Sudah 7 tahun lebih Fahri dan Aisha menggemparkan masyarakat Indonesia. Sebuah film islami yang diangkat dari novel Habibuurrahman El Shirazy dan disutradai oleh Hanung Bramantyo ini mampu menggambarkan poligami dan gadis bercadar sebagai sesuatu yang tidak lagi tabu.
Semua orang dibuat terpesona dengan sosok Aisha, si gadis bercadar yang diperankan Rianti Cartwright. Film ini juga bisa disebut sebagai titik awal kebangkitan film Islami di Indonesia.
Meskipun film ini gempar pada tahun 2008, namun kerinduan masyarakat Indonesia dengan sosok Fahri dan Aisha ternyata sangat besar. Terbukti masyarakat menyambut baik diterbitkannya novel Ayat-ayat Cinta 2.
Waktu 12 tahun berselang setelah penerbitan novel Ayat-Ayat Cinta 1 tak cukup mampu menghapus memori masyarakat Indonesia terhadap kekuatan cinta Aisha dan Fahri.
Tangan dingin Kang Abik kembali menghadirkan sosok Fahri sebagai muslim kaffah dengan prestasi dan akhlak yang mempesona. Namun jika kamu memutuskan membeli novel pembangun jiwa satu ini jangan kaget jika kamu menemukan banyak kejutan.
Fahri Bukan Lagi Mahasiswa Miskin
Dalam novel Ayat-ayat Cinta 2, roda kehidupan Fahri berputar 180o. Ia bukan lagi mahasiswa miskin yang tinggal di flat sederhana bersama teman-teman mahasiswanya.
Ia adalah seorang pengusaha minimarket, restoran halal, serta pengajar di University of Edinburgh, United Kingdom. Meskipun kaya raya, Fahri masih tetap mempertahankan kesederhanaannya. Padahal ia bisa tampil parlente dengan materi melimpah.
Kamu tak lagi disuguhkan dengan padang pasir gersang dan tadus. Namun kamu akan merasa di kehidupan modern Eropa yang syarat akan kehidupan orang-orang Barat.
Tokoh-tokoh Baru yang Tak Kamu Kenal
Meskipun tetap ada kaitanya dengan novel Ayat-ayat Cinta 1, namun tidak semua tokoh sama. Kamu akan menemukan banyak tokoh-tokoh baru seperti Paman Hulusi, Keira, Nenek Catarina, Nyonya Janet, Jason, Brenda, dan sebagainya.
Adapun tokoh lama yang dimunculkan kembali adalah Misbah, Syaikh Utsman, dan keluarga besar Aisha. Benturan-benturan kehidupan dalam novel ini juga baru. Sebagian besar menggambarkan betapa kehidupan muslim di negara barat tidak mudah.
Siapakah Sabina? Dimanakah Aisha?
Pada bagian-bagian awal novel ini kamu akan dibuat penasaran dimanakah Aisha sebenarnya. Mengapa kehidupan Fahri hanya dikisahkan sendiri bersama Paman Hulusi sebagai sopir setianya?
Inilah yang menjadi konflik utama kehidupan Fahri. Diceritakan bahwa Aisha tidak diketahui rimbanya setelah pergi ke Palestina bersama temannya. Aisha bermaksud mengadakan riset untuk penulisan novel.
Selama bertahun-tahun Fahri hidup menderita dengan kerinduan yang menyesakan dada kepada istri tercintanya. Segala daya dan upaya untuk mencari Aisha sama sekali tak membuahkan hasil.
Sampai pada suatu ketika, Fahri menikahi Hulya sebagai sepupu Aisha untuk mengobati kerinduannya. Awal pernikahan Fahri masih terbayang-bayang Aisha. Bahkan sampai usia pernikahan 3 bulan, Fahri belum bisa memberikan nafkah batin pada Hulya.
Tokoh misterius justru datang dari seorang gelandangan bermuka buruk dan bersuara sumbang. Ia diminta tinggal di basement rumah Fahri karena pemberitaan media menyebutkan bahwa gelandangan muslim seperti dia memperburuk citra Islam.
Gadis gelandangan itu mengaku namanya Sabina. Ia menutup rapat kisah masa lalunya meski di desak oleh semua orang. Siapakah Sabina? Mengapa Sabina hadir dalam kehidupan Fahri?
Kekuatan Cinta Fahri dan Aisha
Pada bagian akhir, lagi-lagi kekuatan cinta Fahri dan Aisha kembali bersatu. Kehadiran Hulya seolah mirip dengan kehadiran Mariya, gadis Kristen koptik pada novel Ayat-ayat Cinta 1.
Kamu akan disuguhkan alur cerita yang tak terduga. Tak hanya puas dengan jalan ceritanya, kamu juga akan mendapatkan gambaran bagaimana seharusnya orang muslim bersikap.
Seperti dalam novel-novel karya Kang Abik lainnya, terdapat banyak hikmah dan pelajaran yang terserak dalam novel ini.