Indonesia memang dikenal sebagai negara yang memiliki beraneka ragam budaya. Meskipun begitu, keberadaan ragam budaya tersebut justru tidak membuat mereka saling memusuhi antara kelompok satu dengan yang lain.
Karena Indonesia memiliki sebuah simbol dasar persatuan mereka yakni Bhineka Tunggal Ika, berbeda-beda tetapi tetap satu jua.
Seperti pulau Sumatera misalnya, pulau paling barat Indonesia ini dihuni dengan berbagai macam suku yang berasal dari rumpun Proto-Malayan dan Deutro Malayan.
Suku Minangkabau
Merupakan salah satu suku yang terletak di provinsi Sumatera Barat. Ada sekitar 8 juta penduduk di dalamnya. Dalam kehidupan bermasyarakat, orang Minangkabau akrab dipanggil dengan sebutan “orang Minang” atau “orang Padang” oleh orang luar.
Khusus jika mereka berada dalam percakapan orang Minangkabau itu sendiri maka mereka akan disebut dengan “urang awak” yakni “orang kita”.
Masyarakat Minangkabau memegang teguh pada sebuah sistem yang disebut dengan matrilineal. Yang mana seorang ibu berhak mendapatkan posisi tertinggi dalam suatu keluarga serta sebagai penurun nama keluarga bagi generasi penerusnya.
Mereka memposisikan pihak perempuan sebagai pewaris kekerabatan dan harta pusaka. Meskipun perempuan memperoleh level tertinggi pada adat keluarga, akan tetapi sistem pemerintahan adat tetaplah diamanahi kepada kaum laki-laki sebagai pemimpin komunitas.
Suku Mentawai
Suku yang tersebar di kepulauan Mentawai ini rupanya masih satu rumpun dengan Proto Malayan lainnya. Dahulu, suku Mentawai menganut agama asli yang berasal dari mereka sendiri bernama Sabulungan.
Akan tetapi agama tersebut kini telah punah karena sudah berganti memeluk agama Kristen Katolik dan Protestan.
Para sejarawan memperkirakan suku Mentawai berasal dari daerah Formosa, Taiwan. Kemudian mereka berimigrasi secara besar-besaran melintasi kawasan Fillipina, Sumatra dan Kalimantan pada ribuan tahun yang lalu.
Masyarakat Mentawai percaya pulau nias selatan merupakan tempat asal nenek moyang mereka. Meskipun budaya Mentawai berbeda dengan suku Nias pada umumnya, tetapi mereka masih memiliki anthropologi yang sama.
Suku Batak Karo
Berpusat di Tanah Karo, Sumatra Utara, kini suku Batak Karo telah memiliki populasi lebih dari 4 juta orang. Suku Batak Karo terbiasa bercakap-cakap dalam bahasa Karo atau Cakap Karo.
Bahasa Karo ini ternyata masih satu rumpun dengan bahasa Austronesia, yang hampir mirip dengan bahasa Alas, Simalungun dan Gayo.
Tidak diketahui secara pasti darimana asal-usul Karo ini. Konon, beberapa cerita rakyat mengisahkan bahwa awal mula terjadinya suku Karo berasal dari percampuran beberapa suku pendatang dengan melaksanakan perkawinan campur antar penduduk asli.
Suku Karo memiliki cara dialek berbeda jika disandingkan dengan beberapa suku batak yang lain. Dalam bahasa Karo, dialeknya berirama naik turun serta melantun layakanya seseorang sedang bersenandung.
Sehingga terdengar cukup lembut. Sangat berbeda dengan beberapa suku Batak lainnya yang cenderung agak keras jika berbicara.
Suku Batak Mandailing
Berada di tengah-tengah dua kebudayaan besar, yakni budaya Batak Toba dan Minangkabau membuat suku Batak Mandailing saling berbeda pendapat jika ditanya terkait asal muasal mereka.
Ada yang menganggap jika suku Mandailing merupakan bagian dari Batak, namun disisi lain suku Minangkabau justru mengklaim jika mereka juga berasal dari Minangkabau.
Suku Batak Mandailing terletak di beberapa kabupaten wilayah Sumatera Utara, seperti Mandailing Natal, Padang Lawas, Padang Lwas Utara dan Tapanuli Selatan.
Jika dilihat dari berbagai macam adat istiadatnya, bisa dibilang jika suku ini masih berkerabat dengan suku Batak Angola dan Batak Toba jika dibandingkan dengan suku Minangkabau pada umumnya.
Tak ketingggalan beberapa marga mereka pun masih sama dengan marga-marga yang ada pada suku Batak Angola dan Batak Toba.
Suku Batak Samosir
Bahasa yang dipakai oleh masyarakat Batak Samosir tidaklah berbeda dengan bahasa Batak yang lain. Hanya saja ada perbedaan tipis pada dialek dan intonasi mereka dalam percakapan sehari-hari.
Suku Batak Samosir terletak di wilayah kabupaten Samosir, namun sebagian kecil dari mereka juga ada yang mendiami di daerah kabupaten Toba Samosir, yakni pulau Samosir dan sekitarnya.
Penduduk suku Batak Samosir rata-rata memiliki mata pencaharian sebagai nelayan, petani dan pedagan sayur-mayur.
Tak sedikit pula dari mereka yang telah sukses di tanah perantauan dengan menjadi pengacara, pengusaha atau bahkan menjabat sebagai pejapat penting pada sistem pemerintahan daerah dan negara.