Biografi Sunan KaliJaga, Pangeran dari Tuban

Sunan Kalijaga adalah salah satu dari 9 wali yang menyebarkan ajaran Islam di tanah Jawa. Beliau tergolong masih muda dan mempunyai kemampuan dan ciri tersendiri dalam menyampai dakwahnya. Beliau juga seorang ilmuwan, seniman, pujangga serta pejuang yang tidak mengenal lelah, cara berfikirnya pun jauh kedepan, kritis dan tegas tapi juga bijaksana.

Sunan Kalijaga adalah murid dari Sunan Ampel, Sunan Bonang dan Sunan Gunung Jati Cirebon. Setelah selesai menuntut ilmu beliau langsung ditugaskan dari Walisongo untuk berjuang berdakwah memasuki daerah-daerah yang rawan akidah dan rawan akhlak. Hal ini pun mengharuskan Sunan Kalijaga keliling ke sana ke mari bertabligh dengan caranya sendiri.

Akibat sikap dan kepribadian dari Sunan Kalijaga yang didukung faktor keberanian dan kebijaksanaannya, sedikit demi sedikit rakyat di tanah Jawa memeluk Islam dan melaksanan ajaran Islam dengan penuh kesadaran.

Walaupun sebelumnya rakyat sudah kuat akan pengaruh kepercayaan agama Hindu dan Budha serta melaksanakan tradisi-tradisi atau kebiasaan menurut ajaran agamanya itu.

Keberhasilan dari perjuangan beliau ternyata menjadi catatan sejarah yang cukup berharga bagi bangsa Indonesia, khususnya bagi kaum muslimin terutama di tanah Jawa. Hingga sekarang pun masyarakat tidak akan melupakan sejarah beliau. Dan tetap akan selalu dikenang abadi oleh masyarakat Jawa terutama kaum muslimin.

 

Riwayat Hidup Sunan Kalijaga

photobucket.com
photobucket.com

Sunan Kalijaga diperkirakan hidup mencapai lebih dari 100 tahun. Ini artinya beliau mengalami masa akhir kekuasaan Majapahit (berakhir 1478), Kesultanan Demak, Kesultanan Cirebon, dan Banten, Kerajaan Pajang yang lahir pada tahun 1546 serta awal kehadirannya Kerajaan Mataram di bawah pimpinan Penembahan Senopati. Beliau juga ikut merancang pembangunan Masjid Agung Cirebon dan Masjid Agung Demak. Pada Tiang “tatal” (Pecahan Kayu) yang merupakan salah satu tiang utama masjid adalah kreasi dari Sunan Kalijaga.

Kelahiran Sunan Kalijaga

sifandy.com
sifandy.com

Sunan Kalijaga diperkirakan lahir pada tahun 1450 dengan nama Raden Said. Beliau adalah putra dari Adipati Tuban yang bernama Tumenggung Wilatikta atau Raden Saher. Nama lain dari Sunan Kalijaga adalah Lokajaya, Syekh Malaya, Pangeran Tuban, dan Raden Abdurrahman.

Berdasarkan cerita dari masyarakat Cirebon, nama Kalijaga berasal dari desa Kalijaga di Cirebon. Pada saat Sunan Kalijaga berdiam disana, beliau sering berendam di sungai (kali), atau jaga kali.

Silsilah Keturunan Sunan Kalijaga

tabutjawi.blogspot.com
tabutjawi.blogspot.com

Mengenai asal usul dari Sunan Kalijaga, ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa beliau masih dari keturunan Arab. Namun, banyak pula yang berpendapat bahwa Sunan Kalijaga orang Jawa asli. Van Den Berg pun menyatakan bahwa Sunan Kalijaga adalah keturunan Arab yang silsilahnya sampai kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Sementara itu, menurut Babad Tuban mengatakan pula bahwa Aria Teja alias ‘Abdul Rahman berhasil mengislamkan Adipati Tuban, Aria Dikara, dan mengawini putrinya. Dari perkawinan inilah ia memiliki putra bernama Aria Wilatikta. Menurut catatan Tome Pires, penguasa Tuba pada tahun 1500 M adalah cucu dari penguasa Islam di Tuban.

Sunan Kalijaga atau Raden Mas Said adalah seorang putra dari Aria Wilatikta. Sejarawan lainnya seperti De Graaf membenarkan Aria Teja I (‘Abdul Rahman) memiliki silsilah dengan Ibnu Abbas, paman Muhammad.

Metode dalam Berdakwah

about.me
about.me

Dalam berdakwah, Sunan Kalijaga mempunyai pola yang sama dengan mentor sekaligus sehabat dekatnya, Sunan Bonang. Paham keagamaannya pun cenderung “sufistik berbasis salaf” bukan sufipanteistik (pemuja semata). Beliau memilih kesenian dan kebudayaan sebagai sarana dalam berdakwah.

Beliau juga sangat toleransi dengan budaya lokal. Beliau juga berpendapat bahwa masyarakat akan menjauh jika diserang pendiriannya. Maka dari itu mereka harus didekati secara bertahap, mengikuti sambil mempengaruhi. Sunan Kalijaga berkeyakinan jika Islam sudah dipahami, dengan sendiri kebiasaan lama itu akan hilang.

Ajaran Sunan Kalijaga pun terkesan sinkretis dalam mengenalkan Islam. Beliau banyak menggunakan seni ukir, wayang, gamelan, serta seni suara sebagai sarana dalam berdakwah. Beliau jugalah yang menciptakan baju takwa, perayaan sekatenan, grebeg maulud, layang kalimasada, lakon wayang petruk jadi raja.

Langskap pusat kota berupa Kraton, alun-alun dengan dua beringin serta masjid yang diyakina sebagai karya Sunan Kalijaga. Metode dakwah tersebut sangat efektid, sebagian besar Adipati di Jawa banyak memeluk Islam melalui Sunan Kalijaga. Di antaranya adalah Adipati Padanaran, kartasura, Kebumen, Banyumas, serta Pajang (sekarang Kotagede-Yogya).