Dalam buku Drugs of the New Millenium, Mark Kastleman menjelaskan proses yang terjadi di dalam tubuh kita saat berhubungan intim. Ia mengutip analogi corong (funnel) dan proses penyempitan (narrowing process) yang dikembangkan oleh Dr. Page Bailey.
Tiap orang terlahir dengan anugerah yang ada dalam tubuh, yakni anugerah untuk menghasilkan kehidupan yang baru, seorang bayi. Sebagai satu kesatuan dengan anugerah ini, Sang Pencipta memberikan perasaan, emosi, dan daya tarik yang kuat. Tiga hal ini ada untuk memotivasi diri kita untuk mengikatkan diri menjadi suami istri dan “menyatu” dalam segala hal.
Namun dengan adanya perasaan, emosi, dan daya tarik, lahir pula keterbatasan. Mengapa? karena 3 hal ini menghasilkan respon menakjubkan di dalam otak dan tubuh kita. Respon ini sangat kuat sampai-sampai, satu-satunya cara yang baik dan aman untuk berhubungan intim adalah di dalam ikatan pernikahan.
Kalau Anda mengira aman ini adalah aman dari penyakit seksual menular, Anda salah besar. Penyakit seksual menular itu satu masalah tersendiri, namun ada berbagai mekanisme tubuh manusia lainnya yang terpengaruh oleh hubungan intim.
Corong dalam hubungan pernikahan yang sehat
Dalam hubungan pernikahan yang sehat, hubungan intim menciptakan perubahan yang sangat kuat dalam hal fisik, emosional, dan kimiawi.
- Proses penyempitan: di bagian paling atas dari corong, pasangan suami istri menikmati perspektif yang sangat luas, dalam melihat dunia dan orang-orang di sekitar mereka. Saat suami dan istri menjadi sangat intim secara fisik, otak mereka mulai menyempit karena fokus. Penyempitan ini terjadi paling utama saat orgasme (untuk berikutnya akan ditulis klimaks). Dr. Bailey menyebutkan:
“Klimaks seksual adalah kejadian paling sempit dan sangat terfokus yang bisa dilakukan otak. Pengalaman crescendo ini hanya dapat terjadi di tempat mendarat yang sangat sempit.”
Untuk mencapai tempat tersebut, otak harus menyempitkan fokusnya dan memblokir semua pikiran yang bisa “mengganggu” (pekerjaan, anak-anak, membayar tagihan, dsb).
- Pelepasan zat kimia alami: untuk membantu dan mempercepat proses penyempitan ini, otak dan berbagai bagian tubuh lainnya mulai melepaskan zat kimia endogen (dihasilkan di dalam tubuh). zat kimia ini berfungsi untuk meningkatkan energi dan fokus.
Zat kimia ini menciptakan perasaan tertarik, gairah, euphoria, ketenangan, dan rangsangan kegembiraan. Singkat kata, zat-zat kimia ini menghasilkan perasaan fly seperti yang dihasilkan oleh narkoba, hanya saja prosesnya alami dan aman.
Berikut ini zat-zat kimia alami yang bereaksi saat hubungan intim:
- Dopamin: meningkatnya dopamin dalam otak menghasilkan tingkat perhatian yang sangat fokus. Otak menjadi memiliki motivasi yang sulit digoyahkan, energi yang sangat besar, dan perilaku yang kuat. Zat kimia ini membuat baik suami maupun istri untuk sangat fokus pada pasangannya, sampai-sampai mengabaikan semua hal di sekitar mereka. Bahkan dopamine membantu suami istri untuk hanya melihat kelebihan pasangannya dan mengabaikan kekurangannya. Dopamin memicu kegairahan dan kegembiraan yang sangat besar. Dopamine meningkatkan gairah terhadap stimulus dari luar. Selain itu dopamin juga menghasilkan mood seksi. Pelepasan dopamine dikaitkan dengan sakau dan ketergantungan pada pecandu narkoba, itulah sebabnya dopamin sangat membantu dalam menghasilkan ketertarikan dan ketergantungan yang sehat antara suami dan istri. Bahkan ilmuwan mengaitkan keinginan untuk keintiman seksual itu sendiri dengan pelepasan dopamin.
- Norepinefrin: zat kimia yang satu ini menghasilkan kegembiraan dan meningkatkan stamina dengan memberi adrenalin alami pada tubuh. norepinefrin juga dihubungkan dengan meningkatnya kemampuan otak mengingat. Stimulus apa pun yang dialami saat norepinefrin aktif, akan diingat dengan sangat jelas oleh otak. Itulah sebabnya pasangan yang sedang jatuh cinta dapat mengingat detail-detail terkecil pada pasangannya. Misalnya saja detail yang ada pada tubuh pasangannya, hal-hal yang pasangannya lakukan, dan momen indah bersamanya. Keintiman yang istimewa dan sakral ini disimpan di dalam memori otak dan dapat menjadi penguat tersendiri saat konflik terjadi dalam pernikahan.
- Testosteron: otak memproduksi sebagian kecil dari hormon ini. Sebagian besarnya diproduksi di testis dan ovarium. Testosteron dikenal sebagai hormon hasrat seksual pada pria dan wanita. Pada pria, testosterone adalah kunci utama yang menghasilkan hasrat. Testosteron membuat pria merasakan energi positif dan perasaan bugar. Saat testosteron menurun, baik libido pria maupun wanita akan turun juga
Pelepasan dopamin, norepinefrin, dan testosteron membuat sistem syaraf manusia untuk merasakan zat kimia dalam otak yang paling kuat: oksitosin.
- Oksitosin: pada wanita, hormon ini memicu kontraksi saat persalinan dan menghasilkan ASI saat menyusui. Oksitosin juga zat kimia yang sangat berperan dalam mempererat hubungan emosional antara ibu dan bayinya yang baru lahir. Oksitosin juga dipercaya menghasilkan efek yang sama pada ayah: saat ayah menggendong bayinya, level oksitosinnya meningkat. Dalam hubungan seksual yang intim, oksitosin memicu kontraksi saat klimaks/orgasme. Oksitosin disebut juga hormon sayang atau hormon peluk. Tingkat oksitosin meningkat saat pasangan saling berpegangan tangan, berpelukan, atau menonton film bersama-sama.
Pada saat orgasme, level oksitosin meningkat dengan sangat pesat. Alhasil suami dan istri merasakan ikatan yang sangat kuat. Suami dan istri merasa menyatu, merasa sangat dekat, dan merasa terikat. Kuatnya ikatan ini terasa sangat menyenangkan sampai-sampai oksitosin sering disebut zat kimia kebahagiaan dalam otak.
Namun bukan hanya itu, proses ikatan terus berlanjut bahkan setelah hubungan intim. Oksitosin dipercaya membuat kita merasa tertarik pada sifat dan ciri tertentu pada pasangan kita. itulah sbeabnya setiap kali kita melihatnya, ikatan suami istri menjadi semakin kuat. Setiap kali oksitosin dihasilkan dalam hubungan pernikahan, suami dan istri menjadi semakin dan semakin dekat. Ditambah lagi, banjirnya oksitosin saat orgasme menghasilkan efek: obat penenang alami, menurunkan tekanan darah, mengurangi stres dan rasa sakit, serta menyebabkan tidur.
- Serotonin: zat kimia alami ini dihasilkan setelah orgasme. Serotonin menghasilkan perasaan tenang yang sangat dalam, kepuasan, dan lepas dari stres. Obat-obat anti-depresan dibuat untuk meningkatkan level serotonin dalam otak.
- Pengalaman intim yang suami istri alami lebih dari sekadar fisik
Suami dan istri mengarungi corong penyempitan bersama-sama. Ada lebih dari sekadar zat kimia yang dilepaskan oleh tubuh. Selain perasaan fisik, pikiran, hati, dan ruh juga turut serta dalam hubungan intim. Saat zat kimia alami dilepaskan, perasaan cinta, kedekatan, dan saling menghargai menjadi mudah dilakukan.
Menyatunya tubuh secara fisik menjadi simbol bersatunya berbagai aspek dalam diri suami istri. Sang Pencipta merancang pengalaman ini agar suami dan istri menyatu dalam sepenuh diri, baik hati, pikiran, tubuh, dan juga jiwa. Tuhan sudah merancangnya seperti itu sejak awal. Bersatunya suami istri hanya dapat terjadi saat ada komitmen penuh terhadap satu sama lain, saat pasangan berbagi semua hal, saat pasangan saling terikat. Dengan kata lain, hubungan intim yang aman hanya bisa terjadi saat pria dan wanita saling terikat dalam pernikahan.
Hubungan intim yang menyeluruh ini tidak bisa dilakukan sama sekali di luar pernikahan. Penyebabnya adalah otak bekerja secara berbeda dalam pengalaman seksual di luar pernikahan yang sehat (misalnya seks bebas dan mengonsumsi pornografi). Di luar pernikahan, ada mekanisme tubuh yang membuat pengalaman seksual menjadi menggerogoti hati pelakunya.
- Klimaks dalam berbagai hal: Suami istri mencapai bagian tersempit dari corong. Mereka mengalami crescendo, sebuah klimaks. Pornografi dan media memandang klimaks ini hanya sebagai pengalaman fisik saja. pornografi dan media melihatnya hanya sampai saat banjirnya zat kimia alami.
Namun dalam hubungan pernikahan, itu hanyalah satu bagian yang terjadi. Klimaks mewakili berbagai hal yang suami istri bagi bersama. misalnya saja mencuci piring, mencuci baju, membayar tagihan, membesarkan anak-anak, berkorban demi langgengnya pernikahan, saling melayani, memikul penderitaan bersama saat cobaan datang, dan berbagai hal lainnya.
Semua pengalaman, baik senang maupun susah, adalah bagian penting yang membuat hubungan intim tak bisa terpisahkan. Hubungan intim dan klimaks adalah suatu perayaan atas semua hal yang telah suami istri bagi dan tanggung bersama. Dengan kata lain, klimaks tidak pernah dirancang untuk berdiri sendiri.
Psikolog Dr. Randall F. Hyde Ph.D. mengajarkan pada pasangan suami istri untuk menganggap hubungan intim sebagai perjanjian di antara mereka. Hubungan suami istri adalah simbol kesatuan dalam segala hal. Hubungan seks menjadi lambang bahwa baik suami maupun istri sepenuhnya berkomitmen, setia, dan terikat satu sama lain.
Bayangkan makna mendalam yang membawa suami dan istri menuju pengalaman sakral yang menakjubkan!
Jika klimaks sakral ini dipisahkan dari hubungan pernikahan yang holistik, sistem syaraf dalam tubuh akan bereaksi dengan membuat pelakunya menjadi tersakiti. Itulah yang menyebabkan terjadinya disfungsi sistem syaraf jika hubungan intim dilakukan di luar pernikahan.
Konsep utama
Hubungan intim adalah janji sakral antara suami dan istri, melambangkan kesatuan dan kesetiaan dalam segala hal. Klimaks seksual adalah puncaknya. Suami dan istri sudah mengorbankan dan berbagi segala hal. Klimaks adalah perayaan atas komitmen penuh dan total pernikahan suami dan istri.
Catatan khusus: ada perbedaaan mendasar di dalam struktur otak pria dan wanita. Umumnya, otak pria didesain untuk menyempit sangat cepat pada satu tujuan. Pria lebih mudah fokus dan mengabaikan berbagai hal lainnya sampai tujuannya tercapai. Ini berarti suami dapat menuruni corong menuju klimaks sangat cepat.
Sementara itu otak wanita lebih multitasking, lebih tersebar. Umumnya wanita menuruni corong lebih lambat. Kondisi saat berhubungan seksual haruslah tepat agar otak wanita dapat melambat dan fokusnya menyempit.
Jika berbagi keintiman seksual ini diburu-buru, dingin, dan tidak romantis, otak wanita tidak akan siap. Misalnya saja jika sebelumnya sang suami agak “mengabaikan” istrinya, jika sang istri mengalami hari yang berat, atau jika suami istri baru saja bertengkar. Pada keadaan seperti itu, masalah apa pun yang ada di kepalanya akan menghalangi perjalanannya menuruni corong saat berhubungan intim.
Psikolog Dr. C.Y. Robi menjelaskan perbedaan proses yang diperlukan pria dan wanita untuk mencapai klimaks dengan model berikut ini.
Pasangan suami istri bisa jadi tidak mencapai bagian tersempit dari corong pada waktu yang bersamaan. Bahkan bisa jadi ada salah satu yang tidak mencapai klimaks. Otak pria itu mudah terkotak-kotakkan, sang suami bisa dengan mudahnya mengabaikan kotak: masalah rumah tangga dan langsung menuruni corong! Sementara itu sang istri masih menunggu permohonan maaf suami, perbuatan romantis suami, dan perilaku suami yang menghormati istri. Pasangan perlu saling mengerti perbedaan ini. (Baca: Sulit Dipahami Pasangan? Pahami Bedanya Cara Kerja Otak Pria & Wanita)
Untuk hubungan intim yang lebih baik: saat suami dan istri bangkit dari bagian tersempit corong, pandangan mereka kembali meluas. Pengalaman yang intim menghasilkan perasaan cinta dan saling menghargai yang lebih dalam. Muncul pula keterikatan yang lebih kuat, lebih penuh, lebih berenergi, dan lebih positif. Hubungan intim membuat suami istri terbekali untuk bekerja secara individu maupun bersama-sama agar bisa sukses dalam berbagai bidang kehidupan yang mereka miliki. Tentu saja lebih sukses dalam menjalankan tanggung jawab keluarga.
Semua proses ini tidak terjadi karena kebetulan, Sang Pencipta Maha Mengetahui apa yang Dia berikan pada kita. Dengan menggunakan semua ini di dalam pernikahan, kekuatan sakral ini mengikat suami dan istri dalam segala cara.
Hubungan intim menjadi bagian yang indah, memuaskan, dan puncak dari hubungan pernikahan. Hubungan intim menjadi titik yang menyatukan suami dan istri setelah keduanya telah bekerja sangat keras untuk keluarga dan kelanggengan hubungan. Hubungan intim menjadi keping puzzle yang mengagumkan dari hidup suami istri.
Hanya ada satu tempat yang aman untuk menjalani proses menyempit
Proses dalam hubungan intim di dalam tubuh manusia sangatlah kuat. Hubungan intim mewakili anugerah sakral. Hubungan intim bukanlah hal yang bisa disepelekan.
Hanya ada satu kondisi di mana seseorang dapat memasuki funnel dengan aman, yakni dalam pernikahan yang sehat. Di luar pernikahan, pengalaman mengarungi funnel akan sangat merusak pelakunya. Pelakunya bisa saja menganggap enteng, namun mekanisme di dalam tubuhnya akan membuat pelakunya terkikis.