Islam mengajarkan para pemeluknya supaya mempunyai akhlak yang mulia mulia. Salah satu akhlak yang mulia itu adalah memuliakan anak yatim. Anak yatim adalah manusia yang membutuhkan pertolongan dan kasih sayang, karena dia telah kehilangan ayahnya pada saat dia sangat membutuhkannya.
Suatu ketika Saib bin Abdullah datang kepada Rasulullah, maka Rasulullah bersabda kepadanya:
“Wahai Saib, perhatikanlah akhlak yang biasa kamu lakukan ketika kamu masih dalam kejahiliyahan, laksanakan pula ia dalam masa keislaman. Jamulah tamu, muliakanlah anak yatim, dan berbuat baiklah kepada tetangga.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud, Shahih Abu Dawud, Al-Albani: 4836).
- Keutamaan memuliakan wanita dalam pandangan Islam
- Mulailah memuliakan diri sendiri dengan memuliakan orang lain
Kasih sayang dan berbuat baik kepada anak yatim merupakan salah satu dari akhlak dan moralitas orang-orang yang mulia. Hanya seorang lelaki yang mulia yang memiliki budi pekerti mulia dan yang mencintai kebajikan. Berikut pahala yang didapatkan jika memuliakan anak yatim.
1. Memiliki Pahala yang Setara dengan Jihad
Rasulullah Saw. pernah bersabda, “Barang siapa yang mengasuh tiga anak yatim, maka bagaikan bangun pada malam hari dan puasa pada siang harinya, dan bagaikan orang yang keluar setiap pagi dan sore menghunus pedangnya untuk berjihad di jalan Allah. Dan kelak di surga bersamaku bagaikan saudara, sebagaimana kedua jari ini, yaitu jari telunjuk dan jari tengah.” (H.R. Ibnu Majah)
2. Mendapat Perlindungan di Hari Kiamat
Rasulullah Saw. bersabda, “Demi Allah yang mengutusku dengan kebenaran, di hari kiamat Allah Swt. tidak akan mengazab orang yang mengasihi anak yatim, dan bersikap ramah kepadanya, serta bertutur kata yang manis. Dia benar-benar menyayangi anak yatim dan memaklumi kelemahannya, dan tidak menyombongkan diri pada tetangganya atas kekayaan yang diberikan Allah kepadanya.” (H.R. Thabrani)
3. Masuk Surga dengan Mudah
Rasulullah Saw. bersabda, “Barang siapa yang memelihara anak yatim di tengah kaum muslimin untuk memberi makan dan minum, maka pasti Allah memasukkannya ke dalam surga, kecuali jika ia telah berbuat dosa yang tidak dapat diampuni.” (H.R. Tirmidzi)