Tapliine Company—Trans-Arabian Pipeline—mungkin merupakan proyek infrastruktur abad ke-20 yang paling berpengaruh dan jarang diketahui. Minyak yang disalurkan melalui pipa ini menjadi bahan bakar bagi Eropa yang sedang memulihkan diri setelah Perang Dunia Kedua, mentransformasikan Arab Saudi menjadi salah satu negara terkaya di dunia, dan menangguhkan Oil Shock OPEC tahun 1970-an—yang menimbulkan efek mendalam terhadap kehidupan sehari-hari di Barat dan memengaruhi nasib banyak sekali perusahaan di seluruh dunia.
Tonggak Sejarah Aramco
1933: Pemerintah Saudi memberikan konsesi kepada Socal (Standard Oil of California), yang membentuk anak perusahaan bernama California-Arabian Standard Oil Company.
1936: Texaco membeli separuh saham dalam konsesi tersebut.
1938: Penemuan sumur produktif di dekat Dhahran.
1943: Presiden Roosevelt mengakui bahwa Amerika mempunyai kepentingan strategis yang vital di Arab Saudi.
1944: California-Arabian Standard Oil Company menjadi Arabian American Oil Company—Aramco.
1945: Texaco dan Socal membentuk badan usaha bernama Trans-Arabian Pipeline Company—Tapline.
1948: Pekerjaan konstruksi jalur pipa minyak dari Arab Saudi ke Mediteranian dimulai.
1955: Jalur pipa selesai dikerjakan.
1980: Pemerintah Saudi membawa Aramco sepenuhnya di bawah kepemilikannya, menamainya kembali sebagai Saudi Aramco.
Pada 1943, chairman Texaco “Star” Rogers dan presiden Socal Harry Collier mengadakan kunjungan ke Washington untuk menemui Menteri Dalam Negeri Amerika Serikat, Harold Ickes. Dua orang minyak itu khawatir akan keamanan konsesi mereka di Arab Saudi.
Sementara itu, Washington khawatir akan kekurangan minyak untuk angkatan bersenjatanya. Ickes baru saja ditunjuk menjadi administrator minyak untuk perang. Hanya beberapa hari setelah itu, Presiden Roosevelt mengirim surat kepada menteri luar negeri Edward Stettinius. Isi suratnya memberi wewenang atas bantuan sewa-pinjam dan menyatakan, “Menurut saya, pertahanan Arab Saudi adalah vital bagi pertahanan Amerika Serikat.”
Kepentingan Strategis
Relasi Ickes dengan Texaco dan Socal segera mengalah pada ketidakpercayaan yang berlangsung lama di antara pemerintah dan perusahaan minyak. Akan tetapi, saat Ickes menyarankan agar pemerintah AS membangun saluran pipa sepanjang 1.000 mil untuk mengangkut minyak Arab Saudi ke Mediterania, dua perusahaan itu dengan cepat menandatangani kesepakatan.
Berita bahwa Amerika Serikat berniat meraih kepentingan atas minyak Saudi dan membiayai jalur pipa penyulingan berskala masif menimbulkan badai protes dari Inggris dan juga dari penghasil minyak independen Amerika. Mereka menyebut bahwa ini bukan “cara Amerika.”
Walau begitu, Aramco tetap akan membangun penyulingan dan jalur pipa dengan dukungan dan perlindungan politik dari pemerintah Truman. Alasannya adalah pasokan minyak Timur Tengah esensial bagi keberhasilan Marshall Plan untuk membangun kembali Eropa pascaperang.
Aramco alias Arabian-American Oil Company sendiri dibentuk sebagai sebuah joint-venture oleh Texaco dan Socal. Sebagai penasihat dan ahli geologi Socal di kawasan itu, Karl Twitchell mengatakan, “Pemerintah kami berkomitmen atas kebijakan luar negeri yang pasti selama sekurang-kurangnya dua puluh lima tahun.”
Pada akhir Perang Dunia Kedua, Inggris tidak lagi menjadi favorit raja saudi. Pada saat itu pula Texaco dan Socal menyadari bahwa gurun Saudi menyimpan lebih banyak minyak mentah daripada seluruh dataran Amerika Serikat.
Pada 1945, mereka mendirikan Trans-Arabian Pipeline Company, yang dikenal sebagai Tapline. Kemajuan tertunda oleh debat di Kongres Amerika Serikat. Selain itu timbul pula ketidakpastian pasokan baja dan perang saudara di Palestina.
Namun pada 1948, Aramco mendapat investasi dari Esso dan Mobil. Perusahaan pun mulai menggarap jalur pipa di ujung timur dengan diameter 30 inci dan panjang 1.040 mil. Jalur pipa terpanjang di dunia, membentang dari Qatif di Teluk Persia barat laut melintasi Arab Saudi terus ke perbatasan Yordania.
Keseluruhan manajemen proyek ini berada di bawah Bechtel, perusahaan konstruksi raksasa yang berbasis di San Francisco. Tujuan proyek ini adalah menghubungkan dengan jalur pipa William Brothers yang alurnya turun dari Sidon, pantai Lebanon di Mediterania.
Begitu berhasil, proyek yang luar biasa ambisius ini akan melintasi perbatasan Arab Saudi, Yordania, Suriah, dan Lebanon. Proyek ini juga memungkinkan Arab Saudi mengekspor minyak mentah melewati pantai-pantainya ke Eropa.
Membangun Jalur Pipa
Lebih dari seperempat juta ton plat baja dipesan dari United States Steel Corporation di Geneva Utah. Pipa-pipa ini digulung oleh Consolidated Western Steel di Los Angeles. Pipa itu dikapalkan sejauh 9.000 mil dari California ke Teluk Persia.
Setelah itu pipa dibongkar muat di pulau buatan yang berjarak 3 mil dari air-dalam sampai akhirnya dibawa ke pantai dalam muatan sepuluh ton ke pemukiman baru Ras Misha’ab. Pipa dibawa ke pantai dengan memakai sistem kabel menggantung “Skyhook” yang didasarkan pada teknik yang digunakan oleh industri perkayuan.
Truk-truk dan trailer raksasa Kenworth yang mampu mengangkut beban 50 ton atau lebih, mengangkut pipa-pipa ke tiap-tiap lokasi yang panjangnya mencapai 31 kaki. Petugas survei yang telah menandai lapangan dan petugas pengebor yang menggali sumur untuk stasiun pemompaan adalah orang-orang Barat pertama yang menjejakkan kaki di banyak bagian rute tersebut. Sebagian besar daerah ini merupakan gurun tandus dengan curah hujan rata-rata 76 mm per tahun dan temperatur setinggi 55°C.
Jalur pipa itu diletakkan melalui jantung dunia Muslim. Kebijakan yang ditempuh perusahaan adalah mempekerjakan sebanyak mungkin tenaga kerja lokal. Ini juga masuk akal secara komersial karena tenaga kerja dari Barat harus diterbangkan atau dikapalkan dengan menempuh jarak separuh dunia.
Antara tahun 1948 dan 1950, tenaga kerja Tapline yang berasal dari Amerika, Bahrain, dan Palestina mengangkut alat penggali, buldozer, dan alat penggali parit-perlindungan. Para pekerja ini diangkut dengan pengemudi truk Arab Saudi dan dilayani oleh General Contracting Company di bawah pengusaha Saudi Suliman Olayan.
Para pekerja ini membangun perkemahan, mengelola ruang makan, meledakkan batu, serta mengelas dan meletakkan pipa di atas dan di bawah tanah dengan kecepatan sejauh 1 mil setiap harinya melalui gurun pasir Arab Saudi.
Pada puncaknya, Tapline mempekerjakan 14.600 orang Arab, termasuk mantan penyelam mutiara, petani, dan nomaden Bedouin, tetapi kurang dari 2.000 orang Amerika. Banyak orang Amerika tinggal di kantor pusat Aramco di Dhahran.
Kantor pusat ini memiliki kamp yang rapi dikelilingi gurun dan dilengkapi dengan semua kenyamanan kehidupan di rumah-rumah Amerika. Di dalamnya ada bioskop dan taman bermain baseball. Di belakangnya berdiri pagar kawat berduri yang tinggi.
“Kota-kota” Tapline tumbuh dari gurun yang tanpa keistimewaan ini saat mendirikan stasiun pemompa. Basis-basis pemeliharaan dan kamp-kamp permanen untuk karyawan Tapline menjadi magnet bagi Bedouin setempat.
Penduduk lokal ini menegakkan kemah mereka di dekatnya, menutupinya dengan lembaran besi berkarat, dan membangun dinding di sekeliling mereka. Pemukiman-pemukiman ini menjadi pos perdagangan domba, ternak, tali tenda, ban murah yang diimpor dair Irak, dan munyak murah yang diekspor balik melewati perbatasan Irak.
Setiap tahun kaum Bedouin dan rombongan unta mereka bermigrasi ratusan mil maju dan mundur dalam upaya menggembala tenrak dan mencari air. Banyak hewan yang mati di perjalanan. Bagi kaum nomaden, sumur-sumur Tapline menyediakan jalur kehidupan. Satu sumur saja memasok air untuk 12.000 Bedouin, 20.000 unta, dan 40.000 domba dan kambing. Selama musim panas 1950, diperkirakan Tapline memasok air gratis untuk 100.000 Bedouin, 150.000 unta, dan 300.000 kepala ternak.
Tapline membangun jalan-jalan, sekolah-sekolah, dan pusat-pusat medis. Ditambah lagi Tapline juga memasok telekomunikasi dan gas dalam botol, menyediakan tenaga polisi dan sumur-sumur galian.
Konsekuensi Geopolitik
Saat pengelasan terakhir menghubungkan bagian timur dan barat jalur pipa pada 25 September 1950, perlu waktu dua bulan lagi untuk mengisi pipa. Pada 10 November, minyak pertama Saudi mulai tiba di Sidon, Lebanon. Tangker pertama dimuati pada 2 Desember.
Pipa Tapline sepanjang 1.040 mil menggantikan 3.600 perjalanan laut dari Teluk Persia melalui kawasan yang rawan secara politis, Terusan Suez ke Mediterania. Hasil tahunan jalur pipa ini sama dengan 60 tangker yang beroperasi terus menerus. Minyak itu melewati pipa denganlaju mencapai 600.000 barel per hari.
Proyek ini memang memberi bahan bakar bagi marshall Plan untuk membangun kembali Eropa dan juga pembangunan ekonomi Lebanon. Tapline juga mentransformasikan kemakmuran setiap orang yang terlibat dalam proyek ini. Mulai dari subkontraktor Arab dan pedagang Bedouin hingga ribuan pengusaha yang didorong oleh Departemen Pembangunan Industri setempat milik Aramco dan orang seperti Suliman Olayan, yang menjadi salah satu investor swasta paling sukses di Amerika.
Yang terpenting, Tapline ini mentransformasikan Arab saudi, dari kerajaan gurun yang miskin, menjadi pemilik minyak gratis yang menyewakan cadangan-cadangan minyak kepada Texaco, Socal, Exxon, dan Mobil. Saudi kemudian menjadi adidaya hidrokarbon yang melalui OPEC mendikte banyak ekonomi dunia pada tahun 1970-an dan 1980-an.
Aramco sendiri sepenuhnya dimiliki oleh Arab saudi pada 1980-an. Perusahaan ini dinamai ulang menjadi Saudi Aramco. Hari ini, perusahan ini menjadi korporasi minyak terbesar di dunia. Bahkan bisa dibilang Saudi Aramco adalah perusahaan dengan valuasi tertinggi di dunia, dengan estimasi nilai $1,25-10 trilyun.
Tapline selalu rentan terhadap mudah-berubahnya situasi di perbatasan yang dilewatinya. Perang Enam Hari pada 1967, menyaksikan Dataran Tinggi Golan berada di bawah kendali Israel, walau orang-orang Israel mengizinkan jalur pipa untuk terus beroperasi.
Pada 1976, setelah perselisihan bertahun-tahun antara Arab Saudi, Lebanon, dan Suriah mengenai biaya transit, perusahaan di wilayah Yordania berhenti mengangkut minyak. Sisanya mengangkut minyak dalam jumlah sedikit hingga 1990, saat saudi menghentikan pasokan sebagai respon terhadap dukungan Yordania bagi Irak selama Perang Teluk Pertama.
Jalur ini tidak layak untuk memindahkan minyak, namun perkiraan baru-baru ini menyebutkan bahwa biaya ekspor melalui Tapline dengan melewati Haifa ke Eropa akan lebih murah 40% dibandingkan dengan pengapalan oleh kapal tangker melalui Terusan Suez. Pada 2005, restorasi Tapline sedang dipertimbangkan oleh pemerintah Yordania.
Pada Januari 2016 lalu, Pangeran Muhammad bin Salman Al Saud mengumumkan bahwa sedang dipertimbangkan untuk menjual 5% saham Saudi Aramco agar bisa membangun dana investasi yang besar.