Isi Perjanjian Bongaya 1667 Sejarah Lengkap Beserta Dengan Latar Belakangnya

ISI PERJANJIAN BONGAYA – Pada saat voc memiliki kemampuan untuk memonopoli cengkeh, salah satu tekhnik yang digunakan adalah dengan memulai sebuah perjanjian bersama dengan pemimpin raja lokal serta melakukan penyerangan pada raja yang sekiranya tidak berkenan mengikat perjanjian atau membatasi gerak voc .

Salah satu perjanjian yang sudah dibuat pada saat itu olehnya adalah sebuah perjanjian Bongaya, perjanjian ini ditunaikan bersama Sultan Hassanudin yang berasal dari Kerajaan Makasar dengan VOC. Perjanjian ini dibuat pada tahun 1667.

Ketika sebelum memulai perjanjian yang dibuat di Makasar, berlangsung sebuah perselisihan yang mengaitkan antara Arung Palakka dan Kerajaan Maksar. Pada kala itu kepemimpinan oleh Sultan Hassanudin, Arung Palakka yang merupakan seorang pangeran berasal dari sebuah Kerajaan Bone atau bisa disebut dengan Suku Bugis.

Perselisihan itu kelanjutannya mengakibatkan ke dua belah pihak berperang, Arung Palaka pada kala itu dibantu oleh tentara VOC, agar kerajaan makasar yang dipimpin oleh Sultan Hassanudin mengalami kekalahan.

Karena mereka kalah, maka ia harus dipaksa oleh VOC untuk mendatangani dan menyetujui perjanjian perdamaian yang telah dibuat. Dalam perjanjian itu dikerjakan di Desa Bongaya yang jatuh pada tahun 1667. Sehingga nama perjanjian tersebut lebih dikenal oleh masyarakat dengan nama perjanjian Bongaya.

Tentu saja dalam perjanjian ini, lebih diuntungkan adalah pihak VOC, Kemudian hal apasa sih isikan yang ada pada isi perjanjian Bongaya itu? Berikut ini kami sampaikan beberapa poin isi dari perjanjian bongaya :

Isi Perjanjian Bongaya tahun 1667

isi perjanjian bongaya
gurupintarsejarah.blogspot
  • VOC menguasai monopoli perdagangan di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara.
  • Makasar perlu melepaskan semua tempat bawahannya (di luar daerahnya), seperti Sopeng, Luwu, Wajo, dan Bone
  • Aru Palaka dikukuhkan sebagai Raja Bone.
  • Pendirian benteng VOC
  • Makasar perlu menyerahkan semua benteng-bentengnya.
  • Makasar perlu membayar biaya perang dalam wujud hasil bumi kepada VOC tiap-tiap tahun.
  • Perjanjian tersebut lebih merugikan pihak rakyat Indonesia, terutama pihak yang ada di Makasar dan politik mulai adu domba satu sama lain antara Belanda pada Sultan Hasanudin dan Aru Palaka karena telah menghancurkan persatuan rakyat yang ada di Makasar.
  • Perjanjian berikut benar-benar merugikan rakyat Indonesia, khususnya di Makasar dan politik adu domba Belanda terhadap Sultan Hasanudin dan Aru Palaka udah menghancurkan persatuan rakyat di Makasar.

Dari sini kita dapat mengambil sebuah pelajaran yang terkait, bahwa sebagai sesorang pemimpin seharusnya kita harus bisa untuk membawa visi yang jela. Supaya kedepannya tidak mudah untuk dipengaruhi oleh orang asing untuk berperang, sehingga menimbulkan perselisihan dengan saudara sendiri, nah mungkin sekian mengenai isi perjanjian bongaya yang dapat saya sampaikan.