Legenda yang Terlupakan dari Telaga Warna Dieng

Kawasan Puncak Dieng di Wonosobo sungguh memberikan panorama alam yang menakjubakan. Apa sajakah itu? Diantaranya adalah Telaga Warna. Dimana telaga ini memberikan sensasi yang menyegarkan dan juga menyimpan legenda dan suasana mistis.

Telaga warna adalah objek/tempat wisata Dieng yang paling diminati wisatawan baik lokal maupun mancanegara. Yang membuat wisatawan tertarik berkunjung ke objek wisata ini adalah telaganya. Di telaga ini menyimpan sebuah legenda yang secara turun-temurun diceritakan warga di kahyangan Dieng. Berikut sejarahnya:

Dahulu kala, hiduplah seorang ratu yang terkenal lagi mempesona di samudra luas sebagai penguasanya. Sang ratu memiliki seorang putri yang cantik dan telah tumbuh dewasa.

Karena kecantikan anaknya tersebut banyak mengundang ketertarikan laki-laki dari berbagai kalangan. Datanglah dua orang kesatria muda dengan paras yang tampan hendak bermaksud meminang anak sang ratu tersebut agar dijadikan istrinya.

Tawaran kedua pemuda tersebut membuat ratu menjadi bingung. Sebab dia harus memilih dalah satu dari kedua pemuda tampan tersebut. Di akhir kebingungannya, muncullah ide sang ratu untuk mengadakan sayembara membuat telaga. Siapa yang lebih cepat membuat telaganya, dialah yang boleh mempersunting puterinya.

Waktu pelaksanaan akhirnya dimulai. Dua kesatria tersebut berlomba membuat telaga. Ternyata kesatria pertama membuat telaga menjer lebih cepat dari kesatria kedua yang membuat telaga pengilon. (Perlu diketahui telaga di dieng ada dua yaitu telaga warna dan telaga pengilon).

Telaga Warna di Dieng
http://penulispro.com/

Maka dengan hasil tersebut diputuskan bahwa kesatria pertama yang berhak meminang putri ratu tersebut untuk dijadikan istri. Waktu berjalan dan belum berselang dua hari mereka menikah, ratu disertai puterinya berwisata ke Dieng.

Saat mereka tiba disana ratu dan putrinya takjub melihat keindahan alam dan pesona yang ditawarkan telaga pengilon. Karena begitu takjubnya ratu mencari informasi siapa yang membuat telaga tersebut. Seperti diceritakan, pembuat tidak lain adalah kesatria kedua yang kalah dalam perlombaan.

Singkat cerita ratu dari putri cantik tersebut dibatalkan menjadi menantu dan dia dikutuk menjadi naga untuk menjaga samudra. Kemudian posisi kesatria pertama sebagai menantu pun digantikan oleh kesatria yang kalah dalam lomba.
Sebab ratu memutuskan untuk membatakan kesatria pertama menjadi ratu adalah telaga yang dibuat kesatria pertama sangat jelek dan terkesan kasar, airnya terus beriak dan bergelombang. Ini menandakan bahwa hati dan sifat kesatria pertama tidak baik dan cenderung kasar.

Sebaliknya, telaga pengilon buatan kesatria kedua airnya jernih, berkilau-kilau, tenang, penuh kedamaian dan semua ini menandakan bahwa kesatria kedua pembuat telaga Pengilon ini memiliki sifat dan hati yang baik.

Karena telaga pengilon cantik, mereka berdua mandi dan menyangkutkan selendang atau pakaian mereka di pepohonan. Di tengah-tengah kesyikan mereka berkecimpung di dalam air yang sejuk, sekonyong-konyong datang angin kencang yang menerbangkan pakaian sang ratu dan putrinya yang berwarna-warni dan terjatuh di bagian telaga yang lain.

Sesaat air telaga itu berubah warnanya, lalu terciptalah telaga warna sebagai akibat jatuhnya pakaian sang ratu dan putrinya (“yang luntur”) ke dalam air telaga.