Saudariku Berjilbablah

Saudariku Berjilbablah…

Masihkah Ini yang Kau Ucapkan ”Insya Allah, yang penting hati dulu yang berjilbab.”… ? ? ?

Masih akrab dalam pandangan kita, saudari-saudari kita keluar rumah dengan membuka auratnya. Beberapa diantaranya sangat “memperhatikan” penampilannya. Mulai dari merk baju yang berkelas, model yang up to date, Bahkan diantaranya kita lihat baju yang sempit dan serba pendek, celana yang juga serba pas-pasan, rambut direbounding, alis yang “dirapikan”, lipstik tipis warna pink, minyak wangi yang mmmm… baunya…*mungkin karena belum tahu*

Apa yang kita dapat dari semua ini?
“cantik”?
“aduhai”?
“modis”?
“gaul”?
“tidak ketinggalan jaman”?

Atau mungkin sekedar untuk bisa percaya diri ketika keluar rumah dan berhadapan dengan orang-orang?

Memang banyak yang akan melihat “WAH” pada wanita yang berpenampilan seperti ini sehingga menyebabkan beberapa di antara kita tertipu dan bahkan berlomba untuk menjadi yang “terhebat” dalam masalah ini.

Tetapi saudariku, Tidak perlu kita tiru mereka yang berbangga diri dengan apa yang mereka pamerkan dari tubuh dan kecantikan mereka. Tidak perlu kita tiru mereka yang berbangga diri dengan merk yang ada pada baju-baju mereka.

Seseorang dinilai bukan lagi dari tulisan (merk) apa yang tertempel di bajunya, atau dari seberapa mancung hidungnya, seberapa cantik wajahnya, seberapa elok parasnya, seberapa anggun bersoleknya. Tapi seseorang dinilai dari apa yang ada dalam hatinya, apa yang diucap oleh lisannya, dan apa yang diperbuat oleh badannya. Jadi tidak perlu lagi kita bersibuk-sibuk untuk pamerkan kebolehan tubuh dan kecantikan.

Tidakkah kita melihat jajanan yang ada di emperan?

Terbungkus dengan ala kadarnya, semua orang bisa menjamahnya, atau bahkan mencicipinya. Bahkan seringkali yang mencicipi adalah orang iseng yang tidak benar-benar bermaksud untuk membeli. Setelah mencicipinya, dia letakkan kembali kemudian dia tinggal pergi. Bukan hanya orang iseng, bahkan lalat-lalat pun mengerumuninya. Berbeda dengan makanan berkualitas yang terbungkus rapi dan tersegel. Terjaga dan tidak tersentuh tangan-tangan iseng.

Di antara keduanya, kita lebih memilih yang mana? Tentu yang kedua. Jika untuk makanan saja demikian, maka lebih-lebih lagi kita memilih untuk diri kita sendiri.

Saudariku, Demikian juga keadaannya seorang lelaki yang baik-baik. Dia akan memilih wanita yang menjaga kehormatannya, yang kecantikannya tidak dia pamerkan. Tidak dia biarkan dinikmati oleh banyak orang. Yang demikian adalah karena wanita yang menjaga auratnya lebih mulia dari pada wanita yang memamerkan auratnya.
Allah telah memuliakan kita dengan mensyari’atkan jilbab untuk kita, namun kenapa malah menghinakan diri dengan membiarkan aurat terbuka? Secara tidak langsung, ini berarti membiarkan diri menjadi objek pemuas syahwat yang bisa dinikmati sembarang orang.

Saudariku mohon berjilbablah mengapa kalian enggan memakai jilbab?? padahal jilbab itu sungguh nyaman, tentram, anggun, cantik, mempesona dan tentunya sejuk dimata. Jadilah wanita yang menjaga aurat karena itu menjaga pandangan lelaki.


Posted

in

by

Tags: