Kamu pasti tidak asing dengan suku mayoritas yang satu ini. Ya, Suku Jawa memang mendominasi sebagian besar populasi di Indonesia.
Orang Jawa dikenal ramah dan sangat memegang teguh tradisi dan kebudayaannya, seperti yang dilakukan suku lain di Indonesia. Hal inilah yang membuat Indonesia semakin kaya akan budaya.
Jika kamu orang Jawa, tentunya kamu harus tahu tradisi-tradisi berikut ini. Monggo maos sareng-sareng.
Tingkepan (Mitoni)
Upacara mitoni atau tingkepan dilakukan ketika seorang kehamilan seorang wanita berumur 7 bulan. Rangkaian acara yang harus dijalankan saat mitoni, yakni mandi air kembang setaman.
Setelah itu akan didoakan oleh para sesepuh supaya bayinya selamat sampai proses persalinan selesai. Upacara mitoni ini masih dilestarikan oleh kalangan Jawa di manapun mereka berada.
Tradisi Grebeg
Saat memasuki bulan Mulud, kamu pasti pernah menyaksikan perayaan di daerah Solo dan Yogyakarta yang terkenal dengan sebutan muludan. Nah, itulah yang dinamakan tradisi atau upacara grebeg.
Upacara grebeg tidak hanya dilakukan pada bulan Mulud, tetapi juga pada tanggal 1 syawal dan bulan ke-12. Tujuan upacara ini sebenarnya sebagai ungkapan rasa syukur kerajaan atas limpahan rahmat dan karunia Tuhan Yang Maha Esa.
Upacara Sekaten
Inilah salah satu bentuk rasa hormat orang Jawa kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menyebarka agama Islam di tanah Jawa. Upacara sekaten merupakan wujud peringatan kelahiran Nabi Muhammad SAW yang digelar selama 7 hari.
Tradisi sekatenan ini masih dilestarikan di kawasan kerajaan, seperti di Solo dan Yogyakarta. Bahkan saat sekatenan dilakukan, pihak keraton di Surakarta mengeluarkan dua jenis gamelan, yaitu gamelan Kyai Gunturmadu dan Guntursari.
Upacaya Kenduren
Pernah lihat sesaji? Sesaji identik dengan upacara yang satu ini, yakni upacara kenduren atau lebih dikenal selametan.
Upacara kenduren merupakan hasil akulturasi budaya Jawa dan Islam pada abad ke-16 masehi. Awalnya, upacara kenduren menggunakan doa-doa agama Hindu atau Budha. Setelah mengalami akulturasi, digantikan oleh doa-doa islam.
Begitupun dengan sesaji yang kini tak lagi digunakan. Biasanya, makanan upacara kenduren sekarang hanya ditujukan untuk makan bersama sebagai ungkapan syukur bukan lagi untuk persembahan seperti budaya Kejawen zaman dulu.
Ruwatan
Kamu anak tunggal? Jika kamu hidup di zaman dahulu, pasti kamu sudah diruwat. Pasalnya, orang Jawa percaya, kalau anak tunggal dan anak-anak kelahiran tertentu harus diruwat untuk menghilangkan kesialan.
Contoh tradisi ruwatan yang masih dilestarikan adalah di Dataran Tinggi Dieng, tapi hanya untuk anak berambut gimbal. Orang sana percaya bahwa anak berambut gimbal memiliki keturunan buto atau raksasa sehingga harus diruwat.
Adat Dalam Perkawinan Jawa
Kalau kamu pernah menghadiri pernikahan teman yang berasal dari Suku Jawa, pasti pernah tahu rangkaian upacara adatnya. Perkawinan tradisional adat Jawa dikenal sangat sakral. Bahkan hingga sekarang masih dilestarikan.
Deretan upacara dalam perkawinan Jawa yaitu, siraman, ngerik, midodareni, srah-srahan, nyantri, panggih, balangan suruh, ritual wiji dadi, kacar kucur, dhahar klimah, tumplek sunjen, sungkeman dan lain sebagainya.
Tedhak Siten
Ketika seorang bayi berumur 8 bulan, dalam adat Jawa diharuskan menjalani upacara tedhak siten. Upacara ini dimulai saat si bayi sudah mulai belajar berjalan. Beberapa kawasan lain di Indonesia mengenal tradisi tersebut dengan nama turun tanah.
Tidak ada tujuan yang mistik dalam upacara tedhak siten. Mereka yang melestarikannya hanya bertujuan untuk mengungkapkan rasa syukur karena Tuhan telah memberikan kesehatan dan kesempurnaan fisik pada anak-anaknya.