Cara Membuat Startup Berkelas Internasional Itu Dimulai dari Niat

Bagaimana cara membentuk start up berkelas internasional? Dalam konferensi IDByte 13 Juni 2013 lalu, Sandiaga Uno menyarankan untuk memeriksa niat dalam membangun perusahaan. “Check your motive!” Sandiaga Uno mengingatkan untuk memeriksa motivasi kita dalam membangun usaha. Lalu ia mengutip perkataan pendiri Google Larry Page, “If we were motivated by money, we would have sold the company a long time ago and ended up on a beach.”

Mulanya, Sandiaga Uno tidak berniat membangun perusahaan sendiri. Namun krisis ekonomi tahun 1997 membuatnya kehilangan pekerjaan. Terlebih lagi tidak ada lowongan pekerjaan untuknya. Satu-satunya pilihan yang Sandiaga punya hanya dengan membuka usaha bersama teman dekatnya, Rosan P. Roeslani. Mereka berdua membuka usaha yang dikenal dengan nama Rekapital Advisors. Tujuannya semula hanya untuk survival, untuk memenuhi kebutuhan hidup. Namun mereka tidak meniatkan memulai usaha agar bisa mendapatkan banyak uang, Rekapital berusaha untuk menolong perusahaan-perusahaan yang keuangannya bermasalah.

Jika dulu Rosan dan Sandiaga hanya mau memberikan jasa restrukturisasi keuangan pada perusahaan-perusahaan yang bisa membayar tunai, Rekapital tidak akan bergerak kemana-mana. Kebanyakan perusahaan tahun 1997 tidak punya cash. Tidak banyak yang bisa membayar konsultan, namun mereka punya aset dan saham. Rekapital mau memberikan jasa dengan imbalan saham, yang membuat kebermanfaatan perusahaan ini bisa dinikmati lebih banyak orang. Mulanya saham ini dihargai rendah oleh pasar. Namun setelah ekonomi membaik, harga sahamnya meningkat. Alhasil Rekapital dan perusahaan yang diberi konsultasi sama-sama bisa survive melewati krisis.

Dalam buku Obliquity, John Kay menjelaskan bahwa niat untuk tujuan-tujuan jangka panjang itu sebaiknya tidak menargetkan keuntungan finansial. John Kay berargumen bahwa perusahaan-perusahaan yang memiliki tujuan utama meraih profit tinggi atau memaksimalkan keuntungan pemegang saham justru berada di ambang kehancuran.

Ketika Boeing berisi orang-orang yang berniat membuat pesawat terbaik, mereka menghasilkan Boeing 747, karya terbaik pada masanya. Namun pada tahun 1998 Boeing mengubah fokusnya untuk meningkatkan keuntungan pemegang saham dan perusahaan, hasilnya perusahaan ini justru terpuruk. Sebaliknya, perusahaan yang berkembang pesat justru memiliki niat yang oblique, tidak langsung. Misalnya Steve Jobs menargetkan personal computer untuk semua orang. Soichiro Honda menargetkan mobil yang affordable bagi setiap orang. Di bawah pimpinan Jobs, Apple merajai pasar. Begitu pula logo Honda kini menyebar di seluruh dunia.

Sandiaga Uno sendiri selalu teringat visi mentornya, alm. William Soeryadjaya. Om Willem, panggilan akrab beliau, yang mendirikan Astra International agar perusahaan ini bisa menjadi aset bagi bangsa Indonesia. Oleh karena itu setelah diajak untuk mendirikan Saratoga Investama Sedaya oleh Edwin Soeryadjaya, kedua pengusaha ini berpuasa dividen sejak pendiriannya hingga 2013 ini agar keuntungan yang didapat dari berinvestasi bisa digunakan kembali untuk memaksimalkan potensi usaha-usaha yang dinaunginya. Alhasil beberapa investasinya: Adaro, Tower Bersama, Mitra Pinashtika Mustika, dan Provident Agro sudah berhasil go public.

Masalah niat ini sederhana namun seringkali tidak terperhatikan. “Check your motive!” Pastikan tujuan kita membangun usaha bukan untuk menumpuk materi. Pada artikel berikutnya, kami akan membahas lebih dalam tujuan yang berhasil membuat perusahaan berkelas dunia. Saatnya prestasi manusia Indonesia setara dengan potensinya.

Apa Tujuan Lo Membangun Bisnis?

“Tujuan Lo Apa?” menjadi salah satu pertanyaan pamungkas Ligwina Hananto dalam buku financial planning-nya, Untuk Indonesia yang Kuat. Dalam buku tersebut, Ligwina memberi contoh orang yang sudah menggunakan teknik investasi yang tepat, yakni langsung investasi begitu mendapat penghasilan. Namun investasi orang ini masih juga nol besar. Orang ini selalu menjebol investasinya di tengah bulan. padahal ia sudah bersusah-payah berinvestasi di awal bulan. Orang ini menyabotase keuangan dan masa depannya sendiri.

Apa kekurangan yang dihadapi orang ini? menuut Ligwina, orang ini belum memiliki tujuan yang jelas dalam berinvestasi. Investasinya menjadi tidak punya “muatan.” Ia tidak merasa adanya pengaruh buruk terhadap masa depannya jika ia “melubangi” wadah investasinya. Oleh karena itu sebelum berinvestasi, Ligwina menyarankan perlunya menjawab tujuan terlebih dahulu: apakah untuk dana pendidikan? Dana pensiun? Atau dana rumah baru?

Menjawab “tujuan lo apa?” ini bukan hanya berlaku dalam investasi. Ketika seseorang memulai suatu usaha, ia perlu juga menjawab pertanyaan ini. Agar usaha kita memiliki muatan. Muatan yang akan memberikan makna untuk bekerja lebih keras dan mengambil keputusan yang tepat saat berada di persimpangan jalan. Muatan yang menjadi motivasi, menjadi motivator paling ampuh untuk tidak menyerah saat jatuh. Tidak berhenti ketika dicemooh dan ditertawakan. Makna ini menjadi motivator paling efektif untuk membuat kita tetap konsisten ketika masyarakat tidak percaya dengan usaha kita.

Ya, makna. Makna perlu kita cari saat memulai perusahaan. Makna ini harus dekat dengan hati kita. Semakin dekat makna ini dengan diri kita, kita akan semakin mampu untuk “bermaraton,” untuk membuat makna tersebut tercapai.

Membuat Makna dalam Usaha

Dalam Art of the Start, Guy Kawasaki menekankan pentingnya menjawab makna ketika seseorang memulai usaha. “Apakah usaha saya akan memberikan makna?” Kawasaki menjabarkan adanya 4 jenis makna yang bisa seseorang cari ketika akan memulai usaha. Keempat makna ini bisa kita gali dengan menanyakan 4 hal berikut pada diri kita sendiri.

“Apakah usaha saya akan membuat dunia menjadi lebih baik?”

“Apakah usaha saya mampu meningkatkan kualitas orang banyak?”

“Apakah usaha saya mampu memperbaiki hal-hal yang salah?”

“Apakah usaha saya mampu mencegah berakhirnya hal-hal yang baik?”

Begitu kita mampu menjawab satu saja pertanyaan tersebut, makna dari usaha kita sudah menjadi bekal yang cukup untuk tetap memotivasi diri. Walt Disney sangat menyukai taman ria. Setiap hari Sabtu, Walt mengajak kedua putrinya yang masih kanak-kanak ke taman ria. Walt dan kedua putrinya sangat takjub akan komidi putar. Ketika memandang wahana komidi putar yang sedang beraksi, Walt terpana melihat kuda-kuda kayu yang saling berkejaran diiringi alunan musik yang gembira.

Namun begitu Walt mendekat dan komidi putar berhenti, ia merasa tertipu. Keindahan yang ia lihat saat komidi putar bergerak hanyalah ilusi. Kuda-kuda kayunya sudah lusuh dan catnya mengelupas. Apalagi setelah ia mengamati hanya kuda-kuda di sisi luar saja yang bergerak naik turun. Kuda di sisi dalam tetap diam, terpaku di lantai komidi putar.

Kekecewaan pada taman bermain yang ada di hadapannya menginspirasi Walt untuk membuat masterpiecenya, Disneyland dan Walt Disney World. Walt ingin kedua putrinya bisa menikmati komidi putar yang benar-benar indah. Komidi putar dengan kuda kayu yang bagus. Komidi putar dengan cat yang mengilap. Walt Disney ingin agar orang tua dan anak-anaknya bisa mendapatkan dunia bermain yang lebih baik.

Masril Koto dan Muhammad Yunus memiliki makna tersendiri ketika memulai usaha microfinance mereka. Dua ikon microfinance ini merasa ada yang salah dengan sistem perbankan yang ada. Masril Koto merasa seharusnya ada lembaga keuangan bagi petani-petani kecil.  Muhammad Yunus merasa kaum marjinal di Bangladesh seharusnya layak untuk menabung dan menerima pinjaman. Dengan Bank Petani dan Grameen Bank, kedua tokoh ini berusaha untuk memperbaiki hal-hal yang salah. Mereka berdua ingin meningkatkan kualitas hidup orang-orang yang ada di sekitar mereka.

Makna yang mendalam dimiliki pula oleh para aktivis Bandung yang ingin menyelamatkan hutan kota Babakan Siliwangi. Ketika area penuh pohon dan perdu seluas 3,8 hektar itu terancam digusur oleh salah satu perusahaan lokal dan pemerintah kota saat itu, para aktivis ini bergerak di lapangan dan di dunia maya untuk menggagalkan penggusuran ini. Jargon #SaveBabakanSiliwangi bergaung. Inisiatif ini meraih simpati banyak orang untuk ikut berpartisipasi hingga akhirnya pemerintah kota mengabulkan tuntutan ini dan mencabut izin mendirikan bangunan di atas tanah tersebut. Para aktivis tidak ingin hutan kota Bandung berakhir begitu saja.

Makna inilah yang mendorong orang-orang ini untuk terus menjalankan usahanya sampai tuntas. Makna ini yang membuat Walt Disney tetap kukuh membuat Disneyland walau tak seorang pun mau mendanai usahanya. Makna ini yang membuat Masril Koto tetap mengajak petani untuk membuat koperasi dan bank sendiri walau tidak sedikit yang mencemoohnya. Makna ini pula yang mendorong aktivis #SaveBabakanSiliwangi untuk terus bersuara walau mengalami tentangan.

Makna yang mendalam merupakan penolong ketika kita melalui masa-masa sulit. Guy berujar bahwa, “Jika jawaban Anda atas pertanyaan-pertanyaan ini negatif, Anda mungkin masih bisa meraih sukses, namun akan lebih sulit untuk mencapai hal itu karena makna merupakan motivator yang sangat kuat.”

Guy melanjutkan, “Yang membuat suatu perusahaan hebat adalah hasrat akan makna. Memiliki hasrat memang tidak menjamin Anda akan sukses, tetapi akan sangat berarti jika Anda mengalami kegagalan. Paling tidak, Anda gagal dalam melakukan sesuatu yang bernilai.” Selamat mendalami dan mengejar makna usaha Anda.