“Duh, kok hidup gue kok kayak gini ya?”
“Si A itu kok ga bosen-bosen ya bikin gue marah. Rasanya pingin nangis deh.”
“Masalah itu beres, kok datang masalah lagi sih. Hidup gue kayaknya bakal susah terus deh.”
Mengeluh, kebiasaan yang mengeluarkan banyak emosi negatif. Beberapa kalimat bisa jadi terdengar ekstrem. Namun bisa juga kamu mendengarnya (atau kamu jadi orang yang mengeluhkan hal-hal tersebut). Orang yang mendengarnya tentu tidak suka mendengarkan keluhan. Rasanya ingin menjauh saja dari orang yang sering mengeluh.
Mengeluh ini berbeda dengan galau. Galau bisa jadi positif. Contohnya Soekarno yang galau melihat Indonesia dijajah, ia pun memperjuangkannya. Atau Steve Jobs yang galau melihat smartphone yang setengah-setengah, sampai akhirnya meluncurkan iPhone. Atau bisa jadi seorang pemuda jomblo yang galau malam minggu sendiri terus, sampai akhirnya ia memberanikan diri melamar gadis pujannya. Galau bisa menghasilkan tindakan positif.
Sementara mengeluh itu berasal dari perasaan galau, gelisah, gundah, resah, atau apa pun itu sebutan yang terus berubah sesuai zaman. Mengeluh itu galau yang menghasilkan perasaan tidak berdaya. Akan saya bahas di poin-poin artikel ini. Alhasil mengeluh ini terasa tidak menyenangkan, bahkan menyebalkan. Satu-satunya orang yang senang mendengar keluhan adalah orang yang kebetulan punya keluhan yang sama.
Namun bagaimana kalau ternyata orang yang mengeluh itu adalah orang yang sangat berarti dalam hidup kita, si dia misalnya. Mau tidak mau kita perlu membantunya menyelesaikan masalah keluhan ini. Caranya adalah menjadi teman curhat yang baik.
Berikut ini 5 hal yang bisa kamu lakukan untuk menjadi teman curhat yang baik.
-
Pahami mengapa si dia mengeluh
Seringkali orang-orang mengeluh karena mereka merasa tidak berdaya. Pemahaman ini sangat penting, saya ulangi sekali lagi (saya beri cetak tebal, miring, dan kapital ya untuk menekankan betapa pentingnya pola pikir ini saat melihat seseorang mengeluh):
ORANG YANG MENGELUH ITU SEDANG MERASA DIRINYA TIDAK BERDAYA
Orang yang mengeluh merasa bahwa dirinya tidak bisa mengubah keadaan. Ia merasa lemah karena hal itu. Perasaannya pun terasa campur aduk, ia merasa bingung, hatinya terasa tidak beres. Inilah puncaknya, orang yang mengeluh bahkan tidak merasa mampu mengubah perasaan yang sedang dia alami.
Pahami mengapa si dia mengeluh. Inilah langkah paling penting untuk tahu solusi yang benar-benar dia butuhkan.
-
Pahami apa yang si dia inginkan
Jika kamu berpikir kalau orang yang sering mengeluh itu butuh saranmu, kamu salah besar. Yang benar-benar ia inginkan itu satu hal: VALIDASI. Validasi adalah pengakuan atas apa yang dia rasakan. Validasi didapat saat ada orang yang mendengarkan keluhannya, bukannya menghakimi apalagi menyalahkan apa yang ia rasakan.
Saat si dia mengeluh, dia ingin kamu mengakui kalau perasaan dan perilakunya itu masuk akal. Manusia memiliki ego untuk merasa bahwa dirinya benar dan terlihat baik. Mungkin kamu tidak setuju dengan apa yang ia lakukan, bisa jadi keluhannya itu salah. Namun anggapanmu itu tidak menghilangkan keinginannya untuk didengarkan terlebih dahulu.
Validasi adalah cara yang sangat ampuh untuk mengeluarkan perasaan negatif dalam dirinya, membereskan perasaannya yang sedang sangat berantakan, sekaligus membuatnya merasa tenang untuk sesaat.
-
Namun, bukan berarti kamu harus membiarkan si dia terus-menerus mengeluh
Ada yang salah menanggapi orang yang terus mengeluh dengan menolak memvalidasi perasaannya. Namun ada juga yang salah menanggapi dengan cara ini:
- Mulanya mereka membiarkan si dia mengeluh
- Lalu mereka menyadari kalau keluhannya itu ternyata tidak ada ujungnya. Satu keluhan merembet ke keluhan lainnya sampai akhirnya tidak beres-beres
- Akhirnya mereka membatasi kemauan untuk mendengarkan, atau bahkan tidak mau mendengarkan
Sayangnya, cara ini justru membuat si dia merasa lebih menderita. Cara ini membuat si dia merasa lebih tertolak, terlebih lagi oleh kamu, orang yang dia sayangi. Ditambah lagi, sekarang si dia punya tambahan satu masalah lagi yang perlu dia keluhkan: ternyata dia disalahpahami oleh orang yang sangat berarti dalam hidupnya.
-
Oleh karena itu, tentukan batasan sejak awal
Saat kamu memutuskan untuk menghadapi si dia yang mengeluh melulu, kamu perlu memutuskan 2 hal:
- seberapa lama kamu mau mendengarkan si dia
- cara keluar dari situasi jika ternyata keluhannya itu menghabiskan waktu lebih lama dari rencanamu
Batasan ini harus jelas dan spesifik. Kamu masih punya banyak pekerjaan di luar mengatasi keluhan si dia. Jangan sampai waktumu berjam-jam habis untuk mendengarkan keluhannya saja.
Itu seperti memasangkan pelampung dan tabung oksigen ke orang lain saat terjadi kecelakaan pesawat, padahal kamu sendiri belum memasangnya. Alhasil dia selamat, tapi kamu terancam terbunuh. Ujung-ujungnya dia bakal sedih juga.
Jangan kamu korbankan dirimu sendiri secara tidak sehat. Ingat, psikolog yang dibayar secara profesional untuk mendengarkan keluhan saja menentukan batasan waktu dalam mendengarkan. Kalau kamu tidak memberi batasan, ujung-ujungnya kamu akan merasa buang-buang waktu. Kamu bisa jadi stres sendiri.
Sementara itu, si dia juga tidak akan terbantu. Justru si dia malah jadi terbawa terus dengan keluhannya. Oleh karena itu, beri batasan yang jelas sejak awal.
-
Akui perasaannya, dengarkan, lalu move on
Jika kamu ingin menenangkan orang yang mengeluh, hal pertama dan paling utama untuk kamu lakukan adalah dengarkan apa yang ingin ia katakana dan akui bahwa ia berhak merasakan seperti itu. Validasi adalah hal yang paling si dia inginkan.
Untuk tahu lebih jauh tentang cara mendengarkan yang baik, baca: Apa Kata Psikologi Tentang Rasa Malu? Dalam artikel itu dibahas juga tentang tipe-tipe orang yang bisa menenangkan orang yang sedang gelisah.
Namun jangan habiskan waktu terlalu lama untuk mendengarkannya. Pahami batasan dirimu. Terlalu mendengarkan tak akan menolong siapa pun, termasuk si dia juga.
Jembatani sesi curhat ini dengan pernyataan yang dilanjutkan dengan pertanyaan seperti, “Oh jadi sekarang kamu sedang merasa…. Lalu apa yang ingin kamu lakukan sekarang untuk membuat perasaanmu jadi lebih baik?” Dengarkan solusi yang ia utarakan lalu beri tahu kalau kamu ada keperluan lain.
Hal ini bukan hanya membantu menyelamatkan waktu dan “kewarasanmu” (terlalu banyak mendengarkan keluhan bisa membuatmu depresi juga lho!), justru si dia akan sangat terbantu. Alasannya adalah si dia akan belajar untuk tetap bersabar, mengendalikan diri, dan percaya pada dirinya sendiri.
Dengan memvalidasi perasaannya dan mengakhiri sesi curhat, kamu melempar sinyal bahwa kamu percaya bahwa si dia mampu untuk mengendalikan keadaan dalam hidupnya. Rasa percaya dan perhatian darimu, itulah yang si dia butuhkan.
Saya ingin menutup artikel ini dengan bait lagu yang sangat menggambarkan ciri-ciri teman curhat yang baik. Judul lagunya Menangis untuk Tersenyum dari Peri Bumi.
“Menangislah jika kau ingin menangis
Namun kembalilah untuk tersenyum
Kan kupinjamkan bahuku untukmu menangis
Kan kuhapus air mata yang basahi pipimu
Kan kugenggam erat tanganmu takkan kulepaskan
Kan kupeluk dirimu dengan segala rasa
Sayangku”