Menikah itu bukanlah perkara harga diri dan tren semata, melainkan apakah kamu sudah siap untuk berkomitmen dengan seseorang untuk seumur hidupmu.
Sebenarnya tidak ada patokan usia yang mengharuskan kamu untuk menikah, tergantung dari kematangan dan kesiapan setiap orang untuk berkomitmen dalam suatu ikatan suci (read: pernikahan). Biasanya ketika kamu datang ke acara kondangan pernikahan, tiba-tiba ada temen yang bilang ‘Wah, kamu kapan nyusul?’
Eits, jangan dijawab dulu! Coba kamu cek dulu apakah kamu memang sudah siap menikah dengan beberapa poin di bawah ini. Intinya jangan buru-buru nikah kalau kamu belum memenuhi sebagian besar poin-poin di bawah ini.
Kamu tahu betul prioritasmu dan pandai mengaturnya
Kalau kamu belum atau nggak bisa ngatur prioritasmu sendiri, gimana kamu mau ngatur istri / suami serta anak-anakmu kelak? Selain itu, kamu juga punya saudara, mertua, dan juga orang tua loh!
Manajemen waktu yang sudah berjalan dengan baik meskipun belum sempurna
Hal yang satu ini jangan sampai kamu lewatkan. Kemampuan kamu dalam mengalokasikan waktu 24 jam juga bisa menjadi pertanda bahwa kamu sudah siap untuk melangkah ke babak kehidupan selanjutnya. Kalau mengatur waktu 24 jam dan memanfaatkannya untuk dirimu sendiri aja sulit, gimana mau membagi 24 jam waktumu dengan banyak orang (Suami / istri, anak-anak, mertua, orang tua dan lain sebagainya).
Selalu belajar untuk tidak egois dan memahami apa yang dibutuhkan orang lain
Pada dasarnya, semua manusia yang ada di dunia ini egois. Tetapi, ketika kamu sudah siap untuk berkomitmen dengan seseorang yang kamu cintai, harusnya rasa ego itu akan terkikis dengan sendirinya. Bayangkan jika sepasang suami istri sama-sama egoisnya dan selalu ingin dituruti semua kemauannya. Mau jadi apa rumah tanggamu kalau begitu?
Bisa memimpin diri sendiri
Jika memimpin diri sendiri saja belum bisa, gimana kamu mau memimpin keluargamu? Kesannya memang terlihat sepele, tapi kalau dari awal kamu tidak membiasakan diri, tidak membangun pondasi yang kuat, pernikahanmu bisa terancam runtuh diperjalanan.
Bisa mengatur keuangan sendiri dengan stabil
Tabungan yang kamu miliki akan terbagi untuk berbagai macam kebutuhan. Apakah kamu sudah menabung untuk biaya pernikahanmu, untuk kebutuhan rumah tanggamu di masa mendatang, untuk pendidikan anak-anakmu, untuk kesehatan, dan lain sebagainya?
Wuih, kesannya memang agak ribet. Tapi percayalah, kehidupan pernikahan itu tak seindah cinta dan pengharapan yang sering kamu dambakan atau kamu saksikan di serial drama (Ya, iyalah). Banyak tanggungjawab dan kewajiban yang harus kamu penuhi ketika sudah berumah tangga nanti.
Bisa berpikir dewasa dan terbuka dengan banyak hal
Jangan ngebet nikah hanya karena usia yang terus bertambah tua, tapi menikahlah katika kamu merasa bahwa dirimu sudah cukup dewasa. Ketika kamu sudah mampu untuk berpikir dan bersikap dewasa, maka kamu akan mengerti dan memahami arti pernikahan dengan lebih mendalam.
Emosi yang stabil
Jika kamu sudah bisa berpikir dewasa, maka emosimu juga akan stabil dengan sendirinya. Pokoknya nggak kayak anak-anak remaja, yang sedikit-dikit galau nggak jelas.
Bisa menoleransi perbedaan
Toleransi yang dimaksud disini adalah bisa menerima kekurangan serta kelebihan pasangan. Karena pada hakikatnya antara laki-laki dan perempuan itu memiliki perbedaan sikap dan sifat yang berbeda.
Kamu bisa sadar bahwa hidupmu nggak bisa sebebas ketika masih jomblo
Ketika kamu sudah membulatkan untuk menapaki kisah baru dalam hidupmu bersama orang lain, kamu harus sadar kalau hidupmu nggak bakal sebebas ketika kamu masih jomblo. Nggak ada lagi yang namanya solo travelling atau bersenang-senang tanpa mempedulikan waktu, bermalas-malasan di kamar dan lain sebagainya.
Bisa menyesuaikan sikap dan perilaku dalam berbagai keadaan
Hal semacam ini tidak gampang loh! Tapi, jika kamu sudah mampu menempatkan dirimu dalam berbagai situasi dan kondisi, berarti kamu sudah selangkah lebih siap untuk menikah. Bayangkan ketika kamu sudah menikah nanti, kamu juga akan bertemu dan berinteraksi dengan keluarga, teman dari pihak istri atau suami. Kalau kamu tidak bisa menempatkan diri dan berinteraksi dengan baik, kasihan pada suami / istri kan.
Tidak mengambil keputusan berdasarkan perasaan
Kalau dulu, mungkin emosimu masih mendominasi ketika ingin mengambil suatu keputusan. Tapi, ketika kamu sudah siap untuk menikah, kamu harus berpikir lebih panjang dan keputusan yang akan kamu ambil juga harus berdasarkan pemikiran yang logis.
Kamu tahu tujuan hidupmu
Kalau kamu sendiri nggak tahu apa tujuan hidupmu. Berarti selama ini kamu hanya berlari di tempat atau kamu hanya berlari mengikuti jejak orang-orang yang ada di sekitarmu. Terus gimana mau menikah kalau gitu? Mau dibawa kemana keluargamu nanti?