Sejarah Unilever

Unilever dibentuk oleh perserikatan pembuat sabun di Inggris dan produsen margarin di Belanda. Hasilnya adalah membludaknya produksi minyak palek di Kongo dan kepulauan Solomon, dan perusahaan multinasional modern yang pertama di dunia.

Hari ini, Unilever mengelola 400 merek lokal dan global yang sangat dikenal dari markasnya di London dan Rotterdam, dan merupakan pembuat es krim terbesar di dunia.

Tonggak Sejarah Unilever

1851: Kelahiran William Hesketh Lever,

1885: Lever dan saudara lelakinya James membeli pabrik sabun di Warrington.

1888: Perusahaan membangun pabrik sabun yang lebih besar dan perumahan untuk karyawan di Port Sunlight.

1900: Perusahaan menjual sahamnya kepada publik.

1922: Mengakuisisi Walls.

1925: Kematian William Hesketh Lever, kini Viscount Leverhulmen.

1930: Lever Brothers merger dengan Margarine Unie dan membentuk Unilever.

1955L Iklan pertama di televisi Inggris adalah untuk mempromosikan produk Unilever, pasta gigi Gibbs SR.

William Hesketh lever dan saudara lelakinya James, mulanya adalah pedagang grosir. Pada 1885, mereka membeli sebuah bengkel sabun berukuran kecil di kota Warrington, Inggris Barat Laut.

Sebelumnya, sabun dibuat dari lemak daging domba dan daging sapi. Lever bersaudara bermaksud menggunakan gliserin dan minyak sayur untuk menghasilkan “Sunlight Soap” yang baru dan busa sabun yang lebih kuat. Produksi sabun ini mencapai 450 ton tiap minggunya.

James Lever kemudian menderita sakit dan selanjutnya berperan kecil dalam bisnis ini.

Misi William Hesketh Lever adalah “menjadikan kebersihan hal yang lumrah; mengurangi pekerjaan bagi wanita; membantu perkembangan kesehatan dan berkontribusi atas daya tarik pribadi, bahwa kehidupan mungkin bisa lebih dinikmati dan menghargai mereka yang menggunakan produk-produk kami.”

Pada 1888, Lever bersaudara membangun sebuah pabrik besar di atas rawa-rawa di Bromborough Pool di Semenanjung Wirral. Mereka menamainya dengan nama produk mereka, Port Sunlight.

Port Sunlight

Port Sunlight adalah eksperimen paternalistik yang luar biasa dalam praktik kerja dan rekayasa sosial. Pabrik Sunlight Soap, dan kota yang tumbuh di sekelilingnya, berpusat pada “The Village” yang dibangun oleh Lever bersaudara untuk karyawannya. The Village ini seperti persilangan antara idealisme komunistik dan mendahului praktik pengendalian Henry Ford.

Akan tetapi, tidak seperti visi Ford, kebijakan tentang pekerjaan Lever bersaudara tidka  pernah turun menjadi represi dan kekerasan. Masing-masing blok perumahan Port Sunlight dirancang oleh arsitek yang berbeda. Sementara propertinya dibagikan kepada karyawan dan keluarga mereka.

Ajaran perusahaan tentang kesehatan ini menyebar dengna cepat. Lever Brothers menjadi makmur di dalam negeri maupun di sepanjang rute-rute perdagangan kerajaanInggris.

Pada 1900, Lever Brothers merupakan perusahaan publik. Sabun Lifebuoy, washing flakes Lux, dan agen pembersih Vim, menjadi nama-nama yang dikenal di Inggris dan koloni-koloninya.

Ratusan keluarga Port Sunlight menikmati upah di atas rata-rata dan standar hidup yang layak (semua itu harus dikembalikan jika kehilangan pekerjaan). Anak perusahaan Lever Brothers didirikan di Amerika Serikat, Kanada, Australia, dan daratan Eropa. Sikap paternalistik perusahaan terhadap karyawannya disesuaikan oleh kekhawatiran terhadap reputasinya.

Pada 1907, koran Inggris Daily Mail menuduh Lever Brothers dan yang lainnya menjalankan praktik kartel alias Soap Trust. Perusahaan menggugat ke pengadilan dan memendangkan 50.000 poundsterling untuk ganti rugi. Jumlah ini sangat besar untuk waktu itu.

Kepentingan di Afrika dan Tempat Lain

Pada 1911, Lever secara pribadi mengamankan pasokan dari perkebunan minyak-palem di Kongo yang dikuasai Belgia dan Kepulauan Solomon. Perkebunan ini dikelola secara biadab oleh kolonialis Belgia dan diawasi oleh pekerja-paksa setempat. Lever Brothers juga mengakuisisi sarang pembuat sabun di Inggris utara.

Rumah Lever dihancurkan oleh pemilih perempuan pada 1911. Padahal ia sebenarnya setuju bahwa kaum perempuan seharusnya punya hak suara. Setelah dihancurkan, ia membangun mansion baru, termasuk kebun binatang untuk umum yang didalamnya terdapat binatang yak, zebra, dan anak harimau. Setelah kematian istrinya, ia sering tidur di udara terbuka.

Saat Perang Dunia Pertama pecah, Lever Brothers memproduksi 135 .000 ton sabun setiap tahunnya. Ini mendorong pemerintah untuk mengendalikan industri minyak dan lemak. Saat itu perusahaan juga sedang bergerak memasuki pasar margarin, yang jatuh setelah perang berakhir dengan semakin terjangkaunya mentega.

Pada 1920, Lever Brothers memperoleh kendali atas Niger Company, kemudian West Africa Company. Pada 1922, perusahaan membeli Walls, pembuat sosis terkenal, yang mulai membuat es krim untuk musim panas ketika permintaan akan sosis menurun.

Pada tahun yang sama, Lever menjadi Viscount Leverhulme. Nama ini diambil untuk menghormati mendiang istirnya, Elizabeth Hulme.

Leverhulme meninggal akibat pneumonia pada 1925. Saat itu ia sudah menjadi tokoh terkemuka Inggris yang dianggap sebagai panutan yang mempekerjakan dengan keras para pekerja di Port Sunlight dan sejumlah pabrik dan perkebunan di seluruh dunia, rumah-indahnya di Hampstead, dan mengendalikan 60% produksi sabun Inggris.

Kepentingan pribadinya antara lain kepemilikan atas Lewis and Harris di Western Isles, Skotlandia. Untuk menangani hasil tanahnya, ia mendirikan bisnis MacFisheries, yang kelak dibeli oleh Lever Brothers.

Leverhulme pada akhirnya memberikan pulau itu kepada  penghuninya, yang bersikap tidak apresiatif, dengan menolak untuk mula-mula membelinya.

Bersatu dengan Belanda

“Kampanye Tangan Bersih” yang dilancarkan Lever Brothers pada 1926, mendorong orang untuk mencuci tangan “sebelum sarapan, sebelum makan malam, dan setelah bersekolah.” Dengan mengajarkan cara menjaga kesehatan dan kesadaran terhadap kuman, kampanye ini menanamkan brand perusahaan ke dalam pikiran anak-anak dan orang tua.

Namun pada 1929, pasokan minyak palem menjadi sengit diperebutkan. Tahun berikutnya Lever Brothers mulai mengadakan perjanjian dengan perusahaan Belanda Margarine Unie untuk menjaga sumber pasokan masing-masing. Perusahaan ini adalah pesaingnya dalam mengonsumsi minyak palem.

Rencana itu berubah dengan cepat menjadi merger berskala penuh. Hasil mergernya adalah perusahaan bernama Unilever. Inilah kelahiran perusahaan multinasional modern.

Peristiwa tahun 1930-an dan Depresi Besar menjadi saksi ekspansi Unilever ke Amerika Latin walau menghadapi persaingan dari Procter & Gamble di Inggris. Di Belanda, pasar domestik mitra baru Lever Brothers, perusahaan menghela pertumbuhan alternatif “yang ditingkatkan” terhadap mentega, seperti Blue Band dan Stork.

Di medan pertempuran dalam negeri selama Perang Dunia Kedua, mobil van sabun Lifebuoy Unilever berkeliling wilayah yang dibom untuk membantu  mereka yang selamat dari serangan udara Luftwaffe. Mobilini dibekali dengan sabun, air panas, dan handuk.

Di Jerman dan Jepang, aset-aset perusahaan dibekukan. Unilever belum menuai kehinaan seperti yang ditujukan kepada DuPont, Ford, General Motors, dan IBM yang mengadakan kesepakatan dengan Nazi Jerman.

Setelah permusuhan berakhir, Unilever banyak kehilangan kepentingan di Eropa Timur yang didominasi Soviet. Begitu pula di Tiongkok setelah komunis mengambil alih pada 1949.

Angin Perubahan

Pada era sesudah perang, Kerajaan Inggris dirombak secara bertahap. Akibatnya ada “angin perubahan” yang telah meniupkan institusi yang kurang substansial dibandingkan dengan Unilever. United Africa Company yang dimiliki Unilever dengan mudah melakukan rebranding sehingga bisa berbisnis seperti biasa.

Di dalam negeri, pada 1955, perusahaan membayar untuk iklan komersial pertama di televisi Inggris yakni untuk pasta gigi Gibbs SR. iklan TV lainnya, untuk teh PG Tips, menggambarkan simpanse dari Kebun Binatang London. Iklan ini menjadi favorit nasional yang bertahan lama.

Dari waktu ke waktu Unilever semakin kuat. Hal ini didukung oleh makin banyaknya daging yang diproses dan makanan yang dipadukan; kedekatan politis dan komersial dengan Eropa; dan meningkatnya kemakmuran Inggris pada 1960-an.

Unilever pun melakukan diversifikasi yang makin luas dan membuat iklan TV berwarna yang pertama. Beberapa upaya merger yang tidak berhasil masih meninggalkan perusahaan dalam keadaan utuh.

Pada 1970-an, terjadi inflasi yang merajalela, penjualan yang datar, dan masa-masa suklit di Inggris. Perusahaan meresponnya denga mengapitalisasi pertumbuhan yang dihela—minyak di Nigeria dan mengembangkan secara masif operasinya di Amerika Serikat.

Pada tahun-tahun melambungnya ekonomi selama 1980-an, Unilever menjadi perusahaan terbesar ke-26 di dunia. Pada saat itu produk-produk sabun dan personal care bukan lagi sumber utama pendapatan.

Menyusul runtuhnya Dinding Berlin pada akhir dekade itu, Eropa Timur baru pascakomunis memberi isyarat. Multinasional mdern yang pertama ini mengambil kesempatan itu. Akuisisi dan divestasi, seperti Calvin Klein dan Elizabeth Arden, menjadi bertambah besar dan prestisius.

Pada 2001, perusahaann telah mengurangi kategori operasinya dari 50 menjadi 13. Mereknya pun menciut dari 1.600 menjadi 900.

Porfotolio Merek Terbesar di Dunia

Hari ini, Unilever adalah konglomerat senilai $50 milyar yang mempekerjakan 180.000 orang di perusahaan maupun pabrik yang beroperasi di setiap benua. Laboratorium risetnya ada di Inggris, Belanda, Amerika Serikat, India, Pakistan, dan Tiongkok.

Merek yang dimiliki perusahaan ini di antaranya es kim Ben and Jerry’s, mayones Hellman, teh PG Tips, makanan beku Findus, Bovril, mustard Colman, saus dan kaldu-kubus Knorr, Marmite, cairan pembersih Cif, Domestos, Signal, Omo, Persil, Sunsilk, Timotei, krim Ponds, dan Q-Tips.

Banyak merek lain yang spesifik untuk wilayah tertentu, dari Belgia ke Brazil, dari Polandia ke Peru. Comfort dari unilever adalah kndisioner top di Tiongkok. Rexona adalah deodoran top di ukraina.

Perusahaan ini juga merupakan pembuat es krim terbesar di dunia. Perusahaan yang memelopori pemberian merek global itu hari ini adalah pemilik portofolio terbesar dari semua itu.

Pada awal-awal tahun di abad ke-21, Unilever mulai menyampaikan isu sustainability dan lingkungan. Namun layaknya perusahaan lain, ini rentan terhadap “hari kabar buruk.” Pada 2007, Hindustan Unilever, kepanjangan perusahaan ini di india, wajib menarik iklan televisinya untuk krim kecantikan pencerah-kulit “Fair and Lovely,” yang memperlihatkan perempuan yang awalnya berkulit gelap, tampak depresi, tiba-tiba menemukan teman pria tampan dan berkarier sukses.

Warisan Lever

Rumah-rumah Unilver di Port Sunlight diCheshire tetap dihuni oleh karyawan Unilever dan keluarga mereka hingga 1980-an. Bangunan Grade II yang ada 900 itu sekarang termasuk dalam Situs Warisan Dunia. Lady Lever Art Gallery di Port Sunlight, yang didirikan oleh Viscount Leverhulme pada 1922, memuat salah satu koleksi lukisan dan seni dekoratif terindah di Inggris.

Warisan pribadi Lever juga termanifestasi dalam Leverhulme Trust, yang memberi donasi untuk proyek pendidikan dan riset. Trust ini didanai dari saham Unilever dan administrasinya dikelola oleh dewan penyantun yang terdiri dari pegawai senior perusahaan.

Hill, taman di apartemen mewah Viscount Leverhulme, kini menjadi taman untuk umum bagi para Londoners sejak 1960. Lever House di Park Avenue New York, telah menampilkan karya-karya para seniman, termasuk Damien Hirst dan Keith Haring.