“Perumpamaan orang yang menginfakan hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Mahaluas, Maha Mengetahui.” (QS Al Baqarah ayat 261).
Sedekah adalah ibadah yang tidak hanya memberikan dampak baik bagi pelakunya, namun juga masyarakat luas. Sedekah sebagai ibadah sosial mampu menjadi solusi pengentasan kemiskinan.
Siapa tak kenal Ustadz Yusuf Mansyur. Tokoh agama yang getol mengkampanyekan sedekah ini telah mengalami berbagai pasang surut kehidupan.
Sosoknya yang apa adanya disukai masyarakat luas. Berikut ini profil singkat Ustadz Yusuf Mansyur yang akan memberimu inspirasi.
Anak Manja dari Keluarga Kaya
Nama aslinya Yusuf Mansur. Ia lahir di Jakarta pada 19 Desember 1976. Beliau berdarah Betawi asli dari pasangan Abdurrahman Mimbar dan Humrif’ah. Yusuf Mansur sangat dimanja orang tuanya.
Meskipun demikian talentanya dalam hal akademis cukup terlihat. Ia lulus dari Madrasah Aliyah Negeri 1 Grogol sebagai lulusan terbaik.
Anak Motor yang Drop Out Kuliah
Sejak kecil Yusuf Mansyur dimanja oleh kedua orang tuanya yang berkecukupan. Ia gemar balapan motor sampai akhirnya harus drop out kuliah dari jurusan informatika.
Kemudian Yusuf Mansyur mencoba peruntungan di dunia bisnis informatika. Kegagalan bisnis yang pertama membuat ia terlilit hutang sampai miliaran rupiah. Karena hutang inilah Yusuf Mansyur merasakan dinginnya penjara selama 2 bulan pada tahun 1996.
Kisah Semut dan Sepotong Roti
Kegagalan bisnis tak membuatnya lantas kapok. Yusuf Mansyur kembali mencoba bisnis untuk kedua kalinya. Lagi-lagi ia harus mengalami kegagalan. Dinginnya jerusi besi kembali ia rasakan pada tahun 1998 selama 14 hari.
Menghabiskan waktu di balik jeruji besi inilah yang menjadi titik balik Yusuf Mansyur. Ia mulai mengenal Allah dan berusaha untuk mendekati Rabb-nya.
Pada suatu hari Yusuf Mansyur merasa sangat lapar. Seharian tak ada makanan yang masuk ke dalam perut. Jatah makanan pun tidak ada. Yusuf Mansyur melihat sepotong roti di dekat tempatnya duduk.
Ia mengambil roti tersebut dan hendak memakannya. Namun ia melihat segerombolan semut yang mencari makan. Hatinya tergerak untuk membagi roti tersebut menjadi 2 bagian. 1 bagian ia makan, 1 bagian lagi ia berikan pada semut-semut.
Atas kehendak Allah, 5 menit kemudian Yusuf Mansyur mendapatkan bungkusan nasi padang.
Yusuf Mansyur merasa bahwa sedekahnya kepada semut langsung dibayar kontan oleh Allah. peristiwa semut inilah yang membuatnya yakin bahwa bersedekah akan memberikan banyak manfaat.
Berjualan Es Lilin di Terminal Kalideres
Sepulang dari penjara Yusuf Mansyur dijemput keluarganya dengan mobil hutangan. Ia kembali meminta uang kepada orang tuanya untuk memulai bisnis. Namun yang ada disitu hanya kerabatnya.
Ia diberikan uang 20 ribu dimana 3 ribu sebagai ongkos, 3 ribu untuk belik makan, dan sisanya sebagai modal jualan es lilin.
Ia berjualan di Terminal Kalideres. Hari pertama es lilinnya hanya laku 5 buah. Hari berikutnya ia menyedekahkan 5 buah es lilin. Namun jualannya tak kunjung laku.
Sampai waktu sholat, Yusuf Mansyur sholat di masjid. Seusai sholat es laku terjual semuanya. Bisnis es lilin terus berkembang. Dari keliling menggunakan termos, meningkat memakai gerobak, dan memiliki anak buah.
Sepulang dari penjara Yusuf Mansyur dijemput keluarganya dengan mobil hutangan. Ia kembali meminta uang kepada orang tuanya untuk memulai bisnis. Namun yang ada disitu hanya kerabatnya.
Ia diberikan uang 20 ribu dimana 3 ribu sebagai ongkos, 3 ribu untuk belik makan, dan sisanya sebagai modal jualan es lilin.
Ia berjualan di Terminal Kalideres. Hari pertama es lilinnya hanya laku 5 buah. Hari berikutnya ia menyedekahkan 5 buah es lilin. Namun jualannya tak kunjung laku.
Sampai waktu sholat, Yusuf Mansyur sholat di masjid. Seusai sholat es laku terjual semuanya. Bisnis es lilin terus berkembang. Dari keliling menggunakan termos, meningkat memakai gerobak, dan memiliki anak buah.
Penulis Buku dan Pendakwah
Roda kehidupan selanjutnya dimulai saat ia berkenalan dengan polisi. Polisi tersebut mengajaknya bekerja pada LSM dengan gaji 50 ribu. Yusuf Mansyur menikmati profesi ini karena ia bisa berinteraksi dengan komputer kembali.
Dari profesi inilah Yusuf Mansyur menulis buku “Wisata Hati Mencari Tuhan yang Hilang.” Sebuah buku yang menceritakan keajaiban bersedekah yang telah ia alami.
Sambutan masyarakat ternyata luar biasa. Ustadz Yusuf Mansyur diundang dari satu forum ke forum yang lain untuk membedah buku ini. Untuk mengejar mengembalikan hutang Ustadz Yusuf Mansyur mengajarkan sedekah kepada orang-orang di Terminal Kali Deres.
Karir Ustadz Yusuf Mansyur semakin menanjak setelah bertemu dengan Yusuf Ibrahim yang merupakan produser dari PT Virgo Ramayana Record. Kerja sama ini membuahkan kaset Tausyiah Kun Faya Kun, The Power of Giving dan Keluarga Sakinah.
Ia mendirikan Sekolah Tinggi Ilmu Komputer Cipta Karya Informatika bersama teman-temannya.
Saat ini Yusuf Mansyur mengelola Program Pembibitan Penghafal Al Qur’an (PPPA) Darul Qur’an. Banyak penghafal Al Qur’an yang lahir dari sana.
Anaknya Wirda juga telah hafal Al Qur’an dan menjadi duta Al Qur’an internasional.
selain Yusuf Mansyur, ada juga pendakwah yang sukses di kancah nasional dan internasional. Salah satunya adalah Aa Gym.