Muhammad SAW adalah manusia mulia. Kemuliaannya tidak hanya bisa dirasakan umat pada zamannya. Namun ratusan tahun setelah beliau wafat, masih bisakita rasakan kemuliaan beliau.
Lewat tulisan para ulama, kemuliaan abadi dan tidak pernah usang untuk dipelajari. Keseluruhan hidup Muhammad SAW merupakan kebaikan yang tidak akan pernah habis. Meskipun kisah hidup Muhammad SAW di penggal-penggal dalam masing-masing peristiwa, kemuliaannya tidak berkurang.
Penggalan kisah Rasulullah SAW yang menyentuh adalah saat pelatakan batu hajar aswad. Bangsa Arab sebagai tanah para nabi masih meninggalkan nilai-nilai keislaman.
Meskipun nilai tersebut mengalami pelencengan sangat jauh dengan nilai Islam yang lurus dan bersih. Salah satu peninggalan Islam yang masih bertahan pada masa jahiliyah sebelum risalah nabi turun kepada Muhammad SAW adalah pemuliaan terhadap ka’bah.
Seperti yang kita ketahui bahwa ka’bah dibangun oleh Nabi Ibrahim AS dan dibantu oleh Nabi Ismail AS. Seperti firman Allah dalam Al Qur’an Surat Al Baqarah ayat 127.
“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah beserta Isma’il (seraya berdoa), ‘Ya Rabb kami, terimalah dari kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
Kala itu Allah memerintahkan kepada Ibrahim untuk meruntuhkan berhala, para taghut, rumah-rumah peribadatan, dan menghapuskan penyembahan terhadap berhala.
Kemudian Allah menghendaki agar dibangun di atas bumi sebuah bangunan yang menjadi lambang tauhid dan penyembahan kepada Allah saja. Oleh karena itu dibangun Ka’bah yang menjadi simbol tauhid sepanjang massa sampai hari akhir.
Seiring bergulirnya roda waktu dari zaman Nabi Ibrahim AS sampai Nabi Muhammad SAW, ka’bah mengalami beberapa kali serangan. Salah satu peristiwa yang menyebabkan bangunan ini runtuh adalah banjir yang menenggelamkan Makkah sebelum risalah nabi turun kepada Muhammad SAW.
Meskipun belum mendapatkan risalah kenabian, kemuliaan Muhammad SAW telah dikenal masyarakat Makkah kala itu. Muhammad SAW berperan aktif dalam pembangunan kembali bangunan ini.
Berdasarkan buku Sirah Nabawiyah karangan Dr Muhammad Sa’id Ramadhan Al Buthy, peranan Muhammad SAW membangun kembali ka’bah sebagai berikut.
Rasulullah SAW Turut Mengangkat Batu
Peletakan Batu Hajar Aswad Nyaris Berujung Pertumpahan Darah
Ka’bah masih dianggap sebagai bangunan mulia oleh orang-orang jahiliyah. Oleh karena itu peletakan batu hajar aswad sebagai simbol selesainya pembangunan kembali ka’bah menyangkut harga diri masing-masing kaum.
Mereka merasa bahwa kaumnyalah yang paling berhak melatakan batu mulis itu.
Perselisihan-perselisihan yang terjadi antar kaum pada masa jahiliyah biasanya berujung pada pertumpahan darah. Bani Abdid Dar telah menghampiri mangkuk berisi darah bersama Bani’Ady berikrar. Mereka memasukan tangan-tangan mereka pada mangkuk darah dan berkata siap untuk mati.
Kondisi ini berlangsung selama empat atau lima hari tanpa ada kesepakatan.
Segolongan dari mereka kemudian berpendapat untuk mencari penengah. Mereka bersepakat orang yang pertama kali keluar dari salah satu jalan di Kota Makkah berhak menjadi penengah.
Ternyata orang yang pertama kali muncul adalah Muhammad. Mereka berkata, “Lihatlah, kita teah kedatangan orang yang sangat bisa dipercaya (Al Amin).”
Kesepakatan ini disampaikan kepada Muhammad. Sebuah solusi cerdas diberikan oleh Muhammad. Haknya melatakan batu Hajar Aswad tak lantas membuat beliau egois. Muhammad justru memanfaatkan momentum ini untuk menyatukan mereka.
Muhammad bangkit dan meletakan Hajar Aswad pada sebuah kain panjang. Beliau memanggil kepala masing-masing kabilah untuk memengang tepi kain tersebut.
Mereka berjalan mendekati Ka’bah. Muhammad mengambil Hajar Aswad dengan kedua tangannya dan meletakan ke tempat semula. Sebuah solusi jenius tanpa perlu pertumpahan darah.