Dahulu kala bangsa penjajah datang ke Indonesia bertujuan untuk merampas rempah-rempah Indonesia. Mereka sangat membutuhkan rempah-rempah ini agar bisa bertahan hidup di wilayah Eropa yang memiliki suhu dingin ekstrim.
Paska kemerdekaan, rempah-rempah menjadi sahabat ibu-ibu sebagai bumbu masak di dapur. Tanpa rempah-rempah makanan akan terasa hambar dan tidak bisa menggugah selera.
Selain memberikan cita rasa yang enak pada makanan, rempah-rempah juga memiliki fungsi sebagai antioksidan.
Antioksidan tetap menjadi primadona para peneliti ilmiah lantaran perannya mengendalikan radikal bebas. Berbagai bahan makanan dari buah, sayur, bahkan lemak terus dikembangkan penelitian terkait potensi antioksidan.
Belum banyak artikel yang menuliskan khasiat antioksidan rempah-rempah. Padahal antioksidan rempah ada yang menyamai antioksidan sintetis yang digunakan sebagai pengawet makanan.
Beberapa rempah tersebut menurut Lanny Lingga, Ph.D dalam bukunya The Healing Power of Antioxidant sebagai berikut.
Adas
Jika kamu mengkonsumsi makanan khas Minang maka kamu akan akrab dengan aroma adas. Rempah dapur satu ini memiliki kandungan antioksidan yang sangat tinggi.
Kekuatan antioksidan adas hampir sama dengan Butylated Hyroxytoulene (BHT) yang biasa digunakan sebagai pengawet berbagai makanan.
Seluruh bagian adas terutama bonggol banyak mengandung vitamin C. Sedangkan bijinya mengandung vitamin C yang lebih sedikit. Seperti yang kita tahu, vitamin C merupakan salah satu vitamin yang dapat berperan sebagai antioksidan.
Kekuatan antioksidan adas yang lainnya adalah fitokimia bernama anethol dan flavonoid. Jenis flavonoid tersebut diantaranya rutin, quercetin, dan berbagai kaemferol glikosida.
Bawang Putih
Hampir semua masakan orang Jawa melibatkan bawang putih sebagai bumbunya. Mulai dari nasi goreng, berbagai macam tumis, sayur sop, dan sebagainya. Rempah ini memang memiliki bau yang menyengat.
Bau menyengat ini berasal dari asam amino bersulfur. Setidaknya terdapat 200 jenis asam amino bersulfur yang berasal dari allil.
Beberapa asam amino tersebut mampu berperan sebagai antioksidan seperti alisin, diallyl heptasulfida, diallyl hexasulfida, diallyl pentasulfida, diallyl tetrasulfida, diallyl trisulfida, S-allyl cystein, dan S-allyl mercapto cystein.
Keistimewaan dari bawang putih adalah antioksidannya bersifat menyeluruh. Hal ini menyebabkan jenis radikal bebas yang bisa diatasi beragam. Alhasil berbagai penyakit dapat disembuhkan dengan bawang putih.
Seperti yang kita ketahui bahwa bawang putih sejak dulu dimanfaatkan masyarakat untuk mengatasi berbagai penyakit. Selain antioksidan, manfaat yang dimiliki bawang putih diantaranya antibiotik, antiinflamasi, antikanker, penurun kolesterol darah, penurun gula darah, pengencer darah, dan sebagainya.
Kunyit
Rempah berwarna kuning bernama kunyit mengandung senyawa bioaktif kurkumin. Pigmen alami ini mampu melindungi radikal bebas terutama lemak jahat dan senyawa yang larut dalam lemak.
Penelitian pada tabug reaksi menunjukan kurkumin dapat berperan sebagai scavenger terhadap ROS dan nitrit oksida. Kurkumin pada kunyit juga dapat berperan sebagai antikanker.
Kabar baik berikutnya adalah efektivitas antioksidan pada kunyit dapat meningkat jika dikombinasikan dengan rempah-rempah lain.
Jadi jamu tradisional yang menggunakan rempah-rempah baik sebagai asupan atioksidan sekunder pada tubuh kita. Lebih baik mengkonsumsi jamu tradisional dibandingkan minuman instan modern yang tidak jelas kandungan gizinya seperti soft drink.
Jahe
Jahe adalah rempah yang biasa digunakan sebagai penghangat tubuh. Jahe juga bisa digunakan sebagai antioksidan alami seperti halnya adas dan bawang putih.
Senyawa bioaktif yang dapat berperan sebagai antioksidan pada jahe adalah fenol, terutama fenol-6 gingerol. Senyawa ini cukup kuat melindungi sel-sel tubuh dari radikal bebas.
Jahe telah diujicobakan pada tikus percobaan. Tikus diberikan 10 mg jahe/Kg berat badan tikus. Ternyata dapat memberikan efek menurunkan kerusakan akibat radikal bebas.