Hayo, apa bedanya mahasiswa zaman dulu dengan sekarang? Beda banget atau beda tipis ya?
Dulu, mahasiswa sangat ditakuti oleh pemerintah. Kualitasnya pun tidak perlu diragukan lagi. Kalau ada anak tetangga yang jadi mahasiswa, selalu dapat gelar ‘orang pinter’.
Sekarang, mahasiswa ada di mana-mana. Semua bisa jadi mahasiswa. Entah yang cerdas maupun yang bodoh asal punya uang ya bisa menjadi mahasiswa. Soal kualitas, harus lebih jeli. Banyak mahasiswa yang IPK-nya tinggi tapi ternyata hasil membeli alias nyogok birokrat kampus.
Jika zaman dahulu mahasiswa turun ke jalan berdemo dan koar-koar punya alasan mendasar, kini justru hanya omong doang. Beraninya ramai-ramai. Disuruh berhadapan satu lawan satu malah lari terbirit-birit.
Eits, buat kamu yang lagi menyandang status mahasiswa, jangan tersinggung ya. Pasalnya, fakta tersebut benar adanya. Mental mahasiswa kekinian tidak sebaik mahasiswa jadul.
Siapa saja sih mahasiswa yang pernah berjasa untuk Indonesia? Sebut saja Soe Hok Gie, Ahmad Wahib dan Arif Rahman Hakim, yang semuanya meninggal di usia muda. Tapi, pemikirannya, mampu mempengaruhi banyak orang.Pemerintahan Soekarno saja sampai gemetar melihat gelagat Soe Hok Gie di zamannya.
Mahasiswa zaman dahulu mampu menaklukan pemerintah. Sementara zaman sekarang, boro-boro naklukin pemerintah, naklukin hati lawan jenisnya saja susah (hehehe).
Terlepas dari semua itu, kamu yang masih menjabat sebagai mahasiswa Indonesia, harus tetap mempertahankan kualitas. Caranya bagaimana?
Let’s check it!
Berorganisasi dan Ikut Komunitas
Ini memang lagu lama. Salah satu cara melawan penurunan imej mahasiswa adalah dengan mengikuti kegiatan organisasi dan komunitas tertentu. Kamu bisa pilih salah satunya.
Dengan berorganisasi, pengalaman dan wawasan kamu akan semakin luas. Kamu bebas mengekspresikan diri dalam bentuk apapun di zaman ini.
Jangan takut berekspresi. Misalnya, kamu nge-fans berat sama Tan Malaka atau Che Guevara, bolehlah beli kaosnya dan memakainya ke kampus. Tidak akan ada yang menuduh kamu komunis kok.
Namun, hati-hati dengan organisasi yang datangnya dari luar kampus. Kamu harus pandai memilah. Terutama mewaspadai organisasi yang cenderung mengarah pada terorisme.
Kamu tidak ingin dicap sebagai teroris kan? Makanya, ikuti saja organisasi yang ada di kampus (intra) atau organisasi yang memang sudah jelas dan mendapat surat resmi dari kampus.
Bagi kamu yang hobi menulis, bisa ikutan komunitas pers kampus. Selain kemampuanmu terasah, kamu juga mendapat banyak kenalan baru.
Begitu juga yang cinta dengan alam. Mungkin bisa mengikuti kegiatan pendakian gunung. Menikmati alam pegunungan lebih baik lah ya daripada tawuran tak jelas di jalanan.
Memperluas Pergaulan
Ada empat macam mahasiswa di perguruan tinggi. Pertama, mahasiswa kupu-kupu alias kuliah pulang. Kedua, mahasiswa aktivis yang kerjaannya rapat melulu dan jarang kuliah.
Mahasiswa tipe ketiga yaitu mahasiswa wirausaha, sibuk mencari konsumen dan melupakan kuliahnya. Tipe terakhir adalah mahasiswa sempurna, yaitu yang bisa membagi waktu, antara kuliah dan kegiatan lainnya.
Kamu tipe yang mana? Usahakan jadi tipe keempat ya. Walaupun kamu aktif kegiatan, wirausahanya jalan dan butuh ketenangan di kamar kosan, tapi kuliah tetap terkontrol lah ya.
Minimal IPK-nya standar.
Artinya, selain tugas utama kamu adalah kuliah, kamu juga harus memperluas pergaulan. Perbanyak teman karena suatu saat kamu pasti membutuhkan mereka. Mereka juga yang akan memberikan hal dan informasi baru yang tidak kamu ketahui.
Kalau kamu sudah punya pacar atau teman dekat, jangan sombong dengan teman-teman lainnya. Justru saat kuliah merupakan saat di mana kamu harus mendapatkan teman sebanyak-banyaknya.
Kelak ketika kamu telah lulus dan menikah, mereka akan tetap jadi teman baik kamu meski jarang bertemu dan berkomunikasi. Jadi, selama kuliah, utamakan teman, kesampingkan dulu pacaran.
Perbanyak Diskusi
Jurus ketiga agar menjadi mahasiswa berkualitas adalah banyak melakukan diskusi. Tapi, diskusi yang berkualitas ya. Misalnya, diskusi mahasiswa mengenai permasalahan yang terjadi di kampus.
Diskusi tetap harus diakhiri dengan solusi. Jangan sampai diskusi yang tak berujung alias hanya berisi perdebatan saja.
Supaya kamu dapat mengeluarkan pendapat bermutu saat diskusi, perbanyaklah membaca buku. Kata pepatah, buku adalah jendela dunia. Artinya, wawasanmu akan bertambah dengan seringnya membaca buku.
Tingkatkan Prestasi
Jangan mau jadi mahasiswa standar dan biasa saja. Jadilah mahasiswa yang luar biasa. Luar biasa cerdasnya, luar biasa prestasinya dan luar biasa juga perjuangannya (meski selalu kalah dalam kompetisi).
Selama jadi mahasiswa, tingkatkan prestasi kamu. Misalnya, kamu pandai beladiri, cobalah ikut kompetisi kejuaraan beladiri. Begitu juga kamu yang punya kemampuan melukis, tidak ada salahnya menunjukan bakatmu.
Mengejar IPK Tinggi
Jurus terakhir jika kamu tidak bisa melakukan keempat hal sebelumnya, cobalah mengejar IPK tinggi. Minimal kamu bisa dapat IPK di atas tiga koma nol nol per-semesternya.
Dengan IPK tinggi, kamu berpotensi jadi asisten dosen. Biasanya, seorang asisten dosen akan lebih mudah dikenal mahasiswa lainnya dan pastinya lebih berkualitas.
Percaya atau tidak, 5 hal tersebut di atas ampuh mengubah imej dan gaya hidup kamu pasca reformasi. Jadi, berjuang tidak harus seperti mahasiswa zaman dulu.
Kamu bisa berjuang untuk Indonesia dengan cara kamu sendiri. Fighting!