JENIS KALIGRAFI – Kaligrafi adalah cara penulisan huruf-huruf dalam bahasa arab yang unik, atau lebih dikenal juga cara menulisnya adalah khat.
Berdasarkan penulisannya, setiap bagian dalam suatu tema berdasarkan apa yang telah disetujui. Seperti penulisan dalam alquran yang menggunakan khat naskhi.
Dari pengalaman para ahli khat yang sudah ada, khat naskhi adalah khat yang paling sulit. Maka jika kamu sudah bisa menguasai khat yang satu ini, insya Allah untuk khat yang lainnya kamu akan lebih untuk mempelajarinya.
Sejarah Awal Terciptanya Seni Penulisan Kaligrafi
Jenis kaligraf islam dibedakan berdasarkan bentuk huruf dan fungsi tulisan yang dibutuhkan.
Tulisan untuk dokumen-dokumen resmi pada umumnya menggunakan jenis kaligrafi tertentu yang berbeda dengan tulisan kaligrafi yang untuk hiasan sesuatu dan sampul sampul buku.
Para tokoh seniman kaligrafi, sejak abad ke-3 Hijriyah / 9 Masehi telah mengembangkan beragam macam tulisan dan memberikan nama-nama yang khusus untuk membedakan yang satu dengan yang lainnya.
BACA JUGA: 57+ Gambar Kaligrafi Islam, Bagus Untuk Wallpaper
Dengan begitu, tentu sebutan untuk jenis kaligrafi menjadi semakin beragam. Sebutan itulah yang cukup membingungkan, karena satu jenis tulisan kaligrafi disebut dengan nama-nama yang berbeda dan tidak familiar unutuk didengar oleh kita orang Indonesia.
Ibnu Nadim menyebutkan, ada 40 jenis kaligrafi dengan sebutannya masing-masing. Sementara Muhammad Bin Sulaiman al-Rawandi menyebutnya sampai ada 70. Yang lain menyebutkan, ada hingga 150 jenis kaligrafi. Bahkan, ada yang menyebutkan hingga mencapai 120 jenis, untuk kaligrafi model kufi saja.
Beragam Jenis Seni Penulisan Kaligrafi
Naskhi
Jenis penulisan naskhi ini muncul sekitar akhir abad ke 5 Hijriyah. Kaligrafi ini adalah jenis kaligrafi modifikasi dari tulisan Kufi dengan bentuk yang lebih lentur.
Naskhi muncul untuk mengiringi jenis khat penulisan buku dan Al-Quran. Karena itulah ia disebut “naskh” yang berarti naskah, dan secara luas digunakan untuk penulisan kalam Al-Quran.
Kaligrafi Naskhi ini memiliki karakteristik lembut, dan jelas ketika dibaca. Apalagi jika kemudian ia diberi syakal dan titik.
Kufi
Kufi adalah jenis penulisan seni kaligrafi tertua yang dikenal dalam Islam. Dengan tulisan Kufi ini Al-Qurán pertama kali ditulis ketika ada saran pembukuan Al-qur’an supaya keasliannya tetap terjaga, penulisannya menggunakan kufi sederhana yang disebut kufi masohif.
Ciri utama dari cara penulisan yang satu ini adalah torehannya yang kaku bersudut, karena mulanya memang ditorehkan dengan pisau diatas tulang, bebatuan, atau pelepah kurma.
Farisi – Nastaliq
Mengapa disebut dengan kaligrafi Farisi? Karena ia muncul dan populer di negeri Persia atau dikenal juga dengan Farsi.
Disebut Khat Nastalig karena fungsinya mirip dengan Naskhi, yaitu sebagai tulisan standar bagi buku-buku pengetahuan.
Sampai hari ini banyak dari buku-buku pengetahuan berbahasa Persia dan website-websitenya yang masih menggunakan kaligrafi Farisi, selain seni penulisan Sikasteh. Jadi, dapat disimpulkan bahwa Nasta’liq adalah gabungan dari kata Naskh dan Ta’liq.
Para ahli penulisan kaligrafi mengatakan, “Siapa yang belum menguasai kaligrafi Farisi dan Tsulutsy, maka ia belum bisa disebut sebagai seorang khattat (penulis ahli dalam kaligrafi)”.
Tsulusi
Ini adalah jenis kaligrafi yang terlihat simpel, paling gagah, keren dan elegan. Seperti yang dikatakan sebelumnya, tsulus menjadi syarat mutlak bagi seseorang untuk bisa digelari “khattaat“, karena memang sangat sulit mempelajarinya. Kaligrafi tsuluts dibagi 2 jenis :
- Tsuluts a’dy atau tsulus biasa : Ditulis menggunakan pena berukuran paling minimal 4 mm, dan ditulis dengan gaya yang standar, serat dalam proses pembuatannya jarang dibuat menjadi bentuk bentuk yang rumit.
- Tsuluts jaliy atau tsulus yang berkelok : Ditulis dengan pena yang memiliki ukuran dua kali lipat tsuluts standar, dan sering dikreasikan dalam bentuk bentuk yang rumit. Misalnya bentuk bersusun susun (murokkab), model ma’kus atau berpantulan (mutanadzir), sampai yang berbentuk binatang.
Diwani
Kaligrafi ini sempat menjadi jenis penulisan yang dirahasiakan oleh Daulah Usmaniyah karena keindahannya.
Kemudian, setelah Sultan Muhammad Al Fatih berhasil menaklukkan Konstantinopel pada tahun 857 H, penggunaan Diwany mulai dipublikasikan meski terbatas pada penulisan resmi seperti penulisan pembukuan dokumen Kerajaan Usmaniyah, dari sinilah nama diwani berasal.
Sering disebutkan oleh para ahli kaligrafi, bahwa yang pertama kali menciptakan kaidah-kaidah Diwani adalah Ibrahim Munif At Turki.
Diwany memiliki tiga aliran gaya yaitu, Turki, Mesir, dan Baghdad. Keindahan Diwani terletak pada keluwesannya dalam seni penulisan dan banyaknya penggunaan huruf huruf yang memutar.
Riq’ah
Riq’ah atau bisa disebut juga dengan ruq’ah, adalah tulisan yang sangat indah, tetapi sangat sederhana dan mudah dipelajari.
Kebanyakan khattaat menguasai tulisan gaya ini, karena penulisannya yang tebilang mudah, dan sangat indah bila digunakan unutk tulisan umum.
Hanya saja, karena watak tulisannya yang bisa dituliskan dengan cepat, kaligrafi ini jarang dinikmati oleh para seniman kaligrafi ketika pembuatannya sebagai sebuah karya seni.
Yang pertama meletakkan kaidahnya adalah Musytasyar Mumtaz Bik. Seorang pengajar kaligrafi Sultan Abdul Majid Khan dan seorang raja pada Dinasty Usmani pada tahun 1280 H.
Kemudian, kaidah kaidahnya dilanjutkan dan disempurnakan oleh Muhammad Izzat At-Turky. Ciri khas yang paling terlihat dari riq’ah adalah tidak menggunakan harokat dan hiasan dibandingkan dengan kaligrafi yang lainnya.