Tiap-tiap anak terlahir bukanlah tanpa ada potensi apa pun. Di dalam dirinya telah tertanam fitrah yaitu benih potensi yang perlu disiram, dirawat, dipupuk supaya tumbuh maksimal. Tak ada anak yang tidak cinta pada Tuhan. Didalam dirinya telah terinstal fitrah keimanan, terkecuali pola asuh serta jenis pendidikan sudah mengabaikannya.
Lebih jauh lagi, Allah SWT miliki maksud atas kelahiran anak di dunia. Kelahirannya membawa visi hidup, misi hidup, serta maksud hidup yang di-blueprint segera oleh Sang Pencipta.
Lalu apa peran serta pekerjaan orang tua? Adalah sediakan tanah subur untuk bibit potensi fitrah supaya tumbuh sesuai sama DNA-nya. Di bawah ini 5 karakter yang perlu ditumbuhkan saat anak berumur lima tahun sesuai dengan fitrah yang tertanam di dalam dirinya.
Menghidupkan Kesadaran Allah SWT Sebagai Rabb
Waktu berumur 5 tahun anak suka ajukan pertanyaan yang “aneh-aneh”. Umpamanya, “Dimana tempat tinggal Allah? Mengapa Allah tak dapat dilihat? Saya ingin bertemu dengan Allah, ” serta beragam pernyataan serta pertanyaan yang lain.
Umur 5 tahun adalah saat perubahan, yang daya imajinasi serta abstraksi anak ada di puncak. Imaji mengenai Allah, Rasulullah, malaikat sering melahirkan pertanyaan yang merepotkan orang-tua.
Kita memuaskan daya imajinasi serta abstraksinya dengan bermacam cerita serta dongeng terlebih untuk menguatkan keesaan serta beberapa karakter Allah (Asmaul Husna) didalam kesadarannya. Tidakkah Luqman Al Hakim berpesan pada anaknya : “Jangan sampai menyekutukan Allah”?
Belajar Mencintai
Ya, belajar mencintai. Anak-anak belajar menyukai dengan lihat segera bagaimana kita tunjukkan cinta serta kasih sayang pada orang lain. Biarlah anak-anak tahu kalau kita mencintai kakek-neneknya atau kerabat dekat yang lain. Sedang pada anak-anak kita tunjukkan cinta serta kasih sayang dengan dekapan serta pelukan.
Menurut Melly Puspita Sari, psikolog serta pengarang buku “The Miracle of Hug” berujar, anak wanita yang dekat dengan ayahnya bakal tumbuh sebagai pribadi yang tangguh. Sedang, pelukan dari ibu bakal mentransfer karakter penuh kasih atau empati ke anak.
Menanamkan Kejujuran
Langkah paling baik melatih sikap jujur yaitu berbuat jujur pada diri sendiri. Berkata tak sesungguhnya pada anak walau untuk masalah yang remeh baiknya dijauhi. Tak kalah utama yaitu berikan kesempatan serta keyakinan anak berkata jujur.
Optimis kalau kita begitu menghormati kejujurannya. Reaksi terlalu berlebih waktu kita ketahui anak tak jujur malah membuatnya takut berkata jujur. Butuh kita sadari tak ada anak berbohong. Yang ada yaitu anak takut berkata apa yang ada atau terasa aman dengan kebohongannya.
Kenapa sekian? Penyebabnya banyak serta bermacam. Satu diantaranya atmosfer di lingkungan keluarga memberikannya keleluasaan berkata bohong. Anak terasa aman dengan ketidakjujurannya. Atmosfer ini diakibatkan oleh rutinitas orang tua berkata tak jujur.
Berani Mengambil Keputusan
Pasti tantangan yang disiapkan mesti sesuai sama pekerjaan perubahan anak. Terdapat beberapa permainan outdoor yang menantang untuk anak umur 5 tahun. Awalannya dia bakal takut untuk mencoba satu permainan.
Diperlukan dorongan alami dari orang tua bukan hanya untuk mengusir rasa takutnya, tetapi menanamkan keberanian untuk mencoba hal baru. Inilah waktu anak belajar memutuskan dengan diiringi dukungan positif.
Masalah anak berani coba atau tak itu bukanlah hal paling utama. Yang paling utama yaitu membuka sikap berpikirnya supaya tak gamang waktu mesti memastikan ketentuan.
Berlaku Adil
Sikap mendasar dari berlaku adil yaitu anak tahu apa yang perlu dikerjakan waktu berbuat salah. Waktu merebut mainan, sembunyikan sepatu, atau menghina rekan adalah tingkah laku anak yang bisa “dimanfaatkan” untuk melatih berlaku adil.
Bagaimana langkahnya? Di dalam terjadinya perseteruan dengan rekan, waktu anak dalam posisi salah, kita mengajarkan bagaimana mohon maaf yang baik. Menolong anak temukan langkah mohon maaf adalah langkah menanamkan sikap adil pada orang lain.
Jika memang perlu bukan hanya berkata maaf, bawalah dia sharing suatu hal pada rekan yang dicuranginya. Langkah tersebut sungguh efisien lantaran tiap-tiap perbuatan senantiasa diikuti oleh konsekwensi.
Dari pada cuma menghukum anak atas perbuatan kelirunya, kenapa tak kita sampaikan sikap konsekwen? Berlaku adil bukan hanya keharusan, ia merupakan satu konsekwensi yang butuh diakui dalam tiap-tiap perbuatan.
Kunci dari ke lima langkah diatas yaitu orang-tua jadi fasilitator serta teladan untuk anak. Sebagai fasilitator orang tua sediakan situasi yang aman serta nyaman untuk daya imajinasi anak. Sebagai teladan orang tua yaitu role model sebagai uswatun hasanah.