Jika ada niat akan ada 1000 jalan. Jika tidak ada niat akan ada 1000 alasan. Begitu kata sebuah pepatah. Banyak orang yang berpotensi menebarkan kebaikan. Namun mereka beralasan belum punya cukup ilmu, sibuk dengan pekerjaan, malu, dan sebagainya.
Apakah kamu merupakan salah satu dari mereka? Kamu perlu belajar dari seorang nenek tua berusia 63 tahun. Daeng Pipang adalah satu-satunya guru mengaji di Dusun Tanetea, Lingkungan Padang Assitang, Desa Borikamase, Maros, Sulawesi Selatan.
Beliau menjalani aktivitas sebagai guru ngaji sudah sejak 40 tahun yang lalu. Tak ada imbalan yang diharapkan dari anak-anak desa yang belajar mengaji kepadanya.
Kondisi warga desa tempat tinggal Daeng Pipang memang ekonominya sulit. Sebuah desa terpencil yang hanya dihuni 40 kepala keluarga saja.
Daeng Pipang bisa saja beralasan enggan mengajar ngaji. Berikut ini alasan yang mampu ditepis Daeng Pipang dan menjadikannya sebagai sosok yang tulus ikhlas.
Sudah Tua
Usia 63 tahun bukanlah usia yang muda. Jarang orang setua ini masih memikirkan masyarakat di sekitarnya. Banyak orang yang beranggapan bahwa usia ini adalah saat yang tepat untuk menikmati hari tua tanpa memikirkan hal yang berat.
Namun tidak demikian dengan Daeng Pipang. Usia senja tak lantas membuat semangat mengabdi kepada masyarakat redup.
Miskin dan Hidup Sebatang Kara
Daeng Pipang hidup di sebuah rumah panggung kayu yang sudah reyot. Ia juga tak memiliki lahan mencari nafkah lain. Namun atas kuasa Allah, Daeng Pipang masih bisa menyambung hidupnya.
Kesibukan Daeng Pipang setiap pagi adalah berjalan mencari air bersih. Wilayah tempat tinggal Daeng Pipang memang sulit air bersih. Warga harus berjalan kaki sejauh 2 kilometer untuk mendapatkan air bersih. Siang hari nenek sebatang kara ini mengajar ngaji.
Apakah kamu sudah punya 2 rumah, 2 mobil, 2 sepeda motor, 2 anak sukses, bahkan 2 istri? Masihkah kamu mengatakan tak sempat berbuat baik? Sangat menyedihkan jawaban seperti ini.
Keluasan rezeki ternyata tak cukup mampu meluaskan hatimu untuk berbuat kebaikan.
Tak Ada Sarana Prasarana
Masalah sarana prasarana nenek satu ini tentu memiliki keterbatasan. Daeng Pipang mengajar di kolong rumah bekas kandang ayam yang telah diperbaiki.
Meskipun bekas kandang ayam, namun tempat ini cukup layak dan nyaman untuk mengajari anak-anak belajar mengaji. Tempat inilah satu-satunya yang dimiliki Daeng Pipang untuk mengumpulkan anak-anak.
Sebelum digunakan anak-anak mengaji, Daeng Pipang biasanya membersihkan tempat ini.
Daeng Pipang mengaku ikhlas mengabdikan diri meski tak memiliki lahan mencari rezeki yang lain. Menurut beliau semua itu adalah skenario Sang Pencipta.
Meskipun dengan segala keterbatasan, Daeng Pipang terus bersemangat menebar kebaikan. Inilah yang akan mengubah hidupnya di akhirat kelak di kedudukan yang lebih baik.
“Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (QS Muhammad ayat 7).
Kamu tidak perlu menunggu menjadi kaya untuk mendirikan pondok pesantren seperti Aa Gym atau Ustadz Yusuf Mansyur. Kamu juga tidak diwajibkan hafal Al Qur’an dan kitab-kitab warisan ulama.
Sampaikanlah kebaikan walau hanya satu ayat. Lakukan amal kebaikan walau hanya menemui saudaramu dengan senyuman. Berikan sedekah walau hanya dengan selembar roti tawar.
Yakinlah bahwa janji Allah untuk menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu adalah sebuah kepastian. Allah tidak akan mengingkari janji-Nya yang telah dituliskan di dalam Al Qur’an.