Penjelasan Singkat dan Tafsir Surat Ad-Dhuha

Surat Ad-Dhuha, tahukah kamu bahwa nama surat ini sebenarnya diambil dari kata Ad-Dhuha (waktu dhuha) yang terletak di ayat pertamanya. Surat ini diturunkan di Kota Makkah setelah surat Al-Fajr, surat Ad-Dhuha sendiri memiliki 11 ayat yang terkandung di dalamnya. Surat ini adalah surat ke-93 menurut tartib mushaf dan surat ke-11 dalam tartib nuzul.

Surat Ad-Dhuha sendiri memuat ulasan utama tentang Nabi Muhammad SAW, atas bantahan kaum kafir bahwa wahyu Allah kepada Nabi Muhammad telah terputus. Kehidupan akhirat lebih utama daripada kehidupan dunia, serta cemoohan terhadap kaum musyrik karena Allah akan memberikan semua yang diridhai oleh Nabi Muhammad SAW. Surat ini juga memerintahkan untuk mengerjakan tiga keutaman yaitu berlaku lemah lembut kepada anak yatim, bersikap welas asih terhadap kaum miskin dan banyak bersyukur kepada Allah atas segala karunia yang telah diberikan-Nya.

Sebab turunnya Surat Ad-Dhuha dijelaskan dalam riwayat Bukhari dan Muslim, “Disebutkan bahwa Rasulullah sakit dan beliau tidak keluar rumah selama dua atau tiga hari. Datanglah seorang wanita dan berkata kepada beliau “mungkin syetanmu (yang dimaksudkan Jibril) telah meninggalkanmu, Muhammad!” maka, turunlah ayat di bawah ini.

 

Surat Ad-Dhuha Ayat 1 dan 2

wruslina.blogspot.com

Di ayat pertama dan kedua mempunyai arti demi waktu dhuha dan demi malam. Nah, pasti kamu bertanya-tanya apa maksud dari waktu dhuha dan demi malam kan?

Begini, waktu dhuha itu sebenarnya terkenal akan kelembutan sinarnya dan kehangatan yang datang setelah gelapnya malam. Di waktu dhuha juga banyak manusia melakukan aktifitas. Sementara Malam dikenal dengan kegelapan dan ketenangannya. Di waktu malam manusia banyak menghabiskan waktunya untuk beristirahat.

Ada juga beberapa mufassir yang mengatakan bahwa dhuha adalah sebuah kiasan dari terbitnya wahyu Allah, sementara malam adalah masa terhentinya wahyu.

Hal ini juga berkaitan dengan penyebutan dua hal yang berlawanan, yang biasanya ia hendak menegaskan bahwa isi pembicaraannya meliputi segala sesuatu. Contoh, ada seorang istri yang berkata kepada suaminya, “Baik ketika engkau dalam keadaan kaya ataupun miskin, aku tetap akan setia kepadamu.” Pada penyebutan kaya dan miskin menunjukkan bahwa dalam keadaan apapun sang istri akan tetap setia berada di samping suaminya.

Untuk dua ayat ini, Allah bersumpah dengan dua hal yang berlawanan (demi Dhuha dan demi Malam). Hal ini menunjukkan bahwa sumpahnya Allah berlaku di setiap keadaan, semua ruang dan waktu. Baik siang maupun malam, baik saat manusia bekerja maupun saat manusia beristirahat, baik wahyu turun atau telah berakhir, Allah tetap tidak akan melantarkan engkau, Muhammad!

Surat Ad-Dhuha Ayat 3

youtube.com

Pada saat kaum kafir tahu akan terputusnya rangkaian wahyu, mereka merasa bahagia, mengejek Rasulullah dan bahkan berkata, “Tuhan Muhammad telah meninggalkan Muhammad!” maka turunlah ayat ini. Dijelaskan di dalam ayat ini pun Allah sama sekali tidak meninggalkan dan tidak pula membenci Nabi Muhammad. Bahkan Allah menjadikan Nabi Muhammad sebagai makhluk yang paling dicintai oleh Allah. Penetapan pada maf ul di dalam ayat ini tentu mengajarkan kepada manusia bagaimana bertatakrama dalam berbicara.

Surat Ad-Dhuha Ayat 4

youtube.com

Di dalam ayat ini terdapat beberapa makna. Pertama, akhirat itu lebih baik daripada dunia. Kedua, apa yang akan terjadi atau yang akan datang itu lebih baik bagimu. Nah, pada makna yang kedua ini lebih baik dan lebih mencakup. Di dalam ayat ini pun Allah ingin memberikan hiburan dan rasa optimis dalam diri Nabi, bahwa masa depan beliau dan umat Islam sudah dijamin oleh Allah akan lebih cerah dan gemilang.

Baca juga: Golongan Wanita Penghuni Neraka

Surat Ad-Dhuha Ayat 5

alquranmulia.wordpress.com

Di dalam ayat ini Allah akan memberikan kamu karunia yang baik di duniia maupun di akhirat sampai kamu merasa puas. Jumhur ulama pun memaknai hal ini dengan karunia akhirat dalam bentuk Maqaman mahmudan sebagai puncaknya.

Ridha (kepuasan) adalah puncak dari maqaman mahmudan tersebut. Sebanyak apapun kamu memperoleh kenikmatan yang diberikan oleh Allah SWT, jika tanpa ada rasa puas di dalam hati kamu makan akan selalu merasa kurang.

Ridha sendiri adalah fondasi dari ketenangan. Lelah dengan ridha adalah rehat, hingga matipun ia akan selalu tersenyum. Orang yang mempunyai sifat ridha di dalam dirinya, maka ia mempunyai sifat ahli surga. Sebagaimana yang dirasakan oleh seluruh penghuni surga yang merasa puas dengan tingkatan yang dimilikinya masing-masin.

Surat Ad-Dhuha Ayat 6, 7 dan 8

youtube.com

Sebagaimana yang diketahui bahwa sejak kecil Nabi Muhammad sudah ditinggal ayahnya, karena itu beliau disebut yatim. Nah, ada hikmah dibalik meninggalnya kedua orang tua Nabi sejak masih kecil yaitu untuk menunjukkan bahwa hanya Allah yang memelihara beliau sejak kecil. Hal ini berkaitan dengan ayat keenam di dalam surat ini.

Pada ayat ketujuh di dalam ayat ini menjelaskan tentang sesat. Sesat disini maksudnya adalah sesat berupa fisik, yaitu beliau pernah tersesat di jalan lereng-lereng bukit Mekah atau tersesat dalam perjalanannya untuk berniaga ke negeri Syam.

Bisa juga sesat non fisik, karena pada saat itu beliau pernah berada dalam kebingungan dan tidak tahu apa yang harus dilakukan, pada saat beliau menyaksikan kondisi bangsa Arab Jahiliyah terdahulu. Kemudian Allah pun memberikan beliau petunjuk dan bimbingan apa yang harus dilakukannya. Atau bisa juga sesat dalam arti ketiadaan ilmu pengetahuan, kemudian Allah pun memberinya ilham. Atau yang dimaksud seset adalah kesesatan kaumnya, lalu Allah jadikan dirinya sebagai cahaya bagi kaumnya untuk membawa petunjuk menuju kebenaran.

Oh iya, Nabi Muhammad pernah juga loh mengalami kemiskinan, kemudian Allah bukakan sebab-sebab kekayaan. Baik itu melalui pintu niaga dengan berkongsi dengan Khadijah atau melalui pintu ghanimah peperangan. Namun, setiap kali Nabi mendapatkan kekayaan beliau selalu tidak dapat menahannya, beliau lebih suka membagikannya dan hidup dalam keadaan amat sederhana.

Surat Ad-Dhuha Ayat 9 dan 10

aisyahshakirah.blogspot.com

Di dalam ayat sembilan dijelaskan bahwa janganlah kamu menzhalimi dan menyia-yiakan anak yatim ataupun merampas hartanya. Karena hal itu tentu dapat membuat Allah marah dan menjadi mala bahaya bagi kamu.

Oh iya, di ayat kesepuluh kata, “saail” bisa mempunyai arti peminta-minta atau orang yang bertannya tentang sebuah ilmu. Diceritakan bahwa, pada saat itu ada seorang yang bertanya kepada Nabi, dan Allah pun memerintahkan kepada Nabi, janganlah engkau mengusirnya, wahai Muhammad, betapapun pemintaannya.

Nah, ini dapat menjadi rujukan, jika ada yang bertanya tentang yang engkau miliki janganlah engkau sembunyikan. Berikanlah apa yang mereka butuhkan, jangan pula menghardik apalagi berkata kasar kepada mereka.

Karena Islam sangat mengajarkan lemah lembut, sopan santun tidak menghardik, menghujat dsb.

Surat Ad-Dhuha Ayat 11

suplemenmakdara.com

Di dalam surat ini terdapat nikmat, yang dimaksud nikmat disini adalah nikmat kenabian dan ajaran Islam. Atau bisa juga diartikan sebagai nikmat kebaikan yang diterima seseorang baik itu urusan dunia maupun akhirat.

Lalu pertannyaannya sekarang adalah apa yang harus dilakukan terhadap nikmat? Allah memerintahkan umatnya untuk menceritakan. Karena di dalam ayat ini ada kata “fahaddits” yang berarti pesan pengulangan. Dengan benitu, semua nikmat yang Allah berikan, baik itu nikmat ilmu, nikmat agama maupun nikmat yang lain harus dapat disampai kepada orang lain secara berulang-ulang. Harus ada kesinambungan, “Jangan bosan jadi orang baik”.