Nabi adam merupakan manusia yang pertama kali Allah SWT ciptakan. Beliau diciptakan dari tanah dan memiliki istri bernama Siti Hawa. Wanita pertama yang tinggal di dunia. Mereka berdua tinggal bahagia di syurga.
Namun dengan hasil propaganda syaitan yang syirik dengan keberadaan Adam di surga, syaitan menghasut Adam dan Hawa untuk memakan buah Khuldi, setelah mereka memakan buah khuldi Allah murka dan mengirim mereka ke dunia sebagai hukuman akan ketidak patuhan terhadap perintah Allah.
Allah SWT kemudian memberikan perintah kepada malaikat Jibril untuk mengeluarkan Adam dan isterinya, beserta, ular, merak dan Iblis yang masih tinggal di dalam syurga ke dunia. Mengetahui bahwa ia akan dikeluarkan dari surga, Adam berdiri dan memohon sambil menangis, karena akan meninggalkan tempat yang sangat dicintainya itu.
Namun apa guna, takdir yang berbicara. Inilah permulaan perjalanan manusia yang selanjutnya sangat berliku-liku dan begitu bermacam-macam serta dinamikanya hingga hari kiamat datang kelak. Sejarah kehidupannya menjadi pelajaran bagi anak cucunya.
Setelah tinggal di bumi selama 960 tahun dan sudah mempunyai banyak keturunan, tibalah saat Nabi Adam AS bersua dengan Allah Ta’ala. Ibnu Katsir mengungkapkan, “Para sejarawan telah menceritakan bahwasanya Nabi Adam AS tidak meninggal sehingga ia melihat seluruh keturunannya terus ke bawah yang jumlahnya mencapai 400 ribu jiwa.
Para sejarawan berselisih mengenai lokasi makam Nabi Adam AS dan Hawa. Beberapa dari mereka berkata bahwa keduanya dimakamkan di gua Gunung Qubais tidak jauh dari Masjidil Haram. Beberapa lainnya mengungkapkan di Baitul Maqdis, Palestina, karena saat banjir memenuhi seluruh lapisan bumi, Nabi Nuh memindahnya ke Baitul Maqdis, wallahu a’lam.
Argumen yang kuat menjelaskan sebagaimana yang diungkapkan oleh Syaikhul Islam yaitu Ibnu Taimiyyah dalam Nur ala Darb dan Majmu Fatawa, bahwa semua makam para nabi tidak diketahui lokasinya kecuali makam Rasulullah SAW yang berada di Madinah dan makam Nabi Ibrahim yang berada di Palestina.
Riwayat-riwayat yang merepresentasikan keberadaan makam para nabi itu riwayatnya tidak dapat dijadikan pegangan dan tiada asalnya. Apalagi, mengetahui keberadaan makam para nabi tidaklah dituntut dalam islam. Apabila hal itu penting, pasti Allah Ta’ala akan menjaga pengetahuan itu pada makhluk-Nya.