Jacob, seorang pemuda Amerika Serikat berusia 25 tahun, sudah berbulan-bulan menjalani terapi. Ia sedang mengalami depresi karena masalah homoseksualitas yang tidak dia inginkan.
Sampai akhirnya suatu hari, perasaannya sangat campur aduk, ia merasa sedih sekaligus marah pada ibunya. Ia pun melabrak ibunya.
Aku bilang padanya, “Ma, kamu melihatku waktu kecil bermain dengan boneka Barbie. Kamu membiarkanku memakai makeup dan mencoba merapikan rambutku di depan cermin selama berjam-jam tanpa henti. Kakak-kakakku tak pernah melakukan hal ini. Mengapa kamu tidak menghentikanku? Apa yang kamu pikirkan?”
Aku merasa sangat yakin kalau ibuku menginginkan yang terbaik untukku. Tapi ia tak menjawab sama sekali. Dia hanya duduk dan menatapku, sambil menangis.
Selama bertahun-tahun, Joseph Nicolosi, seorang psikoterapis Amerika Serikat, telah menangani banyak pria homoseksual yang tidak merasa puas akan kecenderungan same-sex attraction-nya (SSA, kecenderungan untuk menyukai sesama jenis).
Pria-pria SSA ini tidak merasa cocok dengan gaya hidup LGBT, gaya hidup yang mendukung hubungan seksual sesama jenis. Pria-pria SSA ini merasa bahwa ada peristiwa-peristiwa pada masa kecilnya yang membuatnya memiliki perasaan homoseksual.
Ada banyak pria SSA yang merasa seperti Jacob. Pria-pria SSA yang berusaha untuk menyembuhkan homoseksualitasnya. Pria-pria SSA ini biasanya berkonsultasi juga ingin menyelesaikan masalah kenangan menyakitkan masa lalu dan masalah kebingungan gender.
Faktanya, ada korelasi yang tinggi antara ketidakcocokan gender pada masa kecil seseorang dengan menjadi homoseksual saat dewasa. Sebagian besar pria homoseksual memang tidak sefeminin Jacob saat masih kecil. Mereka memang tidak bermain dengan boneka atau berdandan seperti anak perempuan. Tapi pada mereka, ada tanda-tanda konflik dan rasa ragu akan gendernya, terutama, ada rasa takut yang mengganggu bahwa mereka tidak merasa bisa menyesuaikan diri dengan teman-teman lelaki sebayanya.
Orang tua mereka tentu saja sangat mencintai anak-anaknya dan menginginkan yang terbaik untuk mereka. Namun sayangnya, para orang tua ini tidak menyadari tanda-tanda bahaya homoseksual sejak dini. Sampai akhirnya para orang tua menunggu terlalu lama untuk mencari pertolongan terapi psikologis untuk anak-anaknya.
Mengapa orang tua tidak menyadari hal ini? Penyebabnya sederhana: banyak orang tua yang tidak tahu apa yang perlu dilakukan untuk memastikan anaknya tumbuh sesuai fitrahnya, menjadi lelaki heteroseksual.
Serial tulisan #CegahHomoseksual ini dirancang untuk membantu para orang tua untuk mencegah anak lelakinya memiliki kecenderungan tertarik ke sesama jenis saat ia dewasa. Serial tulisan ini merupakan adaptasi bebas dari buku A Parent’s Guide to Preventing Homosexuality, karya Joseph dan Linda Ames Nicolosi.
Dengan adanya serial tulisan #CegahHomoseksual ini, semoga dapat membantu para orang tua untuk mendidik anaknya secara lebih baik, terutama dalam hal seksualitasnya. Selain itu, tulisan ini juga dibuat agar masyarakat memahami bahwa tidak semua lelaki yang homoseksual itu ingin menjadi gay.
Gay itu gaya hidup hubungan sesama jenis, sementara homoseksual atau SSA itu tertartik ke sesama jenis. Ada banyak lelaki homoseksual yang tidak ingin menjadi gay, hanya saja biasanya mereka berjuang melawan orientasinya ini dalam diam.