Elang Jawa atau biasa disebut sebagai Javan Hawk-Eagle adalah hewan endemik asli Indonesia. Burung ini masih masuk dalam kerabat dari spesies elang yang ada di seluruh dunia. Namun untuk jenis yang satu ini memang sangat spesial dibandingkan dengan jenis lainnya.
Sebab ada beberapa fakta yang membuat elang jawa ini sangat spesial. Setidaknya kamu wajib tahu 6 fakta menarik yang ada pada burung yang satu ini. Beberapa dari fakta tersebut akan dibahas dalam ulasan berikut ini.
Disebut Sebagai “Garuda”
Seperti yang kita tahu, garuda adalah sosok mitologi yang mempunyai wujud manusia berkepala burung dan bersayap. Tentu tidak mungkin melihat sosok asli dari lambang negara kita ini.
Namun jika kamu memperhatikan sosok burung berjambul yang ada di depan kelas, maka wujudnya sangat mirip dengan elang jawa yang juga berjambul. Sehingga para pengamat burung sering menyebutnya “garuda” asli bumi pertiwi yang hidup di alam nyata.
Bentuk dan Ciri-cirinya
Elang jawa dewasa mempunyai bentuk tubuh sedang, tegap dan berbulu lebat. Ukuran maksimalnya dapat mencapai 60 cm, dengan ciri khas jambulnya yang menjulang ke atas dan berwarna hitam.
Bulu punggung yang gelap, bulu sisi kepala coklat kemerahan, dan coretan vertikal di tenggorokan. Pada bagian dada ada garis horizontal hitam berlatar putih. Elang jawa terbang dengan membulatkan sayapnya, menekuk ke atas seperti huruf ‘v’ dengan garis-garis hitam di bagian pinggir sayapnya.
Habitat Asli Elang Jawa
Berdasarkan peta persebaran fauna di Indonesia, elang jawa hanya bisa ditemukan di habitat aslinya yakni di pulau Jawa. Kecuali ada beberapa yang ditangkarkan di penangkaran atau taman safari nasional. Elang jawa sangat menyukai habitat hutan pegunungan, perbukitan dan dataran tinggi bahkan sampai 3000 mdpl.
Burung ini memangsa hewan kecil seperti musang, tikus, ayam hutan atau kadal. Biasanya elang jawa mengintai mangsanya dari tajuk pohon yang tinggi sebelum menukik mencengkeram mangsanya.
Cara Hidup dan Bereproduksi
Elang jawa hidup dengan cara berpasangan dan bereproduksi saat masuk usia 3-4 tahun. Selain itu, elang jawa juga termasuk hewan monogami, yakni hanya hidup dengan satu pasangan seumur hidupnya.
Musim kawin dari elang jawa berkisar antara bulan Mei sampai September, dan sarang aktif dari Januari sampai Juni. Namun faktanya elang jawa bisa bereproduksi sepanjang tahun. Tetapi tidak semuanya bisa menetas, sebab telurnya bisa juga dimangsa hewan lain atau sengaja diambil manusia.
Ancaman Kepunahan
Elang jawa mengalami ancaman kepunahan bukan karena kerusakan ekosistem. Tetapi karena faktor perburuan telur dan indukan juga adanya pemangsa, maka tingkat kepunahan elang jawa sangat terancam. Meski biasanya sarangnya terpisah dari pohon lain dan terletak di ketinggian 40-50 meter, masih saja ada yang memburunya.
Selain faktor tersebut, lama penetasan telur elang jawa juga tergolong sangat lama. Telur baru menetas di hari ke 40-50 setelah dierami. Tingkat jumlah telur yang diproduksi per tahun juga cukup rendah, yakni hanya satu butir per 2-3 tahun.
Upaya Pemerintah dan Solusinya
Karena kelangkaan spesies dan terancam punah, maka pemerintah membuat PP no 7 tahun 1999. Dimana setiap tindakan penangkapan, perburuan, jual-beli dan kepemilikan atas alasan apapun (seperti falconry) atas elang jawa dilarang oleh hukum. Apabila ada yang melanggar dapat dijatuhi hukuman penjara maksimal 5 tahun.
Pemerintah juga menggalakkan penangkaran dan suaka alam di habitat asli elang jawa. Namun karena kurang sadarnya masyarakat dan pengawasan yang tidak ketat, membuat kegiatan perburuan masih berlangsung. Bahkan menurut fakta di lapangan, setidaknya ada 22 elang jawa menghilang per tahunnya dari habitat aslinya akibat perburuan liar.