KISAH NABI SULAIMAN – Ada 25 nabi dan rasul yang wajib diketahui dan dimani oleh umat muslim. Salah satu dari 25 nabi dan rasul tersebut adalah Nabi Sulaiman as. Sebenarnya, jumlah nabi menurut suatu riwayat sebanyak 124.000 orang. Sedangkan, jumlah rasul sebanyak 313 orang.
BACA JUGA: Kisah Sejarah 25 Nabi dan Rasul dalam Islam
Namun, jumlah nabi dan rasul yang wajib diketahui dan diimani oleh umat muslim adalah 25 orang saja. Selebihnya hanya wajib utntuk diimani dan tidak wajib untuk diketahui. Oleh karena itu, mengetahui kisah 25 nabi dan rasul merupakan suatu keharusan. Salah satunya adalah kisah Nabi Sulaiman as.
Video Kisah Nabi Sulaiman as.
https://www.youtube.com/watch?v=EhTJl36q_lQ&rel=0&showinfo=0
Siapakah Nabi Sulaiman as?
Dalam urutan 25 Nabi dan Rasul, nabi Sulaiman as berada di urutan ke-18. Nabi Sulaiman as merupakan putra dari Nabi Daud as. Nabi Daud as adalah seorang raja dengan mayoritas rakyatnya keturunan Nabi Yakub as. Kerajaan tersebut terletak di bumi Palestina saat ini.
Raja Segala Makhluk
Allah SWT mengangkat Nabi Sulaiman as menjadi seorang nabi dan rasul. Setelah ayahnya wafat, Nabi Sulaiman as diangkat menjadi raja di Kerajaan Israil yang saat ini terletak di negara Palestina. Berbeda dengan ayahnya, Nabi Daud as, Nabi Sulaiman as tidak hanya menjadi raja untuk manusia, tetapi juga raja untuk binatang dan jin.
Kerajaan Nabi Sulaiman as merupakan hasil dari gotong royong manusia, jin dan binatang. Dindingnya terbuat dari batu pualam, tiang dan pintunya terbuat dari emas dan tembaga hiasan dan ukirannya dari mutiara dan intan,atapnya dari perak dan sebagainya.
Kerajaan Nabi Sulaiman as
Sejak masih muda, Nabi Sulaiman memang sudah disiapkan untuk menjadi raja untuk menggantikan ayahnya, Nabi Daud as. Namun, kakak Nabi Sulaiman yang bernama Absyalum memahami rencana ayahnya tersebut dan dia tidak terima bahwa penerus tahta ayahnya adalah Nabi Sulaiman as.
Oleh karena itu, Absyalum berusaha untuk menggulingkan kedudukan ayahnya sebelum diwariskan ke putra tercintanya, Nabi Sulaiman as.
Absyalum melakukan propaganda untuk menggulingkan ayahnya. Dia mengumpulkan rakyat yang sudah dipengaruhi untuk menduduki istana.
Rencana Absyalum tersebut sukses dan berhasil menduduki kerajaan. Namun, hal tersebut tidak bertahan lama karena Nabi Daud as berhasil merebut kembali kedudukannya.
Sesuai dengan rencana Nabi Daud as sebelumnya, setelah wafat, Nabi Sulaiman as diangkat menjadi raja untuk kaum Bani Israil hingga wafat.
Kisah Nabi Sulaiman dan Jin
Nabi Sulaiman dianugerahi banyak kelebihan dan mukjizat oleh Allah SWT. Salah satu mukjizat Nabi Sulaiman as adalah dapat menundukkan makhluk lain seperti jin. Dikisahkan bahwa kerajaan Nabi Sulaiman as dibangun oleh pasukan jin. Semua makhluk tunduk dengan Nabi Sulaiman as atas izin Allah SWT.
“..dan sebagian daripada jin ada yang bekerja di hadapannya (di bawah kekuasaannya) dengan izin Tuhannya…” (Al-Anbiya: 81).
Kisah Nabi Sulaiman dan Burung Hud-Hud
Suatu ketika, Nabi Sulaiman as memerintahkan semua pasukannya, baik manusia, jin dan binatang untuk bersiap-siap dan memeriksa anggotanya dengan sangat teliti. Ketika sampai ke pasukan burung, ternyata ada salah satu burung yang tidak ada dalam barisan. Burung tersebut adalah burung hud-hud.
Kemudian Nabi Sulaiman bertanya “kenapa saya tidak melihat burung hud-hud?” Apakah dia termasuk yang tidak hadir ?” (QS. An-Naml : 20).
Karena kejadian tersebut, Nabi Sulaiman as sangat murka dan berkata “Sungguh aku benar-benar akan mengazabnya dengan azab yang keras atau benar-benar menyembelihnya kecuali jika benar-benar dia datang kepadaku dengan alasan yang jelas,” kata Nabi Sulaiman. (QS. An-Naml : 21).
Tidak lama kemudian, burung hud-hud tersebut datang. Dengan suara yang marah, Nabi Sulaiman bertanya, “ke mana kamu pergi?” Burung hud-hud kemudian menjawab, “aku pergi ke negeri Saba’ yang kerajaannya dipimpin oleh seorang ratu yang bernama Ratu Balqis.
Ratu Balqis beserta pengikutnya menyembah matahari. Mereka bersujud ke matahari saat matahari terbit. Setan membuat hal yang mereka lakukan itu indah. Hal tersebut menghalangi mereka dari jalan Allah. Mereka benar-benar menyekutukan Allah SWT.”
Setelah burung hud-hud tersebut melapor, maka Nabi Sulaiman as memerintahkan burung hud-hud untuk menyampaikan surat yang di tulis Nabi Sulaiman as mengenai perintah menyembah Allah SWT.
Kisah Peristiwa Meninggalnya Nabi Sulaiman as
Suatu ketika, Nabi Sulaiman as mengawasi pasukan jin yang sedang bekerja. Para jin tersebut tidak berani melihat ke arah Nabi Sulaiman as. Pada saat mengawasi pasukan jin tersebut, Malaikat pencabut nyawa mencabut nyawa Nabi Sulaiman as dan beliau wafat.
Namun, para jin tidak tahu bahwa Nabi Sulaiman as telah wafat karena posisi beliau sedang berdiri dan ditopang oleh sebuah tongkat.
Tongkat tersebut kemudian dimakan oleh rayap atas perintah Allah SWT. Lama-kelamaan tongkat tersebut keropos dan tidak mampu lagi menopang Nabi Sulaiman as. Sehingga, Nabi Sulaiman as jatuh dan tersungkur ke tanah. Melihat kejadian tersebut, para jin menghentikan kerjanya dan dengan cepat mereka berlari.
Peristiwa wafatnya Nabi Sulaiman as diterangkan dalam Al-Quran Surat Saba’ ayat 14.
“Maka tatkala Kami telah menetapkan kematian Sulaiman, tidak ada yang menunjukkan kepada mereka kematiannya itu kecuali rayap yang memakan tongkatnya. Maka tatkala ia telah tersungkur, tahulah jin itu bahwa kalau sekiranya mereka mengetahui yang gaib tentulah mereka tidak akan tetap dalam siksa yang menghinakan.”
Kisah Nabi Sulaiman dan Pemuda yang Tinggal di Dasar Laut
Allah SWT pernah memberikan arahan kepada Nabi Sulaiman as. supaya pergi ke sebuah pantai untuk melihat suatu keajaiban yang akan diperlihatkan oleh Allah. Beliau pun segera menuju ke tempat yang diperintahkan bersama dengan tentaranya dari golongan manusia dan jin.
Sesampainya di sana, Beliau pun menoleh ke kanan dan ke kiri akan tetapi tidak menemukan apa-apa. Maka beliau pun merintahkan jenis jin Ifrit untuk mencari sesuatu di dalam laut. “Menyelamlah kau ke dalam laut ini! Datangkanlah untuku sesuatu yang kau temukan di dalamnya,”, perintah Nabi Sulaiman as. kepada Ifrit.
Maka jin tersebut pun mematuhi perintah Nabi mulia itu. Tidak seperti biasa, kali ini Ifrit tidak bisa menemukan apapun di dalam laut. Sehingga, Nabi Sulaiman as. pun menyuruh seorang menteri beliau yang bernama Aashif bin Barokhya untuk menggantikan jin Ifrit guna mencari “sesuatu” yang ditunggu-tunggu.
Ternyata hanya dalam waktu yang singkat, Aashif segera mendapatkan apa yang dicari dan kembali ke pantai dengan membawa sebuah “rumah” yang terbuat dari kerang berwarna putih. “Rumah” tersebut memiliki empat pintu.
Pintu pertama terbuat dari mutiara, pintu ke dua dari yaqut, ketiga dari batu permata dan keempat dari zabarjad berwarna hijau. Setiap pintu itu dalam keadaan tertutup rapat.
Aashif pun menghadirkan “rumah” tersebut di hadapan Nabi Sulaiman as. Tiba-tiba, dari “rumah” itu ditemukan seorang pemuda yang sangat tampan serta pakaiannya pun sangat bersih sedang mendirikan sholat. Anehnya, meskipun “rumah” tersebut berasal dari dasar laut, ketika dibuka, tak ada setetes pun air yang masuk ke dalamnya.
Setelah ia selesai sholat, Nabi Sulaiman as, menyapanya, “Assalamu’alaikum, wahai anak muda, apa yg menyebabkan kamu berada di dalam “rumah”yangg berada di dasar laut ini?”
Pemuda tersebut pun mengetahui siapa yang bertanya kepadanya seraya menjawab, “Wahai Nabi Allah, sesungguhnya aku punya seorang ayah yang lumpuh dan ibuku adalah seorang yang buta. Sebagai khidmatku pada keduanya, aku melayani mereka berdua dengan baik selama 70 tahun. Aku mencebokinya dan menggendongnya ke mana pun ia kehendaki.”
Ketika telah datang masa ibuku untuk meninggal, ketika Beliau sekarat ia berdo’a, ‘Ya Allah panjangkanlah kehidupan anakku untuk melakukan taat kepada-Mu.’ Serta ketika telah tiba masa ajal untuk ayahku, Beliau berdo’a, ‘Ya Allah berikanlah pelayanan pada anakku di tempat yang tidak dijangkau oleh setan untuk mengganggunya.’
Setelah aku menguburkan kedua orang tuaku, beberapa hari kemudian aku pergi ke pantai ini. Ketika aku di sini, tiba-tiba aku melihat “rumah” ini. Aku pun tertarik untuk masuk ke dalamnya guna melihat-lihat keindahannya. Maka datanglah malaikat membawa “rumah” ini dan menurunkannya ke dasar laut sedangkan aku di dalamnya,” cerita pemuda itu panjang lebar.
Nabi Sulaiman as. bertanya lagi, “Kapan itu terjadi?” “Kejadian teresbut terjadi pada zaman Nabi Ibrahim as. dan aku adalah umatnya.” Jawab pemuda itu. Menurut sejarah antara Nabi Ibrahim as. dan Nabi Sulaiman as. berselisih antara 1400 tahun, sedangkan pemuda tersebut sama sekali tidak beruban.
“Lalu apa yang kau makan dan minum di dasar laut ini?” Tanya Nabi Sulaiman as. “Wahai Nabi Allah, setiap hari datang kepadaku seekor berwarna burung hijau yang pada paruhnya ia membawa sebuah benda berwarna kuning sebesar kepala manusia.
Di dalamnya terdapat apa saja kenikmatan makanan di dunia. Aku pun memakannya, maka hilanglah dariku rasa lapar, dahaga, kantuk, kelemahan dan perasaan kesendirian,” jawab pemuda tersebut.
Mendengar hal tersebut, Nabi Sulaiman as. pun menawarkan, “Apakah kamu bersedia dan suka apabila kubawa kembali ke duniaku dan hidup bersamaku di istana atau kau ingin aku kembalikan ke tempat asalmu?” “Kembalikanlah aku ke tempat asalku di sana. Aku lebih nyaman dari tangan-tangan manusia, wahai Nabi Allah,” jawabnya.
“Hai Aashif kembalikan dia ke tempat asalnya,” perintah Nabi Sulaiman as. Kemudian Nabi Sulaiman as. bersabda kepada seluruh umatnya, “Lihatlah oleh kalian semua apa yang telah terjadi, bagaimana Allah telah mengabulkan do’a kedua orang tuanya. Maka hendaklah kalian semua takut mendurhakai kedua orang tua.”
Kisah Cincin Nabi Sulaiman
Dikisahkan dalam kisah Wahab bin Munbih, yang mengatakan bahwa cincin Nabi Sulaiman as. Berasal dari langit yang memiliki empat sisi.
- Diantara sisi cincin tersebut tertulis kata, “Laa Ilaha Illallahu Wahdahu Laa Syariika Lahu Muhammadun Abduhu wa Rosuuluhu”, yang artinya : “Tidak ada tuhan selain Allah tidak ada sekutu bagi-Nya. Muhammad adalah hamba dan rasul-Nya.”
- Disisi yang kedua tertulis: “Allahumma Maalikal Mulki Tu’til Mulka Man Tasya wa Tanzi’ul Mulka Man Tasya wa Tu’izzu Man Tasya wa Tuzillu Man Tasya”, yang artinya : “Wahai Allah Raja yang memiliki kerajaan. Engkau berikan kekuasaan kepada yang Engkau kehendaki, Engkau cabut (kekuasaan) dari orang yang Engkau kehendaki, Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki”.
- Pada sisi ketiga tertulis: “Kullu syai’in Haalikun Illalloh”, yang artinya : ‘Segala sesuatu akan musnah kecuali Allah”.
Cincin yang dimiliki Nabi Sulaiman as. terdapat cahaya yang bersinar, jika dikenakan maka akan berkumpul para jin, manusia, burung, angin, setan dan awan.
Wahab bin Mubih, juga menceritakan bahwa suatu hari Nabi Sulaiman as hendak berwudhu maka ia menyerahkan cincinnya itu kepada budak perempuan yang bernama “Aminah”.
Saat itu ada jin yang bernama Sokhr, yang mendahului Nabi Sulaiman masuk ke tempat wudhu dan bersembunyi dibalik pintu. Setelah itu, Nabi Sulaiman as, memasuki tempat wudhu untuk menunaikan keperluannya.
Kemudian setan itu keluar dari tempat wudhu dengan menyerupai wajah Nabi Sulaiman as dan mengibas-ngibas jenggotnya, bekas wudhu tidak berbeda sama sekali dengan Sulaiman dan mengatakan kepada Aminah, “Cincinku wahai Aminah.”
Aminah pun memberikan cincin tersebut kepadanya dan meyakini bahwa ia adalah Nabi Sulaiman. Maka cincin itu berada di tangan jin Sokhr yang menyerupai sosok Nabi Sulaiman as. Lantas dia duduk di singgasana Sulaiman sehingga golongan jin, burung, bahkan setan pun tunduk kepadanya.
Tidak berapa lamanya Nabi Sulaiman as selesai berwudhu dan mengatakan kepada Aminah, “Cincinku.” Aminah pun balik bertanya, “Siapakah Anda?” Dia menjawab,”Aku Sulaiman bin Daud.”
Nabi Sulaiman as mengalami perubahan pada penampilannya, tidak seperti sebelumnya. Aminah berkata, “Engkau berbohong.” Sesungguhnya Sulaiman sudah mengambil cincinnya dan saat ini dia tengah duduk di singgasana kerajaan.”
Maka tahulah Sulaiman bahwa dia telah mendapati sebuah kesalahan.” (Mukhtashor Tarikh Dimasyq juz III hal 379)
Wahab bin Munbih menjelaskan dengan singkat bahwa, ketika Nabi Sulaiman as hendak ke kamar kecil untuk berwudhu, maka datanglah jin yang menyerupai Sulaiman mendatangi budak perempuannya tanpa ada kecurigaan darinya.
Kemudian jin itu mengambil cincin tersebut dan meletakkannya di jarinya, lantas pergi ke istana Sulaiman untuk duduk di atas singgasananya. Akhirnya Sulaiman pun sadar, bahwa setan telah memperdayai budak perempuannya dan mengambil cincin darinya.
Kemudian Sulaiman pun berlari ke padang tandus sampai pada suatu ketika ia merasa sangat lapar dan dahaga. Terkadang ia meminta tolong kepada orang agar memberikannya makanan sambil mengatakan, “Aku Sulaiman bin Daud.” Namun orang-orang tidak mempercayainya. Nabi Sulaiman as berada dalam keadaan lapar selama 40 hari.
Sampailah Sulaiman di tepi pantai dan dia menyaksikan sekelompok nelayan lalu ia pun menghampiri dan bekerja sebagai seorang nelayan. Kemudian Asif bin Barkhoya berkata,”Wahai orang-orang Bani Israil sesungguhnya cincin Sulaiman telah dicuri oleh sekelompok jin dan sesungguhnya Sulaiman telah pergi dengan ketakutan diwajahnya.”
Tatkala setan yang duduk di singgasana itu mendengar perkataan tersebut maka ia pun pergi menuju lautan dengan perasaan takut dan membuangnya. Cinicin yang dibuang itu lalu dimakan oleh ikan salmon yang kemudian ikan itu dijaring oleh Sulaiman dengan izin Allah swt.
Dan ketika Sulaiman menyembelih perut ikan tersebut maka ia mendapati cincinnya berada di dalamnya lalu dia pun memakainya di jarinya dan bersujud syukur kepada Allah swt. Setelah itu, dia kembali ke singgasananya dan duduk diatasnya sebagaimana disebutkan di dalam firman Allah swt :
وَلَقَدْ فَتَنَّا سُلَيْمَانَ وَأَلْقَيْنَا عَلَى كُرْسِيِّهِ جَسَدًا ثُمَّ أَنَابَ
Artinya : “Dan Sesungguhnya Kami telah menguji Sulaiman dan kami jadikan (dia) tergeletak di atas kursinya sebagai tubuh (yang lemah karena sakit), kemudian ia bertaubat.” (QS. Shaad : 34)
– (Bada’i az Zuhur fii Waqo’i ad Duhur juz I hal 85)
Wallahu A’lam
BACA JUGA: Pelajari Perbedaan Nabi dan Rasul Berikut ini Kalau Kamu Ngaku Orang Islam
Kisah Nabi Sulaiman dan Ratu Balqis
Burung Hud-Hud melaksanakan perintah Nabi Sulaiman. Ia pergi ke negeri Saba’ untuk menyampaikan surat kepada Ratu Balqis. Setelah sampai di istana Ratu Balqis, burung Hud-Hud melempar surat tersebut di hadapan Ratu Balqis.
Ratu Balqis beserta para pengawalnya tidak mengetahui yang melemparkan surat itu. Dengan hati-hati, Ratu Balqis membuka dan membaca surat itu. Isi surat itu adalah ajakan dari Nabi Sulaiman kepada Ratu Balqis dan rakyatnya untuk menyembah kepada Allah.
Kisah ini diceritakan dalam Al-Quran Surat An-Naml ayat 29-31, “Berkata ia (Balqis), “Hai pembesar-pembesar, sesungguhnya telah dijatuhkan kepadaku sebuah surat yang mulia.
Sesungguhnya surat dari Sulaiman ini berisi, “Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Bahwa janganlah kamu sekalian berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri.”
Setelah membaca surat tersebut, Ratu Balqis mengumpulkan para pembesar dan menyampaikan tentang ajakan Nabi Sulaiman. Para pembesar cenderung menolak ajakan Nabi Sulaiman.
Mereka berkata, “Kita merupakan orang-orang yang mempunyai kekuatan dan keberanian yang besar dalam peperangan, dan keputusan ada di tanganmu, maka pertimbangkanlah berbagai hal yang akan kamu perintahkan.”
Ternyata, Ratu Balqis tidak memilih jalan peperangan. Ia beranggapan bahwa Nabi Sulaiman mungkin iri dengan kekayaan yang dipunyai negerinya sehingga ia ingin menyerang negeri Saba’. Oleh sebab itu, Ratu Balqis memutuskan untuk mengirimkan hadiah kepada Nabi Sulaiman.
Ratu Balqis lebih memilih cara ini dan menunggu reaksi dari Nabi Sulaiman. Para pembesar juga menyetujui keputusan tersebut. Hadiah yang diberikan berupa kepingan emas dan permata yang dibungkus dengan kain sutera. Utusan Ratu Balqis pun pergi dengan membawa hadiah kepada Nabi Sulaiman.
Kedatangan Utusan Ratu Balqis
Setelah menempuh perjalanan selama berhari-hari, utusan Ratu Balqis akhirnya sampai di istana Nabi Sulaiman. Nabi Sulaiman menerima utusan Ratu Balqis dengan baik. Tetapi, ia tidak mau menerima hadiahnya. Para utusan Ratu Balqis sangat takjub dengan keindahan istana Nabi Sulaiman.
Mereka juga keheranan dengan pasukan Nabi Sulaiman karena di antara barisan tersebut ada hewan dan jin. Mereka menyadari betapa kecilnya hadiah yang mereka bawa dibandingkan kekayaan yang dimiliki kerajaan Nabi Sulaiman.
Selanjutnya Nabi Sulaiman berkata,
“Apakah pantas kamu menolong aku dengan harta, sedangkan Allah memberiku sesuatu yang lebih baik dari pada yang diberikan kepada negerimu ? Namun, kalian merasa bangga dengan hadiahmu. Kembalilah ke negeri kalian. Sungguh kami akan mendatangi negeri kalian dengan bala tentara yang tidak dapat kalian lawan dan pasti kami akan mengusir kalian dari negeri itu (Saba’) dengan terhina dan kalian menjadi tawanan-tawanan yang hina dina.”
Nabi Sulaiman menyampaikan pesan supaya Ratu Balqis dan rakyatnya untuk menyembah Allah semata.
Setelah itu, para utusan Ratu Balqis pulang ke negerinya. Mereka kembali ke negeri Saba’ dengan membawa berita dari Nabi Sulaiman.
Singgasana Ratu Balqis
Ketika tiba di istana Ratu Balqis, para utusan tersebut menyampaikan amanat Nabi Sulaiman. Mereka juga menceritakan kekuatan kerajaan Nabi Sulaiman. Lalu Ratu Balqis mengambil keputusan untuk melihat sendiri kerajaan Nabi Sulaiman.
Ratu Balqis dan pembesar kerajaan bersiap diri untuk berangkat menuju istana Nabi Sulaiman.
Sementara itu, Nabi Sulaiman yang sudah menerima informasi bahwa Ratu Balqis dan beberapa pengikutnya sudah bergerak menuju istananya dalam keadaan takut. Ketika itu, Nabi Sulaiman berada di dalam istana bersama dengan para pembesar kerajaannya.
Beberapa saat Nabi Sulaiman berfikir tentang cara menunjukkan kekuasaan Allah kepada Ratu Balqis. Nabi Sulaiman teringat dengan singgasana Ratu Balqis yang sangat dikagumi oleh rakyat negeri Saba’. Singgasana Ratu Balqis memang sangat indah karena ditaburi emas dan batu permata.
Kemudian, Nabi Sulaiman berkata kepada para pembesar itu, “Hai pembesar-pembesar, siapakah di antara kamu sekalian yang sanggup membawa singgasananya kepadaku sebelum mereka datang kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri.” (QS. An-Naml : 38).
Yang pertama menjawab pertanyaan Nabi Sulaiman adalah Ifrit dari kalangan jin yang telah ditundukkan oleh Allah kepada Nabi Sulaiman.
Jin Ifrit yang cerdik berkata, “Aku akan datang kepadamu dengan membawa singgasana itu kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu. Sesungguhnya aku benar-benar kuat untuk membawanya dan dapat dipercaya.”
Setelah beberapa waktu, singgasana tersebut belum ada di hadapan Nabi Sulaiman. Jarak antara istana Nabi Sulaiman dan istana Ratu Balqis adalah ratusan kilometer. Istana Ratu Balqis berada di wilayah Yaman, sedangkan istana Nabi Sulaiman berada di wilayah Palestina. Nabi Sulaiman hanya menunggu saja.
Kemudian, seorang yang mempunyai ilmu dari Al-Kitab berkata, “Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip.”
Tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya. Ia pun berkata,
“Ini termasuk karunia Tuhanku untuk mencoba aku, apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan barang siapa yang bersyukur, maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya Lagi Maha Mulia.”
Kisah ini diterangkan dalam Al-Quran surat An-Naml ayat 40. Al Quran tidak mengungkap identitas seseorang yang menghadirkan singgasana itu.
Al-Quran hanya memjelaskan bahwa orang itu mempunyai ilmu dari Al-Kitab. Al-Quran tidak menjelaskan kepada kita, apakah ia seorang malaikat atau manusia atau jin. Begitu juga Al-Quran tidak menyatakan kitab yang dimaksud. Yang pasti mukjizat ini menunjukkan tanda-tanda kekuasaan Allah.
Bagaimana reaksi Nabi Sulaiman saat melihat singgasana Ratu Balqis berada di depannya? Apakah ia merasa kagum dengan kemampuannya atau merasa dirinya hebat? Ternyata, ia tidak merasa demikian. Ia mengagungkan nama Allah dan bersyukur kepada-Nya. Sudahkah kita berlaku demikian?
Setelah singgasana dihadirkan, Nabi Sulaiman memerintahkan agar mengubah singgasana Ratu Balqis. “Dia (Sulaiman) berkata, “Ubahlah singgasananya, maka kita akan melihat apakah dia mengenal ataukah dia termasuk orang-orang yang tidak mengenalnya.” (QS. An-Naml : 41).
Kedatangan Ratu Balqis
Setelah melakukan perjalanan berhari-hari, Ratu Balqis dan pengikutnya sampai di istana Nabi Sulaiman. Nabi Sulaiman menyambut mereka.
Al-Quran surat An-Naml ayat 42 mengisahkan dialog antara Nabi Sulaiman dan Ratu Balqis. “Dan ketika Balqis datang, dinyatakanlah kepadanya : “Serupa inikah singgasanamu ?” Dia menjawab, “Seakan-akan singgasana ini singgasanaku, kami telah diberi pengetahuan sebelumnya dan kami adalah orang-orang yang berserah diri.”
Yang dimaksud pengetahuan sebelumnya adalah pengetahuan tentang kenabian Sulaiman as. Balqis telah mengetahui kenabian Sulaiman itu, sebelum dipindahkan singgasananya dari negeri Saba’ ke Palestina dalam sekejap mata.
Ketika itu, Ratu Balqis tercengang melihat singgasananya berada di sana. Namun, sejenak ia menjadi ragu karena ia yakin singgasananya berada di istananya. Ia juga berpikir, “Bagaimana singgasana itu sampai sebelum dirinya ?” Ia pun menjadi ragu, beberapa bagian singgasana itu telah diubah.
Setelah mengalami kebingungan sesaat Ratu Balqis menjawab, “Sepertinya benar.” Nabi Sulaiman berkata, “Ini adalah singgasanamu. Aku telah memindahkan singgasanamu ke sini. Allah telah memberi pengetahuan kepadaku dan aku adalah orang yang berserah diri kepada Allah.” Ratu Balqis pun yakin bahwa itu adalah singgasananya.
Nabi Sulaiman mempersilahkan Ratu Balqis masuk ke istana. Ketika masuk, Ratu Balqis menyingkapkan kainnya hingga kedua betisnya terlihat. Ia mengira lantai istana penuh dengan air. Nabi Sulaiman berkata, “Ini hanyalah lantai istana yang dilapisi kaca tipis dan licin.” Ratu Balqis tersipu malu.
Ratu Balqis sangat kagum dengan pengetahuan yang dimiliki oleh Nabi Sulaiman. Ia tidak menyangka bahwa semua itu disebabkan oleh keimanan Nabi Sulaiman kepada Allah swt.
Ratu Balqis Beriman Kepada Allah SWT
Ratu Balqis sangat mengagumi ilmu yang dimiliki oleh Nabi Sulaiman. Ia sama sekali tidak menyangka semua itu karena keimanan Nabi Sulaiman kepada Allah. Pada saat itulah, keyakinan Ratu Balqis mulai goyah. Ia menyadari kesalahannya karena telah menyembah matahari, padahal matahari adalah ciptaan Allah.
“Dan apa yang disembahnya selama ini selain Allah, mencegah (untuk melahirkan keislamanannya), karena sesungguhnya dia dahulunya termasuk orang-orang yang kafir.” (QS. An-Naml : 43)
Kemudian, Ratu Balqis menyatakan keislamanannya. Ia berkata, “Ya Tuhanku, sungguh aku telah menganiaya diriku sendiri. Aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan seluruh alam.”
Allah telah mengaruniakan ilmu dan kelebihan yang amat banyak kepada Nabi Sulaiman. Namun, kelebihannya itu tidak membuat Nabi Sulaiman lupa diri. Ia menggunakannya untuk berdakwah. Salah satunya adalah dengan menyadarkan Ratu Balqis dari kesesatannya.
Nabi Sulaiman berhasil mengajak Ratu Balqis untuk menyembah Allah swt. Akhirnya, Nabi Sulaiman memperistri Ratu Balqis dan mereka hidup bahagia selamanya.