telapak kaki purnawarman pada prasasti tersebut menerangkan bahwa lokasi tempat ditemukannya prasasti ciaruteun tersebut masuk kedalam daerah kekuasaan tarumanegara. Isi dari tulisan prasasti diatas menerangkan bahwa purnawarman merupakan seorang penguasa yang baik melindungi masyarakatnya mirip seperti dewa wisnu yang di agung-agungkan. Masa pemerintahan purnawarman merupakan masa kejayaan bagi Tarumanegara.
Irama yang dipakai untuk prasasti mempunyai kemiripan yang serupa dengan prasasti yupa yang ditemukan di daerah kutai. Hal ini menjelaskan bahwa kebudayaan yang telah berkembang di kerajaan kutai dan tarumanegara mempunyai kemiripan. Nama raja purnawarman yang memiliki akhiran warman mirip dengan raja-raja di kerajaan kutai. Yaitu mulawarman dan asmawarman. Hal ini semakin memperjelas bahwa budaya hindu sudah lama berada di tanah jawa, terkhusus di daerah jawa barat dan budaya hindu di kalimantan pada masa lalu merupakan dua kebudayaan yang mirip.