Buat Kamu yang Pernah Pinjam Uangku, Masihkah Kita Teman?

Yah, kehidupan ekonomi memang penuh jebakan. Saat mudah dan lapang kita tidak pernah merasakannya. Saat sempit dan sukar kita malah seringkali membesar – besarkannya.

Dan karena berbagai jebakan ekonomi yang terlanjur terstruktur entah sejak kapan  itu, bahkan mungkin nenek atau buyut kamu pun pernah sekali dua kali kesusahan dan gamang bukan kepalang dalam bertindak.

Sungguh kawan, aku tahu betul kesulitan macam apa yang kau rasakan sekarang. Dengan mudah aku tentu percaya bahwa kamu memang sangat terdesak dan payah dengan urusan uang itu.

Maka, meskipun betapa sulitnya keadaan ekonomiku, tidaklah perlu engkau tahu. Cukuplah kamu tahu bahwa aku bisa meminjamimu uang. Dan bukankah itulah salah satu guna pertemanan?

Namun, saat kamu mulai berubah dan lupa pada dirimu sendiri, masihkah kita teman? Aku mungkin salah, tetapi rasanya kamu juga perlu tahu, bukankah teman ada juga untuk mengingatkan?

 

Apa Kabarmu Baik – Baik Saja?

unsplash.com

Sungguh aku hanya ingin tahu kabarmu. Bukankah sebelumnya kita kerap bertukar berita? Meski kamu di kota sana dan aku di kota sini, tentu aku ingat betul bagaimana kita saling bertanya kabar. Lalu terkadang bercerita.

Namun, semenjak saat itu, sejak kamu meminjam uangku dan aku memberikan pinjaman padamu, kini kemanakah ramah dan sapa itu? Saat kamu mulai mengakhiri percakapan dengan “uangnya nanti ya”, aku rasa kamu telah berubah.

Lalu, masihkah kita benar – benar sebenarnya teman? Atau aku yang tiba – tiba kau citrakan sebagai debt collector?

 

Satu Bulan

unsplash.com

Pada chat kita yang lain, sungguh aku pun tidak pernah memulai pembicaraan tentang uang yang kamu pinjam. Lantas kenapa tiba – tiba kamu menetapkan jangka waktu  itu?

Saat kamu bilang satu bulan lagi, aku tidak mengiyakan atau menolak dan memaksa secepatnya kamu kembalikan. Namun, wajar bukan ketika sebulan kemudian aku menanyakannya?

Bukankah waktu satu bulan itu kamu sendiri yang memintanya? Lalu, masihkah kita teman? Mengapa tiba – tiba kamu sulit, sukar dan susah dihubungi?

 

Dan Kamu Liburan

unsplash.com

Ketika aku membuka akun sosial media milikku, tentu sekali dua update aktivitas akun kamu terlihat juga lewat newsfeed milikku. Lantas ketika aku menelusurnya lebih jauh, muncullah banyak foto – foto kamu.

Ada yang selfie, ada pose kamu melihat ke langit, memandang masa depan kah kamu? Belibur untuk masa depan? Dan tahulah aku bahwa semua foto itu ternyata kamu upload dengan smartphone kamu yang terbaru.

Maka salahkah aku jika ‘mengingatkanmu’ tentang ‘masa lalu’ itu? Masa lalu bahwa kamu pernah meminjam uang dariku? Sungguh, masihkah kita teman, kawan?

 

Aku Tahu Saat Itu, Maka Mengertilah Saat Ini

unsplash.com

Saat itu aku mencoba memahami, aku tahu bahwa pada waktu itu kamu benar – benar butuh. Lalu, tidakkah aku juga boleh jujur kawanku? Sebenar-benarnya, saat inilah saat dimana aku membutuhkan uang itu, uangku.

Mungkin kamu tidak tahu kabarku, karena lama tidak lagi kau tanyakan bagaimana kehidupanku. Dan aku pun tak merasa perlu berceritera bahwa keadaanku saat ini tidak cukup baik, musibah baru saja mengujiku.

Apakah kata “butuh” yang aku ucap padamu tidak cukup jelas untuk menceritakan bahwa sungguh sekarang aku sedang membutuhkan uang?

 

Lalu Kamu Jadi Galak

tamlynamberryan.wordpress.com

Dan belumlah usai musibah serta ujian yang aku rasakan. Tiba – tiba kamu ikut – ikutan mengujiku. Tiba – tiba kamu jadi galak dan kasar setiap aku menyinggung soal uang yang aku pinjamkan.

Aku hanya meminta kembali apa yang aku pinjamkan dahulu. Bukankah selalu kumulai pembicaraan dan pertanyaan dengan baik – baik? Salahkah aku yang sungguh masih menganggapmu temanku?

 

Baiklah, Akan Kulupakan

unsplash.com

Maka ketika mibah dan ujian yang aku dapatkan telah jelas hanya mampu ditolong oleh Tuhan, maka mengikhlaskan uang yang kupinjamkan padamu adalah caraku berterima kasih pada Tuhan.

Kawan, kita masih tetap teman bukan?

 

Suatu Hari, Kamu Datang Lagi

unsplash.com

Maka waktu berlalu, aku selaluu berdoa untuk kemakmuran dan kesejahteraan hidupmu. Semogalah dimudahkan segala permasalahanmu dan kamu juga tidak perlu tahu betapa sungguh doa penuh kebaikan tulus aku panjatkan pada Tuhan.

Lalu, suatu hari, kamu datang lagi. Kamu berkata, “aku lagi butuh uang, pnjami aku uang lagi”. Jadi, jika sudah begini, masihkah kita teman?

Tentu saja aku akan meminjamimu uang lagi, namun kini dengan syarat sesuai kitab Tuhan yang aku percaya. Tentu saja aku akan meminjamimu lagi, dengan dua saksi laki – laki atau satu saksi laki – laki dan dua saksi perempuan.

Jadi, jika aku meminjamimu uang lagi, masihkah kita berteman?