“Beginikah kamu melupakan kami, setelah kami berikan semua demi dirimu dan masa depanmu. Pernah suatu malam kau mengadukan kepedihan dan sakit. Kini sudah habis peran kami dan mucul orang lain yang menggantikan tempat kami di hatimu.
Kami yang menanam dan ia yang menuai.
Apakah kamu sudah bosan dengan kami? Sekarang, kamu mengadu karena kami jarang menghubungimu. Sementara kamu menghabiskan waktu bersamanya.
Setiap kali kami ajak bepergian, kamu selalu mengeluhkan cara kami berjalan yang lambat karena dimakan usia. Ketika suatu waktu kamu mengajak kami bepergian, itu hanya dalam rangka meminta pendapat untuk membelikan pakaian yang cocok untuk mertuamu.
Kau juga telah mengingatkan kami pada suatu hari ketika mengajak kami ke rumah calon istrimu untuk pertama kali. Kamu meminta kami untuk menemanimu dan meminta pendapat kami. Akan tetapi kamu telah membuat banyak kesepakatan dengan calonmu. Jadi, untuk apa kamu mengajak kami? Apakah memerlukan pendapat kami? Ataukah karena mereka mensyaratkan kamu datang bersama orang tuamu?
Inilah kami, setelah bekerja keras dan bersusah payah untuk mempersiapkan hari pernikahanmu, kami melihatmu mengangkat ujung gaunnya agar tak menyentuh tanah dan takut kotor. Kemudian kamu mendudukannya di sampingmu dalam mobil pengantin.”
Kawanku tercinta, dalam hari-hari pernikahanmu inilah ibumu menemukan perasaan-perasaan yang baru dan aneh dalam dirimu. Ia tentunya mengharap kamu mendapat kebahagiaan dan kebaikan. Ia ikut senang bersama kegembiraan dan kesenanganmu. Buatlah ibumu merasa gembira dan sayangi ibumu di hadapan calon istrimu. Hal inilah yang ibumu harapkan. Ia berharap kamu menghadap kepadanya dengan kerinduan masa lampau dimana ketika masih kecil kamu selalu rindu dengan pelukan sayang darinya.
Bersikap bijaklah, terutama terkait dengan hal-hal yang diajarkan ibumu tentang pernikahan. Jangan menolak setiap hal yang diajarkannya. Jadilah kamu seorang yang bodoh dihadapan ibumu.
Jika hari meminang tiba pilihlah ibumu yang memakaikan gelang kepada calon istrimu. Sebagai bentuk penghargaan kepadanya dan sekaligus memperkenalkan dirinya, serta untuk lebih mendekatkan dirinya dan calon istrimu. Dan Pada hari itu biarkan ibumu yang menggenggam tangan calon istrimu, bukan tanganmu.
Secara umum, jangan samapi ayah dan ibumu merasa bahwa kepentingan mereka berdua sudah selesai dan sudah muncul dalamm hidupmu satu wajah cantik atau bahkan dua wajah sekaligus (calan istrimu dan ibunya). Ingatlah jasa-jasa mereka, jangan lupakan mereka dan sayangi mereka.