Salah satu hal yang menandai kemajuan peradaban manusia yaitu kamera. Abu Ali Al-Hasan Ibnu al-Haitham adalah penemu kamera obscura yang menjadi asal-usul ditemukannya kamera lensa. Seiring berjalannya waktu kamera mengalami peningkatan kualitas hingga menjadi kamera yang kita pakai hari-hari ini.
Sebelum menjadi seperti sekarang ini, hasil jepretan kamera zaman dahulu hanya menampilkan warna hitam putih. Namun di situlah letak kekhasan foto-foto lawas. Ingin tahu seperti apa rupa Indonesia zaman baheula? Inilah 25 foto orang-orang Indonesia yang berhasil diambil sebelum tahun 1920 yang kami kumpulkan dari laman wowshack.com.
Pangeran Jawa dan kedua abdinya, diambil sekitar tahun 1865-1870.
Tidak diketahui pasti ini pangeran siapa. Kemungkinan adalah bangsawan Jawa yang memang dalam adatnya terdapat golongan kasta yang membedakan antara kaum cendekia-kaya dan kaum miskin-papa.
Pria Batavia dengan bakulnya, diambil tahun 1870.
Bakul merupakan wadah yang terbuat dari anyaman bambu atau rotan dengan mulut berbentuk lingkaran, sedangkan bagian bawahnya berbentuk segi empat yang ukurannya lebih kecil dari ukuran bagian mulutnya. Ini pengertian menurut KBBI. Lebih lanjut lagi, Pada KBBI dijelaskan tentang bakul bermain, yaitu bakul yangg digantungkan untuk tempat menyimpan barang. Pria pada foto ini berpose bersama sejenis bakul bermain miliknya.
Raden Saleh, pelukis aliran romantisisme dari Jawa yang menjadi pelopor seni modern Indonesia. Foto diambil tahun 1872.
Raden Saleh adalah keturunan keluarga ningrat di Jawa yang juga masih memiliki garis darah dengan orang Arab. Kegemaran menggambar mulai menonjol sewaktu bersekolah di sekolah rakyat. Ia belajar hingga ke Eropa tidak hanya untuk mendalami seni lukis tetapi juga dalam rangka memenuhi tugas untuk mengajari Inspektur Keuangan Belanda de Linge tentang adat-istiadat dan kebiasaan orang Jawa.
Raja Buleleng di Bali dan sekretarisnya, diambil tahun 1875.
Jika tak salah sebut, ini adalah Raja Kerajaan Buleleng yang bernama I Gusti Ketut Jelantik. Adapun Kerajaan Buleleng adalah kerajaan di Bali utara yang didirikan sekitar pertengahan abad ke-17 dan jatuh ke tangan Belanda pada tahun 1849.
Dua prajurit Nias dari Kabupaten Nias Selatan, diambil sekitar tahun 1882-1912.
Kedua prajurit ini mengenakan baju zirah, yaitu baju baju besi yang dikenakan pada waktu berperang pada zaman dahulu. Adapun Kabupaten Nias Selatan adalah salah satu kabupaten di Sumatera Utara yang terletak di pulau Nias.
Pria Dayak dengan tato tradisionalnya, diambil tahun 1896.
Suku Dayak mendiami Pulau Kalimantan. Adat mereka mengenal tato sebagai simbol atau tanda yang dapat menunjukkan kelas sosial mereka.
Keta adat Suku Batak Toba dan keluarganya di depan rumah, diambil tahun 1900.
Suku Batak Toba merupakan sub suku Batak yang ada di Pulau Sumatra. Adapun rumah adat Batak Toba disebut Rumah Bolon. Rumah adat ini memiliki bangunan empat persegi panjang yang kadang-kadang ditempati oleh 5 sampai 6 keluarga. Memasuki Rumah Bolon ini harus menaiki tangga yang terletak di tengah-tengah rumah, dengan jumlah anak tangga yang ganjil. Bila orang hendak masuk rumah tersebut, harus menundukkan kepala agar tidak terbentur pada balok yang melintang. Rumah Adat Batak Toba Sumatera Utara, Hal ini diartikan tamu harus menghormati si pemilik rumah.
Para lelaki bertopeng yang mementaskan teater “TopĂ©ing” di Jawa, diambil sekitar tahun 1900-1920.
Foto ini kemungkinan diambil setelah pertunjukan teater telah usai. Tidak diketahui pasti seperti apa cerita dalam teater yang menggunakan kostum bertopeng ini.
Ketua adat Suku Dayak, diambil sekitar tahun 1900-1920.
Suku Dayak sebenarnya adalah nama yang diberikan oleh penduduk pesisir pulau Borneo kepada penghuni pedalaman yang mendiami Pulau Kalimantan.
Tari Seudati yang dipentaskan di Samalanga, Bireun, Aceh. Foto diambil tahun 1907.
Tari Seudati adalah tarian khas provinsi Aceh. Seudati berasal dari kata Syahadat, yang berarti sebuah pengakuan bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan Nabi Muhammad utusan Allah. Tarian ini juga termasuk kategori Tribal War Dance atau Tari Perang, yang mana syairnya selalu membangkitkan semangat pemuda Aceh untuk bangkit dan melawan penjajahan.
Perempuan Bali memintal benang, diambil tahun 1910.
Perempuan Bali ini kemungkinan mengenal mesin pemintal dari orang Belanda yang masuk ke Indonesia. Adapun Mesin pemintal adalah mesin untuk memintal benang dari serat alami ataupun buatan. Mesin pemintal kemungkinan ditemukan di India sekitar tahun 500 hingga 1000 M. Mesin ini mencapai benua Eropa melalui Timur Tengah dan menggantikan cara pemintalan yang lama yang menggunakan tangan.
Keluarga Suku Batak di Sumatra, diambil tahun 1910.
Batak merupakan merupakan sebuah tema kolektif untuk mengidentifikasikan beberapa suku bangsa yang bermukim dan berasal dari Sumatera Utara. Suku bangsa yang dikategorikan sebagai Batak adalah: Batak Toba, Batak Karo, Batak Pakpak, Batak Simalungun, Batak Angkola, dan Batak Mandailing.
Para pekerja di situs konstruksi terowongan kereta yang dibangun pada salah satu gunung di Jawa. Foto diambil tahun 1910.
Kereta api mulai dibangun di Indonesia pada zaman penjajahan kolonial Belanda. Banyak rakyat Indonesia yang menjadi pekerjanya. Salah satu jalur kereta api melintasi gunung sehingga memerlukan adanya terowongan, seperti pada foto ini.
Penduduk Kampong di Batavia mendengarkan gramofon, diambil tahun 1910.
Warga Batavia ini tampak antusias mendengarkan musik melalui gramofon, yaitu alat pemutar piringan hitam yang berisi alunan lagu.
Keluarga Suku Bali, diambil sekitar tahun 1910-1920.
Beginilah salah satu keluarga Suku Bali pada zaman dahulu. Suku Bali adalah suku bangsa mayoritas di pulau Bali, yang menggunakan bahasa Bali dan mengikuti budaya Bali.
Penjual candu dan perokok, diambil tahun 1912.
Candu, madat, opium adalah benda yang kini merujuk pada rokok. Ternyata rokok telah masuk ke Indonesia sebelum tahun 1920.
Orang Makassar, diambil tahun 1912.
Orang Makassar merupakan mereka yang berstatus sebagai Suku Makassar, yaitu etnis yang mendiami pesisir selatan pulau Sulawesi. Lidah Makassar menyebutnya Mangkasara’ berarti “Mereka yang Bersifat Terbuka.”
Prajurit perang Suku Nias memindahkan dan menegakkan megalit, diambil tahun 1915.
Megalit merupakan batu besar yang menandai tradisi megalitikum. Tidak diketahui pasti apa kegunaan batu besar ini bagi prajurit perang Suku Nias tersebut.
Ksatria Dayak dari Longnawan, Borneo Utara. Foto diambil tahun 1917.
Borneo Utara adalah negara dan protektorat Britania Raya dari tahun 1882-1946, dan merupakan koloni Britania dari tahun 1946-1963. Negara ini terletak di ujung timur laut pulau Borneo. Kini, negara ini merupakan negara bagian Sabah, Malaysia Timur. Adapun Borneo merujuk pada Pulau Kalimantan yang kini sebagian besar merupakan wilayah negara Indonesia.
Penari Baris di Bali, diambil tahun 1918
Tari Baris adalah tarian perang tradisional dari Bali yang diiringi dengan gamelan. Tari ini menggambarkan perasaan seorang pahlawan muda sebelum ia pergi ke medan perang, mengelu-elukan kejantanan pahlawan Bali dan menunjukkan kemantapan kepemimpinannya.
Murid STOVIA, atau “Sekolah Kedokteran Khusus Pribumi” di Batavia, tahun 1919.
School tot Opleiding van Indische Artsen/STOVIAÂ (Sekolah Pendidikan Dokter Hindia), adalah sekolah untuk pendidikan dokter pribumi di Batavia pada zaman kolonial Hindia Belanda. Saat ini sekolah ini telah menjadi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Pemahat kayu sibuk membuat topeng, diambil tahun 1919.
Topeng yang dibuat oleh para pemahat kayu seperti pada foto ini biasanya dipakai untuk mengiringi pentas kesenian daerah. Misalnya dalam sebuah seni tari, topeng akan menggambarkan watak yang sedang diperankan.
Petani Batak, Sumatra. Foto diambil tahun 1919.
Bukan hanya di Sumatra, sebagian besar mata pencaharian penduduk di seluruh pulau di Indonesia adalah petani. Tanah di Indonesia memang cocok untuk lahan pertanian.
Perempuan tetua adat Suku Batak di Sumatra, diambil tahun 1919.
Suku Batak terkenal dengan salam ‘Horas’-nya. Kamu boleh memberi salam Horas untuk tetua adat ini.
Laki-laki Suku Dayak dengan anting dan tombak, diambil tahun 1919.
Salah satu ciri khas Suku Dayak yaitu pemakaian anting dalam ukuran besar. Bukan hanya kaum wanitanya saja, tetapi kaum prianya juga ada yang memakai anting.