Sebuah kisah nyata, yakni seorang anak yang beranjak dewasa, dan mengenal sedikit kehidupan yang begitu menyenangkan di luar sana, dan merasakan kebahagiaan memiliki wajah tampan. Kebahagiaan memiliki banyak fans di sekolah serta kebahagiaan karena sebuah kepintaran dan dibanggakan banyak guru. Itulah sifat si anak tersebut.
Namun satu yang harus dia tutupi, anak tersebut malu dengan memiliki seorang ibu yang buta matanya tidak ada satu. Dia sangat malu dan benar-benar sangat menginginkan sebuah kesempurnaan terletak padanya, tak ada satupun yang cacat dalam hidup si anak itu atau keluarganya.
Ketika itu ayahnya yang menjadi tulang punggung mereka, namun sayang sudah dipanggil terlebih dahulu yang maha kuasa. Tinggallah si anak itu dan semata wayang juga harus menggantikan ayahnya sebagai tulang punggung keluarga. Anak tersebut hanya mementingkan kebutuhan dan keperluannya saja. Sedang ibu beliau terus bekerja membuat makanan untuk para karyawan di sebuah rumah jahit yang sangat sederhana sekali.
Pada itu juga ibu datang ke sekolah untuk menjenguk bagaimana keadaan anaknya. Karena sudah beberapa hari tak pulang ke rumah dan tidak di rumah. Karena rumah kumuh itu membuat anak tersebut muak, membuat kesempurnaan yang dimiliki menjadi cacat. Si anak itu berkata “Akan kuperoleh apapun juga untuk menggapai demi sebuah kesempurnaan tersebut”
Tepat di jam istirahat, anak tersebut melihat sesosok wanita tua di pintu sekolah. Bajunya bersahaja rapi dan sopan. Itulah ibu beliau yang memiliki mata satu. Dan yang selalu membuat anak tersebut malu dan lebih memalukan lagi Ibu tersebut memanggilnya. Anak beliau berkata “Mau ngapain ke sini? dengan suara keras, ibu datang hanya akan mempermalukanku!”
Bentakkan dengan suara keras, membuat ibu dari anak tersebut segera bergegas pergi, dan itulah yang memang diharapakan dari anak beliau. Ibu pun bergegas keluar dari sekolah tersebut. Karena sebuah kehadiran dari ibunya membuat malu dengan teman-temannya hanya demi sebuah kesempurnaan.
Sampai beberapa dari teman mereka berkata dan menanyakan. “Halo bro, itu ibumu ya?, dan Ibumu matanya hanya satu saja? yang menjadikan anak tersebut menjadi seperti disambar petir dari semua pertanyaan yang diajukan teman-temannya.
Beberapa bulan berikutnya, anak tersebutpun lulus dan mendapatkan sebuah beasiswa di sebuah sekolah di luar negeri. Mendapatkan beasiswa yang diincar dan dikejar dengan hany tujuan agar segera meninggalkan rumah yang kumuh dan yang diutamakan meninggalkan sosok ibu yang membuat malu. Ternyata dia berhasil mendapatkannya. Dengan bangga membusungkan dada dan berangkat pergi tanpa membari tahu ibunya karena baginya tak perlu.
Dia hidup untuk dirinya sendiri, dan berkata persetan dengan ibuku. Seorang yang selalu menghalangi untuk kemajuan. Ketika di sekolah tersebut, menjadi mahasiswa terpopuler karena sebuah kepintaran dan ketampanan. Telah sukses dan kemudian menikah dengan seorang gadis Indonesia dan menetap di Singapura.
“Dari singkat cerita, anak tersebut menjadi seorang yang sukses, dan begitu dibanggakan dengan kesuksesan tersebut. Tempat tinggal yang mewah, memiliki seorang anak laki-laki berusia 3 tahun dan begitu menyayangi. Bahkan rela mempertaruhkan sebuah nyawa demi putranya.
Dikemudian hari setelah 10 tahun menetap di Singapura, belajar dan membina rumah tangga dengan harmonis dan tidak memikirkan sejenakpun memikirkan nasib ibunya. Sedikit pun anak tersebut tak rindu sama kelai, dan tidak memantaskan ibunya. Sudah bahagia dengan kehidupannya yang sekarang.
Namun pada suatu hari kehidupannya yang sempurna mulailah terusik, ketika putranya sedang asyik bermain di depan pintu. TIba-tiba datang seorang wanita tua renta dan sedikit kumuh menghampiri, dan dilihat itu adalah ibu. Ibunya datang ke Singapura, dan entah apa dan dari mana memperoleh ongkosnya, datang menghampiri anak beliau. “Pikiran anak beliau”
Seketika itu juga ibunya diusir, dan mengatakan dengan begitu mudahnya: “Hey, pergilah kau pengemis, dan membuat anakku takut!” dan tanpa membalas perkataan kasar dari anak beliau sekalipun, Ibunya selalu merendah dan tersenyum, berkata “Maaf, saya mungkin salah alamat” Tanpa adanya salah sekalipun anak tersebut masuk rumah.
Beberapa bulan berikutnya, kemudian datanglah sepucuk surat undangan reuni dari sekolah SMA nya. Anak tersebut datang untuk ikut dalam acara tersebut, dan beralasan kepada istri bahwa akan dinas ke luar negeri.
SIngkat cerita, tibalah di kota asalnya. Tak lama hanya ingin menghadiri pesta reuni tersebut dan menyombongkan diri yang sudah sukes. Berhasil membuat seluruh temannya kagum dari fisik yang sekarang.
Selesai dari acara, entah ada perasaan ingin melihat keadaan rumahnya sebelum pulang ke Singapura. Tidak tahu perasaan apa yang membuatnya melangkah berjalan untuk menuju rumahnya yang kumuh dan wanita tua (ibunya). Sampai di rumah, tidak ada perasaan sedih atau bahkan merasa bersalah, bahkan diaanya merasa benar-benar jijik melihat rumah tersebut.
Dengan rasa tak berdosa, memasuki rumah tanpa mengetuk pintu rumah terlebih dahulu, entah dia (ibu) ke mana, tapi justru malah merasa lega tidak bertemu dengannya. Segera bergegas keluardan bertemu dengan salah satu tetangga rumahnya. Dan berkata “Akhirnya datang juga kau?” Ibu kamu udah meninggal dunia semenjak seminggu yang lalu.”
Anak itu hanya terucap seungkai kata. “OH..”
Hanya perkataan itu yang bisa keluar dari mulutnya yang lebar itu. Sedikit tak ada rasa sedih di hatinya yang dirasakan saat mendengaar ibunya telah wafat. Tetangga memberi sebuah amplop dan sepucuk surat dari ibunya.” Ini ada surat dari ibumu, sebelum beliau meninggal dan menitipkanku untuk memberikan kepadamu.”
Setelah diserahkan surat anak itu segera bergegas pergi. Dia buka lembar surat yang sudah kucal tersebut. Ini bunyi dari surat tersebut:
“Dear, untuk anakku yang sangat Aku cintai”
Anakku yang kucintai dan kudambakan, aku tahu kau sangat membenci diriku. Namun, ibu senang sekali waktu mendengar kabar bahwa akan ada reuni di sekolahmu.
Aku berharap agar aku bisa melihatmu sekali lagi. Sebab aku yakin kau akan datang ke acara tersebut. Sejujurnya saja ibu sangat rindu sekali, teramat dalam sampai-sampai setiap malam aku hanya dapat mencucurkan air mata, sambil memandangi fotomu satu-satunya yang ibu punya.
Ibu tak pernah lupa selalu mendoakan, untuk kebahagiaanmu, demi kesuksesan dan melihat dunia luas di luar sana.
Asal kau tahu saja anakku yang tercinta, sejujurnya mata yang kau pakai untuk melihat dunia luas itu salah satunya adalah mataku yang selalu membuatmu malu dengan diriku.
Mataku yang kuberikan kepadamu waktu kau kecil. Ketika itu kau dan ayahmu mengalami sebuah kecelakaan yang hebat dan dahsyat, namun teramat naas Ayahmu meninggal, sedangkan mata kananmu mengalami kebutaan.
Aku tidak tega anak tercintaku ini hidup dan tumbuh dengan mata yang cacat, maka aku berikan saja mataku ini untukmu anakku. Sekarang aku bangga padamu, sebab kau dapat meraih apa yang kau impikan dan cita-citakan. Dan akupun sebagai ibumu sangat bahagia, kau dapat melihat dunia luas dengan mataku yang aku berikan untukmu.
Ketika menulis sepucuk surat ini, aku mengharapkan dapat melihatmu untuk terakhir kalinya, Namun aku rasa itu tak mungkin terjadi, sebab aku yakin maut sudah di depan mata untuk menjemputku.
“Peluk cium dari Ibumu tercinta”
Saat itu juga, bak petir di siang bolong yang menghantam seluruh sarafnya, dan diapun terdiam! Baru disadari anak itu sadar, bahwa yang membuatku malu sebenarnya bukan ibuku, akan tetapu diriku sendiri..
Ada video dan cerita teks yang asli:
[youtube https://www.youtube.com/watch?v=hpJXM-UJqR4]
Mudah-mudahan kita dan anak-anak generasi kita tidak seperti tokoh yang ada dalam kisah mengharukan seorang ibu dan anaknya yang kekinian. Sejelek atau seburuk apakah orang tua kita, maka kita wajib untuk menyanginya, mencintai mereka, dan terakhir menghormati beliau (orang tua kita).
Salam satujam. Tulus Cina untuk Ibu dan Bapak
Aku mencintaimu karena Allah Swt, bukan karena ada apanya.